03 Agustus, 2008

Nurani Yang Hadir Tiba-tiba
Cerpen: parto_sentono

Jam dinding di kamarku sudah menunjukkan jam sebelas malam. Aku masih sibuk dengan Excel di komputerku. Ruang kerjaku sudah penuh dengan asap tembakau. Laporan mingguan proyek harus selesai malam ini. Sedikit lagi, tinggal memasukkan tambahan volume, memodifikasi durasi pekerjaan, sempurna sudah laporanku. Aku tersenyum membayangkan uang yang akan kuperoleh dari proyek pemerintah yang sedang kutangani ini. hahaha..aku memang pintar, dengan keahlianku, aku bisa “menciptakan uang” hanya dengan “sedikit” menggelembungkan volume atau me mark-up jumlah tenaga kerja dan hebatnya, tidak ada seorangpun tahu, atau kalaupun tahu, akan segera terdiam setelah tangannya ku genggamkan amplop coklat muda yg penuh dengan lembaran-lembaran merah yang masih kaku.. Segala kebutuhanku terpenuhi. Apapun yang ingin kubeli pasti terkabul.

Jari-jariku masih terus menari diatas keyboard, ketika tiba-tiba saja, angka2 di monitorku bergerak dengan sendirinya.
“Hey, apa yang terjadi?” aku semakin memperhatikan gerakan angka-angka yang berputar semakin cepat. Lalu angka-angka tersebut membentuk sebuah wajah. Semula samar, lalu lama-lama menjadi jelas dan semakin jelas. Aku masih belum tersadar dengan apa yang terjadi, wajah itu, wajah seorang laki-laki yang..… mirip sekali denganku..tidak..bukan hanya mirip..wajah itu adalah wajahku hanya agak sedikit cerah. Benar..astaga!! kok bisa? Padahal aku merasa belum pernah memasukkan file fotoku dalam harddisk. Dan anehnya lagi, wajah itu bergerak dan bersuara. Suaranya lagi-lagi adalah suaraku, mirip sekali atau bahkan sama, terdengar jelas melalui speaker aktif di samping CPU. Mataku terbelalak melihat semua itu. Apa yang terjadi? Keringat dingin mulai mengucur di sekujur tubuhku.
“Hmm…kamu melakukannya lagi…” wajahku bersuara pelan..seperti ada penyesalan dalam nada suaranya. Dan kata-kata itu pasti ditujukan kepadaku, sebab tidak ada orang lain di kamar kerjaku ini.
“Si…sii..siapa kamu!” aku mencoba bertanya sekenanya. Sungguh… rasa takut mulai merayapi sekujur tubuhku. Apakah ini semacam penampakan hantu seperti yang sering ada di acara-acara televisi itu?
“huh..aku tidak heran..kau pasti tidak ingat padaku, padahal, jelas, aku mempunyai rupa yang sama persis denganmu”
“aku adalah dirimu yang lain, aku adalah bagian dari dirimu yang sudah lama tidak kau sapa, tega-teganya kau melupakanku!” wajah itu kembali bersuara.
“Bagian dari diriku, apa maksudmu? Apa kau kira aku semacam orang yang berkepribadian ganda?”aku tidak mengerti arti ucapan wajahku itu.
“ya, aku adalah dirimu, aku mewakili semua sisi baik yang ada dalam dirimu yang juga diriku” wajah itu semakin meracau tak karuan. Aku tidak juga paham dengan apa yang dibicarakannya.
“Aku muncul dihadapanmu untuk menuntut sesuatu, dan kau harus menurutinya!”Seperti ada nada tekanan pada ucapannya yang terakhir.
“Apa maumu?”tanyaku.
“Aku mau kamu berhenti menjejalkan makanan-makan haram dalam tubuhku, berhenti memakaikan baju-baju haram pada tubuhku, berhenti memberi makan anak istriku dengan makanan makanan haram! Kau tahu? Aku merasa sangat kesakitan dengan makanan-makan dan baju-baju yang seolah-olah membakar tubuhku! Bukan itu saja, setiap benda di rumah ini, seolah-olah api yang setiap saat siap meluluhlantakkan diriku!” Wajah itu bersuara dengan begitu keras,
sepertinya, volume speaker aktif diputar pada posisi maksimal, seolah-olah. Nada suaranya sepertii seseorang yang sekian lama memendam beban yang sangat berat. Aku hanya bisa terkesiap. Ngomong apa dia? Haram? Apa yang haram?
“Jangan bicara sembarangan! Bukankah aku membeli semua yang kumiliki sekarang secara sah?” Aku mulai tersinggung dengan apa yang dikatakannya..
“Iya..haram, Berapa banyak uang rakyat yang kamu makan? Sudah berapa sak semen mengisi rongga perutmu? Sudah berapa ratus drum aspal yang kau minum? Atau, sudah berapa banyak data-data proyek fiktif yang tidak pernah terwujud itu? Suara dari diriku yang lain itu membentakku
“Kau tidak pernah memikirkan akibat dari perbuatanmu! Ingat! Aku adalah bagian dari dirimu, aku tahu apa yang kau tahu. Berapa banyak korban jiwa akibat kecelakan maut akibat sheet yang kau curi tebalnya?” Wajahku berkata
semakin keras.
“Kau tahu betapa miskinnya para tukang dan tenaga kasar. Kamu masih tega mencuri upah mereka. Atau, sudah berapa kali kau membohongi bendahara dengan memalsukan kwitansi? wajah yang mengaku sebagai bagian dari
diriku semakin berani, seolah-olah menelanjangi apa yang kulakukan selama ini.
“Darimana kamu tahu?” Aku terkesiap kaget.. Aku sudah yakin, bahwa tidak ada yang tahu apa kulakukan selama ini dengan proyek-proyek garapanku.
“huh..kau lupa, aku adalah bagian dari dirimu, Aku tahu setiap detail tindakanmu, karena, Aku sendiri adalah kau!”Kata wajah itu.
“ingat..aku tidak mencuri..aku hanya bermain-main dengan intelektualitas, permainan otakku, sehingga wajar kan..kalau aku mendapat imbalan?” huh..apa tahunya tentang proyek. Proyek adalah ladang uang, halal haram? Nilai
yang absurd! Yang penting proyek lancar, pertanggungjawaban dana disetujui. Dan aku semakin kaya!
“sudahlah, kau jangan mencampuri urusanku, cepat pergi dari sini, aku banyak pekerjaan!”Aku mencoba mengusir wajah itu. Dan wajah itu tertunduk, seperti tidak berani menatapku. Apakah berarti aku telah mematahkannya?
. “ Sebenarnya, aku tidak pernah mau muncul seperti ini, andai saja kau mendengarkanku, yang selalu berbisik setiap kamu melakukan sesuatu. Berarti kau tidak pernah mendengarkanku. Bisa jadi suaraku kalah keras dengan bagian dirimu yang lain, aku terpaksa muncul dihadapanmu sekarang ini. Semakin lama, bagian dirimu yang lain semakin membesar, aku semakin terdesak..hampir-hampir aku tergencet mati. Padahal..kau tahu, kalau aku sampai mati, kau bakal menjelma menjadi iblis…” Pelan sekali wajah itu bersuara.
“Menjadi iblis? Omong kosong apa lagi ini? Aku adalah aku, aku tidak mau hidup miskin! Toh apa yang kulakukan juga dilakukan oleh semua orang dengan porsi yang berbeda-beda!” aku mencoba membela diri.
Huh..benar-benar aneh jalan pikirannya. Aku semakin tidak percaya bahwa dia adalah bagian dari diriku. Aku tidak pernah mempunyai jalan logika seperti dia. Sok suci! Sok peduli! Sok bijaksana! Tapi tunggu!! Dia mengaku bagian yang baik dari diriku?? Apa itu?? Apakah benar-benar ada? Aku semakin pusing dibuatnya. Wajah itu semakin kurang ajar…dia mengetahui jalan pikiranku, dia mempunyai kemampuan analisaku, dia mempunyai tingkat inteletual yang sama denganku. Semua omonganku dapat dipatahkan, bahkan yang bersifat teknis sekalipun..padahal..dikantor, aku terkenal tak terpatahkan!
Apakah benar- benar dia merupakan sisi baikku, Tapi? Apa katanya tadi? Dia hampir tergencet mati? Apakah maksudnya tergencet oleh bagian lain yang jahat dalam diriku? Bagian yang mana lagi? Apakah aku terbuat dari bagian-bagian yang saling berselisih satu sama lain? Ah..omong kosong!!
“Bagaimana? Kau mau menghentikan semua perbuatan jahatmu?” wajah itu kembali bertanya kepadaku
“Menghentikan? Kau pikir mudah?, bisa-bisa aku jatuh miskin. Bahkan bisa jadi aku akan dipecat oleh atasanku karena menghentikan jatah setoran. Kau tahu, uang-uang samar itu, bukan hanya aku yang makan, tapi semuanya! bagaimana nasibku nanti, bagaimana anak istriku? Mau makan apa mereka? Kataku tak mau kalah.
“Bukankah kau masih bisa hidup dengan gaji bersihmu? Atau dengan usaha lain yang lebih halal ? wajah itu tetap bersikeras menyuruhku menghentikan perbuatanku selama ini.
“Ketakutanmu tidak beralasan!, kau takut pada sesuatu yang sudah Tuhan jamin melalui kitab sucinya!, atau jangan-jangan, Tuhanpun telah kau anggap mati? Atau kau mulai menganggap bahwa dirimu sendiri adalah Tuhan!” Aku tercekat dengan kata-katanya yang terakhir.
Tuhan? Sudah berapa lama aku tidak peduli dengan-Nya? Aku menggigil, bagaimanapun bejatnya aku, aku tetap takut dengan namanya mati, dan dari dongeng-dongeng waktu kecil, sering kudengar bahwa Tuhan akan menghukum manusia yang berbuat jahat selama hidup di dunia.
“Tapi bukankah Tuhan maha pengampun? Seberapa besar apapun dosa hambanya? , Besoklah kalau sudah pensiun..aku akan bertobat dan beribadah dengan khusuk dan mulai hidup bersih dengan gaji bersihku!” lagi-lagi otak teknisku bekerja, berusaha mematahkan argumen wajah sisi baikku itu. ..sungguh pintarnya diriku ini!

Wajah itu terdiam..dan..dia menangis!, air matanya menetes pelan-pelan. Menangis? Bagian dari diriku menangis? Sejak kapan aku menangis? Aku tak pernah menangis, selama ini aku selalu tersenyum atau bahkan tertawa terbahak-bahak. Sesungging senyum sinisku menyeruak diantara bibirku yang penuh beraroma tembakau virginia. Senyum yang mengejek dan seperti merayakan kemenangan atas diskusi malam ini dengan wajah yang mengaku sebagai bagian dari diriku itu.
“Aku tidak menyangka sama sekali, bahkan kepada Tuhanpun..kau berani berspekulasi. Kau merasa bisa memerintah Tuhan..sungguh…kejahatan yang Maha besar! Aku tidak pernah menyangka, kau mendikte Tuhan dengan akalmu yang cuma sekelumit kecil. Padahal..kekuasaan Tuhan tidak pernah bisa tercover penuh dengan akal manusia!!”
Wajahku kembali bersuara, tetapi kali ini lebih mirip suara desahan.
“Sudahlah..aku sudah muak menjadi bagian dari dirimu,kau tidak pernah menganggapku ada. aku akan pergi, percuma selama ini aku menyertaimu. tapi ingat, sekali aku sudah pergi, jangan harap aku akan pernah kembali lagi, jangan salahkan aku kalau besok pagi, ketika kau bangun, kau telah berubah menjadi iblis.”Katanya
“baguslah..cepat pergi!, aku sudah tidak peduli dengan segala nasehat bodohmu, yang sebenarnya adalah manifestasi kemalasan berfikirmu.”kataku. Aku tidak akan mau jatuh miskin, hidup seadanya, meninggalkan tambang emas yang ada di otakku, hanya untuk menuruti omongan bodoh makhluk aneh yang muncul secara tiba-tiba.
“Baiklah..aku pergi…selamat tinggal….” Monitorku kembali bergetar keras, kemudian perlahan-lahan wajah itu menghilang seperti asap. Monitor komputerku kembali dipenuhi angka-angka dari Excel yang sedang kujalankan.
Sial! Sudah jam satu malam, dan laporanku belum juga selesai. Gara-gara makhluk sialan itu kerjaanku jadi tertunda. Aku kembali tenggelam dalam dansa-dansi angka-angka, dalam data-data yang sebagian besar palsu, dalam tarian otakku yang meledak-ledak, penuh dengan kecerdasan, dan juga…tenggelam dalam bayangan kemewahan yang telah kuraih selama ini berkat kelihaianku memutar otakku yang cemerlang ini.
Akhirnya selesai juga…aku bisa istirahat dengan tenang. Aku sudah lupa dengan kejadian aneh tadi. Sedikitpun aku tidak ingat lagi kejadian yang baru berlangsung kurang dari dua jam tadi…..
***
Sebuah ciuman mesra mendarat di pipiku yang membuatku terbangun. Sita, istriku, dengan senyum melebar tahu-tahu sudah duduk di samping ranjang.
“Sudah jam tujuh mas, sana mandi dulu, sudah ku siapkan air hangat. Sarapan dan kopi ada di meja makan.” Suara istriku terdengar sungguh nyaman, sebenarnya, mata ini masih enggan untuk terbangun, tetapi Jam 8.00 pagi aku harus sudah standby. Hari ini saatnya Professional hand over atau serah terima proyek jembatan yang sedang kutangani.
Aku menuju kamar mandi. Sampai kamar mandi, aku mulai merasa aneh. Aku merasa di kepalaku ada sedikit benjolan. Segera kuperhatikan diriku dicermin. Astaga, ada dua buah tanduk kecil dikepalaku, kemudian aku menatap lekat mataku di cermin, mata ini..astaga…mataku berubah semakin sipit dan berwarna merah menyala.. lalu..masih ada lagi.. apa ini, kenapa seolah-olah aku menyeret sesuatu? Kutengok bagian belakang tubuhku. Ada semacam ekor yang memanjang dan ujungnya berbentuk seperti mata anak panah. Pandanganku menjadi gelap, aku tidak ingat apa-apa lagi
**finish**

*cerpen ini merupakan refleksi kekhawatiran saya ketika masuk di lingkaran setan bernama birokrasi



6 comments:

Anonim mengatakan...

Nurani Yang Hadir Tiba-tiba
Cerpen: parto_sentono

Jam dinding di kamarku sudah menunjukkan jam sebelas malam. Aku masih sibuk dengan Excel di komputerku. Ruang kerjaku sudah penuh dengan asap tembakau. Laporan mingguan proyek harus selesai malam ini. Sedikit lagi, tinggal memasukkan tambahan volume, memodifikasi durasi pekerjaan, sempurna sudah laporanku. Aku tersenyum membayangkan uang yang akan kuperoleh dari proyek pemerintah yang sedang kutangani ini. hahaha..aku memang pintar, dengan keahlianku, aku bisa “menciptakan uang” hanya dengan “sedikit” menggelembungkan volume atau me mark-up jumlah tenaga kerja dan hebatnya, tidak ada seorangpun tahu, atau kalaupun tahu, akan segera terdiam setelah tangannya ku genggamkan amplop coklat muda yg penuh dengan lembaran-lembaran merah yang masih kaku.. Segala kebutuhanku terpenuhi. Apapun yang ingin kubeli pasti terkabul.

Jari-jariku masih terus menari diatas keyboard, ketika tiba-tiba saja, angka2 di monitorku bergerak dengan sendirinya.
“Hey, apa yang terjadi?” aku semakin memperhatikan gerakan angka-angka yang berputar semakin cepat. Lalu angka-angka tersebut membentuk sebuah wajah. Semula samar, lalu lama-lama menjadi jelas dan semakin jelas. Aku masih belum tersadar dengan apa yang terjadi, wajah itu, wajah seorang laki-laki yang..… mirip sekali denganku..tidak..bukan hanya mirip..wajah itu adalah wajahku hanya agak sedikit cerah. Benar..astaga!! kok bisa? Padahal aku merasa belum pernah memasukkan file fotoku dalam harddisk. Dan anehnya lagi, wajah itu bergerak dan bersuara. Suaranya lagi-lagi adalah suaraku, mirip sekali atau bahkan sama, terdengar jelas melalui speaker aktif di samping CPU. Mataku terbelalak melihat semua itu. Apa yang terjadi? Keringat dingin mulai mengucur di sekujur tubuhku.
“Hmm…kamu melakukannya lagi…” wajahku bersuara pelan..seperti ada penyesalan dalam nada suaranya. Dan kata-kata itu pasti ditujukan kepadaku, sebab tidak ada orang lain di kamar kerjaku ini.
“Si…sii..siapa kamu!” aku mencoba bertanya sekenanya. Sungguh… rasa takut mulai merayapi sekujur tubuhku. Apakah ini semacam penampakan hantu seperti yang sering ada di acara-acara televisi itu?
“huh..aku tidak heran..kau pasti tidak ingat padaku, padahal, jelas, aku mempunyai rupa yang sama persis denganmu”
“aku adalah dirimu yang lain, aku adalah bagian dari dirimu yang sudah lama tidak kau sapa, tega-teganya kau melupakanku!” wajah itu kembali bersuara.
“Bagian dari diriku, apa maksudmu? Apa kau kira aku semacam orang yang berkepribadian ganda?”aku tidak mengerti arti ucapan wajahku itu.
“ya, aku adalah dirimu, aku mewakili semua sisi baik yang ada dalam dirimu yang juga diriku” wajah itu semakin meracau tak karuan. Aku tidak juga paham dengan apa yang dibicarakannya.
“Aku muncul dihadapanmu untuk menuntut sesuatu, dan kau harus menurutinya!”Seperti ada nada tekanan pada ucapannya yang terakhir.
“Apa maumu?”tanyaku.
“Aku mau kamu berhenti menjejalkan makanan-makan haram dalam tubuhku, berhenti memakaikan baju-baju haram pada tubuhku, berhenti memberi makan anak istriku dengan makanan makanan haram! Kau tahu? Aku merasa sangat kesakitan dengan makanan-makan dan baju-baju yang seolah-olah membakar tubuhku! Bukan itu saja, setiap benda di rumah ini, seolah-olah api yang setiap saat siap meluluhlantakkan diriku!” Wajah itu bersuara dengan begitu keras,
sepertinya, volume speaker aktif diputar pada posisi maksimal, seolah-olah. Nada suaranya sepertii seseorang yang sekian lama memendam beban yang sangat berat. Aku hanya bisa terkesiap. Ngomong apa dia? Haram? Apa yang haram?
“Jangan bicara sembarangan! Bukankah aku membeli semua yang kumiliki sekarang secara sah?” Aku mulai tersinggung dengan apa yang dikatakannya..
“Iya..haram, Berapa banyak uang rakyat yang kamu makan? Sudah berapa sak semen mengisi rongga perutmu? Sudah berapa ratus drum aspal yang kau minum? Atau, sudah berapa banyak data-data proyek fiktif yang tidak pernah terwujud itu? Suara dari diriku yang lain itu membentakku
“Kau tidak pernah memikirkan akibat dari perbuatanmu! Ingat! Aku adalah bagian dari dirimu, aku tahu apa yang kau tahu. Berapa banyak korban jiwa akibat kecelakan maut akibat sheet yang kau curi tebalnya?” Wajahku berkata
semakin keras.
“Kau tahu betapa miskinnya para tukang dan tenaga kasar. Kamu masih tega mencuri upah mereka. Atau, sudah berapa kali kau membohongi bendahara dengan memalsukan kwitansi? wajah yang mengaku sebagai bagian dari
diriku semakin berani, seolah-olah menelanjangi apa yang kulakukan selama ini.
“Darimana kamu tahu?” Aku terkesiap kaget.. Aku sudah yakin, bahwa tidak ada yang tahu apa kulakukan selama ini dengan proyek-proyek garapanku.
“huh..kau lupa, aku adalah bagian dari dirimu, Aku tahu setiap detail tindakanmu, karena, Aku sendiri adalah kau!”Kata wajah itu.
“ingat..aku tidak mencuri..aku hanya bermain-main dengan intelektualitas, permainan otakku, sehingga wajar kan..kalau aku mendapat imbalan?” huh..apa tahunya tentang proyek. Proyek adalah ladang uang, halal haram? Nilai
yang absurd! Yang penting proyek lancar, pertanggungjawaban dana disetujui. Dan aku semakin kaya!
“sudahlah, kau jangan mencampuri urusanku, cepat pergi dari sini, aku banyak pekerjaan!”Aku mencoba mengusir wajah itu. Dan wajah itu tertunduk, seperti tidak berani menatapku. Apakah berarti aku telah mematahkannya?
. “ Sebenarnya, aku tidak pernah mau muncul seperti ini, andai saja kau mendengarkanku, yang selalu berbisik setiap kamu melakukan sesuatu. Berarti kau tidak pernah mendengarkanku. Bisa jadi suaraku kalah keras dengan bagian dirimu yang lain, aku terpaksa muncul dihadapanmu sekarang ini. Semakin lama, bagian dirimu yang lain semakin membesar, aku semakin terdesak..hampir-hampir aku tergencet mati. Padahal..kau tahu, kalau aku sampai mati, kau bakal menjelma menjadi iblis…” Pelan sekali wajah itu bersuara.
“Menjadi iblis? Omong kosong apa lagi ini? Aku adalah aku, aku tidak mau hidup miskin! Toh apa yang kulakukan juga dilakukan oleh semua orang dengan porsi yang berbeda-beda!” aku mencoba membela diri.
Huh..benar-benar aneh jalan pikirannya. Aku semakin tidak percaya bahwa dia adalah bagian dari diriku. Aku tidak pernah mempunyai jalan logika seperti dia. Sok suci! Sok peduli! Sok bijaksana! Tapi tunggu!! Dia mengaku bagian yang baik dari diriku?? Apa itu?? Apakah benar-benar ada? Aku semakin pusing dibuatnya. Wajah itu semakin kurang ajar…dia mengetahui jalan pikiranku, dia mempunyai kemampuan analisaku, dia mempunyai tingkat inteletual yang sama denganku. Semua omonganku dapat dipatahkan, bahkan yang bersifat teknis sekalipun..padahal..dikantor, aku terkenal tak terpatahkan!
Apakah benar- benar dia merupakan sisi baikku, Tapi? Apa katanya tadi? Dia hampir tergencet mati? Apakah maksudnya tergencet oleh bagian lain yang jahat dalam diriku? Bagian yang mana lagi? Apakah aku terbuat dari bagian-bagian yang saling berselisih satu sama lain? Ah..omong kosong!!
“Bagaimana? Kau mau menghentikan semua perbuatan jahatmu?” wajah itu kembali bertanya kepadaku
“Menghentikan? Kau pikir mudah?, bisa-bisa aku jatuh miskin. Bahkan bisa jadi aku akan dipecat oleh atasanku karena menghentikan jatah setoran. Kau tahu, uang-uang samar itu, bukan hanya aku yang makan, tapi semuanya! bagaimana nasibku nanti, bagaimana anak istriku? Mau makan apa mereka? Kataku tak mau kalah.
“Bukankah kau masih bisa hidup dengan gaji bersihmu? Atau dengan usaha lain yang lebih halal ? wajah itu tetap bersikeras menyuruhku menghentikan perbuatanku selama ini.
“Ketakutanmu tidak beralasan!, kau takut pada sesuatu yang sudah Tuhan jamin melalui kitab sucinya!, atau jangan-jangan, Tuhanpun telah kau anggap mati? Atau kau mulai menganggap bahwa dirimu sendiri adalah Tuhan!” Aku tercekat dengan kata-katanya yang terakhir.
Tuhan? Sudah berapa lama aku tidak peduli dengan-Nya? Aku menggigil, bagaimanapun bejatnya aku, aku tetap takut dengan namanya mati, dan dari dongeng-dongeng waktu kecil, sering kudengar bahwa Tuhan akan menghukum manusia yang berbuat jahat selama hidup di dunia.
“Tapi bukankah Tuhan maha pengampun? Seberapa besar apapun dosa hambanya? , Besoklah kalau sudah pensiun..aku akan bertobat dan beribadah dengan khusuk dan mulai hidup bersih dengan gaji bersihku!” lagi-lagi otak teknisku bekerja, berusaha mematahkan argumen wajah sisi baikku itu. ..sungguh pintarnya diriku ini!

Wajah itu terdiam..dan..dia menangis!, air matanya menetes pelan-pelan. Menangis? Bagian dari diriku menangis? Sejak kapan aku menangis? Aku tak pernah menangis, selama ini aku selalu tersenyum atau bahkan tertawa terbahak-bahak. Sesungging senyum sinisku menyeruak diantara bibirku yang penuh beraroma tembakau virginia. Senyum yang mengejek dan seperti merayakan kemenangan atas diskusi malam ini dengan wajah yang mengaku sebagai bagian dari diriku itu.
“Aku tidak menyangka sama sekali, bahkan kepada Tuhanpun..kau berani berspekulasi. Kau merasa bisa memerintah Tuhan..sungguh…kejahatan yang Maha besar! Aku tidak pernah menyangka, kau mendikte Tuhan dengan akalmu yang cuma sekelumit kecil. Padahal..kekuasaan Tuhan tidak pernah bisa tercover penuh dengan akal manusia!!”
Wajahku kembali bersuara, tetapi kali ini lebih mirip suara desahan.
“Sudahlah..aku sudah muak menjadi bagian dari dirimu,kau tidak pernah menganggapku ada. aku akan pergi, percuma selama ini aku menyertaimu. tapi ingat, sekali aku sudah pergi, jangan harap aku akan pernah kembali lagi, jangan salahkan aku kalau besok pagi, ketika kau bangun, kau telah berubah menjadi iblis.”Katanya
“baguslah..cepat pergi!, aku sudah tidak peduli dengan segala nasehat bodohmu, yang sebenarnya adalah manifestasi kemalasan berfikirmu.”kataku. Aku tidak akan mau jatuh miskin, hidup seadanya, meninggalkan tambang emas yang ada di otakku, hanya untuk menuruti omongan bodoh makhluk aneh yang muncul secara tiba-tiba.
“Baiklah..aku pergi…selamat tinggal….” Monitorku kembali bergetar keras, kemudian perlahan-lahan wajah itu menghilang seperti asap. Monitor komputerku kembali dipenuhi angka-angka dari Excel yang sedang kujalankan.
Sial! Sudah jam satu malam, dan laporanku belum juga selesai. Gara-gara makhluk sialan itu kerjaanku jadi tertunda. Aku kembali tenggelam dalam dansa-dansi angka-angka, dalam data-data yang sebagian besar palsu, dalam tarian otakku yang meledak-ledak, penuh dengan kecerdasan, dan juga…tenggelam dalam bayangan kemewahan yang telah kuraih selama ini berkat kelihaianku memutar otakku yang cemerlang ini.
Akhirnya selesai juga…aku bisa istirahat dengan tenang. Aku sudah lupa dengan kejadian aneh tadi. Sedikitpun aku tidak ingat lagi kejadian yang baru berlangsung kurang dari dua jam tadi…..
***
Sebuah ciuman mesra mendarat di pipiku yang membuatku terbangun. Sita, istriku, dengan senyum melebar tahu-tahu sudah duduk di samping ranjang.
“Sudah jam tujuh mas, sana mandi dulu, sudah ku siapkan air hangat. Sarapan dan kopi ada di meja makan.” Suara istriku terdengar sungguh nyaman, sebenarnya, mata ini masih enggan untuk terbangun, tetapi Jam 8.00 pagi aku harus sudah standby. Hari ini saatnya Professional hand over atau serah terima proyek jembatan yang sedang kutangani.
Aku menuju kamar mandi. Sampai kamar mandi, aku mulai merasa aneh. Aku merasa di kepalaku ada sedikit benjolan. Segera kuperhatikan diriku dicermin. Astaga, ada dua buah tanduk kecil dikepalaku, kemudian aku menatap lekat mataku di cermin, mata ini..astaga…mataku berubah semakin sipit dan berwarna merah menyala.. lalu..masih ada lagi.. apa ini, kenapa seolah-olah aku menyeret sesuatu? Kutengok bagian belakang tubuhku. Ada semacam ekor yang memanjang dan ujungnya berbentuk seperti mata anak panah. Pandanganku menjadi gelap, aku tidak ingat apa-apa lagi
**finish**

*cerpen ini merupakan refleksi kekhawatiran saya ketika masuk di lingkaran setan bernama birokrasi



parto_sentono mengatakan...

Nurani Yang Hadir Tiba-tiba
Cerpen: parto_sentono

Jam dinding di kamarku sudah menunjukkan jam sebelas malam. Aku masih sibuk dengan Excel di komputerku. Ruang kerjaku sudah penuh dengan asap tembakau. Laporan mingguan proyek harus selesai malam ini. Sedikit lagi, tinggal memasukkan tambahan volume, memodifikasi durasi pekerjaan, sempurna sudah laporanku. Aku tersenyum membayangkan uang yang akan kuperoleh dari proyek pemerintah yang sedang kutangani ini. hahaha..aku memang pintar, dengan keahlianku, aku bisa “menciptakan uang” hanya dengan “sedikit” menggelembungkan volume atau me mark-up jumlah tenaga kerja dan hebatnya, tidak ada seorangpun tahu, atau kalaupun tahu, akan segera terdiam setelah tangannya ku genggamkan amplop coklat muda yg penuh dengan lembaran-lembaran merah yang masih kaku.. Segala kebutuhanku terpenuhi. Apapun yang ingin kubeli pasti terkabul.

Jari-jariku masih terus menari diatas keyboard, ketika tiba-tiba saja, angka2 di monitorku bergerak dengan sendirinya.
“Hey, apa yang terjadi?” aku semakin memperhatikan gerakan angka-angka yang berputar semakin cepat. Lalu angka-angka tersebut membentuk sebuah wajah. Semula samar, lalu lama-lama menjadi jelas dan semakin jelas. Aku masih belum tersadar dengan apa yang terjadi, wajah itu, wajah seorang laki-laki yang..… mirip sekali denganku..tidak..bukan hanya mirip..wajah itu adalah wajahku hanya agak sedikit cerah. Benar..astaga!! kok bisa? Padahal aku merasa belum pernah memasukkan file fotoku dalam harddisk. Dan anehnya lagi, wajah itu bergerak dan bersuara. Suaranya lagi-lagi adalah suaraku, mirip sekali atau bahkan sama, terdengar jelas melalui speaker aktif di samping CPU. Mataku terbelalak melihat semua itu. Apa yang terjadi? Keringat dingin mulai mengucur di sekujur tubuhku.
“Hmm…kamu melakukannya lagi…” wajahku bersuara pelan..seperti ada penyesalan dalam nada suaranya. Dan kata-kata itu pasti ditujukan kepadaku, sebab tidak ada orang lain di kamar kerjaku ini.
“Si…sii..siapa kamu!” aku mencoba bertanya sekenanya. Sungguh… rasa takut mulai merayapi sekujur tubuhku. Apakah ini semacam penampakan hantu seperti yang sering ada di acara-acara televisi itu?
“huh..aku tidak heran..kau pasti tidak ingat padaku, padahal, jelas, aku mempunyai rupa yang sama persis denganmu”
“aku adalah dirimu yang lain, aku adalah bagian dari dirimu yang sudah lama tidak kau sapa, tega-teganya kau melupakanku!” wajah itu kembali bersuara.
“Bagian dari diriku, apa maksudmu? Apa kau kira aku semacam orang yang berkepribadian ganda?”aku tidak mengerti arti ucapan wajahku itu.
“ya, aku adalah dirimu, aku mewakili semua sisi baik yang ada dalam dirimu yang juga diriku” wajah itu semakin meracau tak karuan. Aku tidak juga paham dengan apa yang dibicarakannya.
“Aku muncul dihadapanmu untuk menuntut sesuatu, dan kau harus menurutinya!”Seperti ada nada tekanan pada ucapannya yang terakhir.
“Apa maumu?”tanyaku.
“Aku mau kamu berhenti menjejalkan makanan-makan haram dalam tubuhku, berhenti memakaikan baju-baju haram pada tubuhku, berhenti memberi makan anak istriku dengan makanan makanan haram! Kau tahu? Aku merasa sangat kesakitan dengan makanan-makan dan baju-baju yang seolah-olah membakar tubuhku! Bukan itu saja, setiap benda di rumah ini, seolah-olah api yang setiap saat siap meluluhlantakkan diriku!” Wajah itu bersuara dengan begitu keras,
sepertinya, volume speaker aktif diputar pada posisi maksimal, seolah-olah. Nada suaranya sepertii seseorang yang sekian lama memendam beban yang sangat berat. Aku hanya bisa terkesiap. Ngomong apa dia? Haram? Apa yang haram?
“Jangan bicara sembarangan! Bukankah aku membeli semua yang kumiliki sekarang secara sah?” Aku mulai tersinggung dengan apa yang dikatakannya..
“Iya..haram, Berapa banyak uang rakyat yang kamu makan? Sudah berapa sak semen mengisi rongga perutmu? Sudah berapa ratus drum aspal yang kau minum? Atau, sudah berapa banyak data-data proyek fiktif yang tidak pernah terwujud itu? Suara dari diriku yang lain itu membentakku
“Kau tidak pernah memikirkan akibat dari perbuatanmu! Ingat! Aku adalah bagian dari dirimu, aku tahu apa yang kau tahu. Berapa banyak korban jiwa akibat kecelakan maut akibat sheet yang kau curi tebalnya?” Wajahku berkata
semakin keras.
“Kau tahu betapa miskinnya para tukang dan tenaga kasar. Kamu masih tega mencuri upah mereka. Atau, sudah berapa kali kau membohongi bendahara dengan memalsukan kwitansi? wajah yang mengaku sebagai bagian dari
diriku semakin berani, seolah-olah menelanjangi apa yang kulakukan selama ini.
“Darimana kamu tahu?” Aku terkesiap kaget.. Aku sudah yakin, bahwa tidak ada yang tahu apa kulakukan selama ini dengan proyek-proyek garapanku.
“huh..kau lupa, aku adalah bagian dari dirimu, Aku tahu setiap detail tindakanmu, karena, Aku sendiri adalah kau!”Kata wajah itu.
“ingat..aku tidak mencuri..aku hanya bermain-main dengan intelektualitas, permainan otakku, sehingga wajar kan..kalau aku mendapat imbalan?” huh..apa tahunya tentang proyek. Proyek adalah ladang uang, halal haram? Nilai
yang absurd! Yang penting proyek lancar, pertanggungjawaban dana disetujui. Dan aku semakin kaya!
“sudahlah, kau jangan mencampuri urusanku, cepat pergi dari sini, aku banyak pekerjaan!”Aku mencoba mengusir wajah itu. Dan wajah itu tertunduk, seperti tidak berani menatapku. Apakah berarti aku telah mematahkannya?
. “ Sebenarnya, aku tidak pernah mau muncul seperti ini, andai saja kau mendengarkanku, yang selalu berbisik setiap kamu melakukan sesuatu. Berarti kau tidak pernah mendengarkanku. Bisa jadi suaraku kalah keras dengan bagian dirimu yang lain, aku terpaksa muncul dihadapanmu sekarang ini. Semakin lama, bagian dirimu yang lain semakin membesar, aku semakin terdesak..hampir-hampir aku tergencet mati. Padahal..kau tahu, kalau aku sampai mati, kau bakal menjelma menjadi iblis…” Pelan sekali wajah itu bersuara.
“Menjadi iblis? Omong kosong apa lagi ini? Aku adalah aku, aku tidak mau hidup miskin! Toh apa yang kulakukan juga dilakukan oleh semua orang dengan porsi yang berbeda-beda!” aku mencoba membela diri.
Huh..benar-benar aneh jalan pikirannya. Aku semakin tidak percaya bahwa dia adalah bagian dari diriku. Aku tidak pernah mempunyai jalan logika seperti dia. Sok suci! Sok peduli! Sok bijaksana! Tapi tunggu!! Dia mengaku bagian yang baik dari diriku?? Apa itu?? Apakah benar-benar ada? Aku semakin pusing dibuatnya. Wajah itu semakin kurang ajar…dia mengetahui jalan pikiranku, dia mempunyai kemampuan analisaku, dia mempunyai tingkat inteletual yang sama denganku. Semua omonganku dapat dipatahkan, bahkan yang bersifat teknis sekalipun..padahal..dikantor, aku terkenal tak terpatahkan!
Apakah benar- benar dia merupakan sisi baikku, Tapi? Apa katanya tadi? Dia hampir tergencet mati? Apakah maksudnya tergencet oleh bagian lain yang jahat dalam diriku? Bagian yang mana lagi? Apakah aku terbuat dari bagian-bagian yang saling berselisih satu sama lain? Ah..omong kosong!!
“Bagaimana? Kau mau menghentikan semua perbuatan jahatmu?” wajah itu kembali bertanya kepadaku
“Menghentikan? Kau pikir mudah?, bisa-bisa aku jatuh miskin. Bahkan bisa jadi aku akan dipecat oleh atasanku karena menghentikan jatah setoran. Kau tahu, uang-uang samar itu, bukan hanya aku yang makan, tapi semuanya! bagaimana nasibku nanti, bagaimana anak istriku? Mau makan apa mereka? Kataku tak mau kalah.
“Bukankah kau masih bisa hidup dengan gaji bersihmu? Atau dengan usaha lain yang lebih halal ? wajah itu tetap bersikeras menyuruhku menghentikan perbuatanku selama ini.
“Ketakutanmu tidak beralasan!, kau takut pada sesuatu yang sudah Tuhan jamin melalui kitab sucinya!, atau jangan-jangan, Tuhanpun telah kau anggap mati? Atau kau mulai menganggap bahwa dirimu sendiri adalah Tuhan!” Aku tercekat dengan kata-katanya yang terakhir.
Tuhan? Sudah berapa lama aku tidak peduli dengan-Nya? Aku menggigil, bagaimanapun bejatnya aku, aku tetap takut dengan namanya mati, dan dari dongeng-dongeng waktu kecil, sering kudengar bahwa Tuhan akan menghukum manusia yang berbuat jahat selama hidup di dunia.
“Tapi bukankah Tuhan maha pengampun? Seberapa besar apapun dosa hambanya? , Besoklah kalau sudah pensiun..aku akan bertobat dan beribadah dengan khusuk dan mulai hidup bersih dengan gaji bersihku!” lagi-lagi otak teknisku bekerja, berusaha mematahkan argumen wajah sisi baikku itu. ..sungguh pintarnya diriku ini!

Wajah itu terdiam..dan..dia menangis!, air matanya menetes pelan-pelan. Menangis? Bagian dari diriku menangis? Sejak kapan aku menangis? Aku tak pernah menangis, selama ini aku selalu tersenyum atau bahkan tertawa terbahak-bahak. Sesungging senyum sinisku menyeruak diantara bibirku yang penuh beraroma tembakau virginia. Senyum yang mengejek dan seperti merayakan kemenangan atas diskusi malam ini dengan wajah yang mengaku sebagai bagian dari diriku itu.
“Aku tidak menyangka sama sekali, bahkan kepada Tuhanpun..kau berani berspekulasi. Kau merasa bisa memerintah Tuhan..sungguh…kejahatan yang Maha besar! Aku tidak pernah menyangka, kau mendikte Tuhan dengan akalmu yang cuma sekelumit kecil. Padahal..kekuasaan Tuhan tidak pernah bisa tercover penuh dengan akal manusia!!”
Wajahku kembali bersuara, tetapi kali ini lebih mirip suara desahan.
“Sudahlah..aku sudah muak menjadi bagian dari dirimu,kau tidak pernah menganggapku ada. aku akan pergi, percuma selama ini aku menyertaimu. tapi ingat, sekali aku sudah pergi, jangan harap aku akan pernah kembali lagi, jangan salahkan aku kalau besok pagi, ketika kau bangun, kau telah berubah menjadi iblis.”Katanya
“baguslah..cepat pergi!, aku sudah tidak peduli dengan segala nasehat bodohmu, yang sebenarnya adalah manifestasi kemalasan berfikirmu.”kataku. Aku tidak akan mau jatuh miskin, hidup seadanya, meninggalkan tambang emas yang ada di otakku, hanya untuk menuruti omongan bodoh makhluk aneh yang muncul secara tiba-tiba.
“Baiklah..aku pergi…selamat tinggal….” Monitorku kembali bergetar keras, kemudian perlahan-lahan wajah itu menghilang seperti asap. Monitor komputerku kembali dipenuhi angka-angka dari Excel yang sedang kujalankan.
Sial! Sudah jam satu malam, dan laporanku belum juga selesai. Gara-gara makhluk sialan itu kerjaanku jadi tertunda. Aku kembali tenggelam dalam dansa-dansi angka-angka, dalam data-data yang sebagian besar palsu, dalam tarian otakku yang meledak-ledak, penuh dengan kecerdasan, dan juga…tenggelam dalam bayangan kemewahan yang telah kuraih selama ini berkat kelihaianku memutar otakku yang cemerlang ini.
Akhirnya selesai juga…aku bisa istirahat dengan tenang. Aku sudah lupa dengan kejadian aneh tadi. Sedikitpun aku tidak ingat lagi kejadian yang baru berlangsung kurang dari dua jam tadi…..
***
Sebuah ciuman mesra mendarat di pipiku yang membuatku terbangun. Sita, istriku, dengan senyum melebar tahu-tahu sudah duduk di samping ranjang.
“Sudah jam tujuh mas, sana mandi dulu, sudah ku siapkan air hangat. Sarapan dan kopi ada di meja makan.” Suara istriku terdengar sungguh nyaman, sebenarnya, mata ini masih enggan untuk terbangun, tetapi Jam 8.00 pagi aku harus sudah standby. Hari ini saatnya Professional hand over atau serah terima proyek jembatan yang sedang kutangani.
Aku menuju kamar mandi. Sampai kamar mandi, aku mulai merasa aneh. Aku merasa di kepalaku ada sedikit benjolan. Segera kuperhatikan diriku dicermin. Astaga, ada dua buah tanduk kecil dikepalaku, kemudian aku menatap lekat mataku di cermin, mata ini..astaga…mataku berubah semakin sipit dan berwarna merah menyala.. lalu..masih ada lagi.. apa ini, kenapa seolah-olah aku menyeret sesuatu? Kutengok bagian belakang tubuhku. Ada semacam ekor yang memanjang dan ujungnya berbentuk seperti mata anak panah. Pandanganku menjadi gelap, aku tidak ingat apa-apa lagi
**finish**

*cerpen ini merupakan refleksi kekhawatiran saya ketika masuk di lingkaran setan bernama birokrasi



Unknown mengatakan...

Nurani Yang Hadir Tiba-tiba
Cerpen: parto_sentono

Jam dinding di kamarku sudah menunjukkan jam sebelas malam. Aku masih sibuk dengan Excel di komputerku. Ruang kerjaku sudah penuh dengan asap tembakau. Laporan mingguan proyek harus selesai malam ini. Sedikit lagi, tinggal memasukkan tambahan volume, memodifikasi durasi pekerjaan, sempurna sudah laporanku. Aku tersenyum membayangkan uang yang akan kuperoleh dari proyek pemerintah yang sedang kutangani ini. hahaha..aku memang pintar, dengan keahlianku, aku bisa “menciptakan uang” hanya dengan “sedikit” menggelembungkan volume atau me mark-up jumlah tenaga kerja dan hebatnya, tidak ada seorangpun tahu, atau kalaupun tahu, akan segera terdiam setelah tangannya ku genggamkan amplop coklat muda yg penuh dengan lembaran-lembaran merah yang masih kaku.. Segala kebutuhanku terpenuhi. Apapun yang ingin kubeli pasti terkabul.

Jari-jariku masih terus menari diatas keyboard, ketika tiba-tiba saja, angka2 di monitorku bergerak dengan sendirinya.
“Hey, apa yang terjadi?” aku semakin memperhatikan gerakan angka-angka yang berputar semakin cepat. Lalu angka-angka tersebut membentuk sebuah wajah. Semula samar, lalu lama-lama menjadi jelas dan semakin jelas. Aku masih belum tersadar dengan apa yang terjadi, wajah itu, wajah seorang laki-laki yang..… mirip sekali denganku..tidak..bukan hanya mirip..wajah itu adalah wajahku hanya agak sedikit cerah. Benar..astaga!! kok bisa? Padahal aku merasa belum pernah memasukkan file fotoku dalam harddisk. Dan anehnya lagi, wajah itu bergerak dan bersuara. Suaranya lagi-lagi adalah suaraku, mirip sekali atau bahkan sama, terdengar jelas melalui speaker aktif di samping CPU. Mataku terbelalak melihat semua itu. Apa yang terjadi? Keringat dingin mulai mengucur di sekujur tubuhku.
“Hmm…kamu melakukannya lagi…” wajahku bersuara pelan..seperti ada penyesalan dalam nada suaranya. Dan kata-kata itu pasti ditujukan kepadaku, sebab tidak ada orang lain di kamar kerjaku ini.
“Si…sii..siapa kamu!” aku mencoba bertanya sekenanya. Sungguh… rasa takut mulai merayapi sekujur tubuhku. Apakah ini semacam penampakan hantu seperti yang sering ada di acara-acara televisi itu?
“huh..aku tidak heran..kau pasti tidak ingat padaku, padahal, jelas, aku mempunyai rupa yang sama persis denganmu”
“aku adalah dirimu yang lain, aku adalah bagian dari dirimu yang sudah lama tidak kau sapa, tega-teganya kau melupakanku!” wajah itu kembali bersuara.
“Bagian dari diriku, apa maksudmu? Apa kau kira aku semacam orang yang berkepribadian ganda?”aku tidak mengerti arti ucapan wajahku itu.
“ya, aku adalah dirimu, aku mewakili semua sisi baik yang ada dalam dirimu yang juga diriku” wajah itu semakin meracau tak karuan. Aku tidak juga paham dengan apa yang dibicarakannya.
“Aku muncul dihadapanmu untuk menuntut sesuatu, dan kau harus menurutinya!”Seperti ada nada tekanan pada ucapannya yang terakhir.
“Apa maumu?”tanyaku.
“Aku mau kamu berhenti menjejalkan makanan-makan haram dalam tubuhku, berhenti memakaikan baju-baju haram pada tubuhku, berhenti memberi makan anak istriku dengan makanan makanan haram! Kau tahu? Aku merasa sangat kesakitan dengan makanan-makan dan baju-baju yang seolah-olah membakar tubuhku! Bukan itu saja, setiap benda di rumah ini, seolah-olah api yang setiap saat siap meluluhlantakkan diriku!” Wajah itu bersuara dengan begitu keras,
sepertinya, volume speaker aktif diputar pada posisi maksimal, seolah-olah. Nada suaranya sepertii seseorang yang sekian lama memendam beban yang sangat berat. Aku hanya bisa terkesiap. Ngomong apa dia? Haram? Apa yang haram?
“Jangan bicara sembarangan! Bukankah aku membeli semua yang kumiliki sekarang secara sah?” Aku mulai tersinggung dengan apa yang dikatakannya..
“Iya..haram, Berapa banyak uang rakyat yang kamu makan? Sudah berapa sak semen mengisi rongga perutmu? Sudah berapa ratus drum aspal yang kau minum? Atau, sudah berapa banyak data-data proyek fiktif yang tidak pernah terwujud itu? Suara dari diriku yang lain itu membentakku
“Kau tidak pernah memikirkan akibat dari perbuatanmu! Ingat! Aku adalah bagian dari dirimu, aku tahu apa yang kau tahu. Berapa banyak korban jiwa akibat kecelakan maut akibat sheet yang kau curi tebalnya?” Wajahku berkata
semakin keras.
“Kau tahu betapa miskinnya para tukang dan tenaga kasar. Kamu masih tega mencuri upah mereka. Atau, sudah berapa kali kau membohongi bendahara dengan memalsukan kwitansi? wajah yang mengaku sebagai bagian dari
diriku semakin berani, seolah-olah menelanjangi apa yang kulakukan selama ini.
“Darimana kamu tahu?” Aku terkesiap kaget.. Aku sudah yakin, bahwa tidak ada yang tahu apa kulakukan selama ini dengan proyek-proyek garapanku.
“huh..kau lupa, aku adalah bagian dari dirimu, Aku tahu setiap detail tindakanmu, karena, Aku sendiri adalah kau!”Kata wajah itu.
“ingat..aku tidak mencuri..aku hanya bermain-main dengan intelektualitas, permainan otakku, sehingga wajar kan..kalau aku mendapat imbalan?” huh..apa tahunya tentang proyek. Proyek adalah ladang uang, halal haram? Nilai
yang absurd! Yang penting proyek lancar, pertanggungjawaban dana disetujui. Dan aku semakin kaya!
“sudahlah, kau jangan mencampuri urusanku, cepat pergi dari sini, aku banyak pekerjaan!”Aku mencoba mengusir wajah itu. Dan wajah itu tertunduk, seperti tidak berani menatapku. Apakah berarti aku telah mematahkannya?
. “ Sebenarnya, aku tidak pernah mau muncul seperti ini, andai saja kau mendengarkanku, yang selalu berbisik setiap kamu melakukan sesuatu. Berarti kau tidak pernah mendengarkanku. Bisa jadi suaraku kalah keras dengan bagian dirimu yang lain, aku terpaksa muncul dihadapanmu sekarang ini. Semakin lama, bagian dirimu yang lain semakin membesar, aku semakin terdesak..hampir-hampir aku tergencet mati. Padahal..kau tahu, kalau aku sampai mati, kau bakal menjelma menjadi iblis…” Pelan sekali wajah itu bersuara.
“Menjadi iblis? Omong kosong apa lagi ini? Aku adalah aku, aku tidak mau hidup miskin! Toh apa yang kulakukan juga dilakukan oleh semua orang dengan porsi yang berbeda-beda!” aku mencoba membela diri.
Huh..benar-benar aneh jalan pikirannya. Aku semakin tidak percaya bahwa dia adalah bagian dari diriku. Aku tidak pernah mempunyai jalan logika seperti dia. Sok suci! Sok peduli! Sok bijaksana! Tapi tunggu!! Dia mengaku bagian yang baik dari diriku?? Apa itu?? Apakah benar-benar ada? Aku semakin pusing dibuatnya. Wajah itu semakin kurang ajar…dia mengetahui jalan pikiranku, dia mempunyai kemampuan analisaku, dia mempunyai tingkat inteletual yang sama denganku. Semua omonganku dapat dipatahkan, bahkan yang bersifat teknis sekalipun..padahal..dikantor, aku terkenal tak terpatahkan!
Apakah benar- benar dia merupakan sisi baikku, Tapi? Apa katanya tadi? Dia hampir tergencet mati? Apakah maksudnya tergencet oleh bagian lain yang jahat dalam diriku? Bagian yang mana lagi? Apakah aku terbuat dari bagian-bagian yang saling berselisih satu sama lain? Ah..omong kosong!!
“Bagaimana? Kau mau menghentikan semua perbuatan jahatmu?” wajah itu kembali bertanya kepadaku
“Menghentikan? Kau pikir mudah?, bisa-bisa aku jatuh miskin. Bahkan bisa jadi aku akan dipecat oleh atasanku karena menghentikan jatah setoran. Kau tahu, uang-uang samar itu, bukan hanya aku yang makan, tapi semuanya! bagaimana nasibku nanti, bagaimana anak istriku? Mau makan apa mereka? Kataku tak mau kalah.
“Bukankah kau masih bisa hidup dengan gaji bersihmu? Atau dengan usaha lain yang lebih halal ? wajah itu tetap bersikeras menyuruhku menghentikan perbuatanku selama ini.
“Ketakutanmu tidak beralasan!, kau takut pada sesuatu yang sudah Tuhan jamin melalui kitab sucinya!, atau jangan-jangan, Tuhanpun telah kau anggap mati? Atau kau mulai menganggap bahwa dirimu sendiri adalah Tuhan!” Aku tercekat dengan kata-katanya yang terakhir.
Tuhan? Sudah berapa lama aku tidak peduli dengan-Nya? Aku menggigil, bagaimanapun bejatnya aku, aku tetap takut dengan namanya mati, dan dari dongeng-dongeng waktu kecil, sering kudengar bahwa Tuhan akan menghukum manusia yang berbuat jahat selama hidup di dunia.
“Tapi bukankah Tuhan maha pengampun? Seberapa besar apapun dosa hambanya? , Besoklah kalau sudah pensiun..aku akan bertobat dan beribadah dengan khusuk dan mulai hidup bersih dengan gaji bersihku!” lagi-lagi otak teknisku bekerja, berusaha mematahkan argumen wajah sisi baikku itu. ..sungguh pintarnya diriku ini!

Wajah itu terdiam..dan..dia menangis!, air matanya menetes pelan-pelan. Menangis? Bagian dari diriku menangis? Sejak kapan aku menangis? Aku tak pernah menangis, selama ini aku selalu tersenyum atau bahkan tertawa terbahak-bahak. Sesungging senyum sinisku menyeruak diantara bibirku yang penuh beraroma tembakau virginia. Senyum yang mengejek dan seperti merayakan kemenangan atas diskusi malam ini dengan wajah yang mengaku sebagai bagian dari diriku itu.
“Aku tidak menyangka sama sekali, bahkan kepada Tuhanpun..kau berani berspekulasi. Kau merasa bisa memerintah Tuhan..sungguh…kejahatan yang Maha besar! Aku tidak pernah menyangka, kau mendikte Tuhan dengan akalmu yang cuma sekelumit kecil. Padahal..kekuasaan Tuhan tidak pernah bisa tercover penuh dengan akal manusia!!”
Wajahku kembali bersuara, tetapi kali ini lebih mirip suara desahan.
“Sudahlah..aku sudah muak menjadi bagian dari dirimu,kau tidak pernah menganggapku ada. aku akan pergi, percuma selama ini aku menyertaimu. tapi ingat, sekali aku sudah pergi, jangan harap aku akan pernah kembali lagi, jangan salahkan aku kalau besok pagi, ketika kau bangun, kau telah berubah menjadi iblis.”Katanya
“baguslah..cepat pergi!, aku sudah tidak peduli dengan segala nasehat bodohmu, yang sebenarnya adalah manifestasi kemalasan berfikirmu.”kataku. Aku tidak akan mau jatuh miskin, hidup seadanya, meninggalkan tambang emas yang ada di otakku, hanya untuk menuruti omongan bodoh makhluk aneh yang muncul secara tiba-tiba.
“Baiklah..aku pergi…selamat tinggal….” Monitorku kembali bergetar keras, kemudian perlahan-lahan wajah itu menghilang seperti asap. Monitor komputerku kembali dipenuhi angka-angka dari Excel yang sedang kujalankan.
Sial! Sudah jam satu malam, dan laporanku belum juga selesai. Gara-gara makhluk sialan itu kerjaanku jadi tertunda. Aku kembali tenggelam dalam dansa-dansi angka-angka, dalam data-data yang sebagian besar palsu, dalam tarian otakku yang meledak-ledak, penuh dengan kecerdasan, dan juga…tenggelam dalam bayangan kemewahan yang telah kuraih selama ini berkat kelihaianku memutar otakku yang cemerlang ini.
Akhirnya selesai juga…aku bisa istirahat dengan tenang. Aku sudah lupa dengan kejadian aneh tadi. Sedikitpun aku tidak ingat lagi kejadian yang baru berlangsung kurang dari dua jam tadi…..
***
Sebuah ciuman mesra mendarat di pipiku yang membuatku terbangun. Sita, istriku, dengan senyum melebar tahu-tahu sudah duduk di samping ranjang.
“Sudah jam tujuh mas, sana mandi dulu, sudah ku siapkan air hangat. Sarapan dan kopi ada di meja makan.” Suara istriku terdengar sungguh nyaman, sebenarnya, mata ini masih enggan untuk terbangun, tetapi Jam 8.00 pagi aku harus sudah standby. Hari ini saatnya Professional hand over atau serah terima proyek jembatan yang sedang kutangani.
Aku menuju kamar mandi. Sampai kamar mandi, aku mulai merasa aneh. Aku merasa di kepalaku ada sedikit benjolan. Segera kuperhatikan diriku dicermin. Astaga, ada dua buah tanduk kecil dikepalaku, kemudian aku menatap lekat mataku di cermin, mata ini..astaga…mataku berubah semakin sipit dan berwarna merah menyala.. lalu..masih ada lagi.. apa ini, kenapa seolah-olah aku menyeret sesuatu? Kutengok bagian belakang tubuhku. Ada semacam ekor yang memanjang dan ujungnya berbentuk seperti mata anak panah. Pandanganku menjadi gelap, aku tidak ingat apa-apa lagi
**finish**

*cerpen ini merupakan refleksi kekhawatiran saya ketika masuk di lingkaran setan bernama birokrasi



parto_sentono mengatakan...

Nurani Yang Hadir Tiba-tiba
Cerpen: parto_sentono

Jam dinding di kamarku sudah menunjukkan jam sebelas malam. Aku masih sibuk dengan Excel di komputerku. Ruang kerjaku sudah penuh dengan asap tembakau. Laporan mingguan proyek harus selesai malam ini. Sedikit lagi, tinggal memasukkan tambahan volume, memodifikasi durasi pekerjaan, sempurna sudah laporanku. Aku tersenyum membayangkan uang yang akan kuperoleh dari proyek pemerintah yang sedang kutangani ini. hahaha..aku memang pintar, dengan keahlianku, aku bisa “menciptakan uang” hanya dengan “sedikit” menggelembungkan volume atau me mark-up jumlah tenaga kerja dan hebatnya, tidak ada seorangpun tahu, atau kalaupun tahu, akan segera terdiam setelah tangannya ku genggamkan amplop coklat muda yg penuh dengan lembaran-lembaran merah yang masih kaku.. Segala kebutuhanku terpenuhi. Apapun yang ingin kubeli pasti terkabul.

Jari-jariku masih terus menari diatas keyboard, ketika tiba-tiba saja, angka2 di monitorku bergerak dengan sendirinya.
“Hey, apa yang terjadi?” aku semakin memperhatikan gerakan angka-angka yang berputar semakin cepat. Lalu angka-angka tersebut membentuk sebuah wajah. Semula samar, lalu lama-lama menjadi jelas dan semakin jelas. Aku masih belum tersadar dengan apa yang terjadi, wajah itu, wajah seorang laki-laki yang..… mirip sekali denganku..tidak..bukan hanya mirip..wajah itu adalah wajahku hanya agak sedikit cerah. Benar..astaga!! kok bisa? Padahal aku merasa belum pernah memasukkan file fotoku dalam harddisk. Dan anehnya lagi, wajah itu bergerak dan bersuara. Suaranya lagi-lagi adalah suaraku, mirip sekali atau bahkan sama, terdengar jelas melalui speaker aktif di samping CPU. Mataku terbelalak melihat semua itu. Apa yang terjadi? Keringat dingin mulai mengucur di sekujur tubuhku.
“Hmm…kamu melakukannya lagi…” wajahku bersuara pelan..seperti ada penyesalan dalam nada suaranya. Dan kata-kata itu pasti ditujukan kepadaku, sebab tidak ada orang lain di kamar kerjaku ini.
“Si…sii..siapa kamu!” aku mencoba bertanya sekenanya. Sungguh… rasa takut mulai merayapi sekujur tubuhku. Apakah ini semacam penampakan hantu seperti yang sering ada di acara-acara televisi itu?
“huh..aku tidak heran..kau pasti tidak ingat padaku, padahal, jelas, aku mempunyai rupa yang sama persis denganmu”
“aku adalah dirimu yang lain, aku adalah bagian dari dirimu yang sudah lama tidak kau sapa, tega-teganya kau melupakanku!” wajah itu kembali bersuara.
“Bagian dari diriku, apa maksudmu? Apa kau kira aku semacam orang yang berkepribadian ganda?”aku tidak mengerti arti ucapan wajahku itu.
“ya, aku adalah dirimu, aku mewakili semua sisi baik yang ada dalam dirimu yang juga diriku” wajah itu semakin meracau tak karuan. Aku tidak juga paham dengan apa yang dibicarakannya.
“Aku muncul dihadapanmu untuk menuntut sesuatu, dan kau harus menurutinya!”Seperti ada nada tekanan pada ucapannya yang terakhir.
“Apa maumu?”tanyaku.
“Aku mau kamu berhenti menjejalkan makanan-makan haram dalam tubuhku, berhenti memakaikan baju-baju haram pada tubuhku, berhenti memberi makan anak istriku dengan makanan makanan haram! Kau tahu? Aku merasa sangat kesakitan dengan makanan-makan dan baju-baju yang seolah-olah membakar tubuhku! Bukan itu saja, setiap benda di rumah ini, seolah-olah api yang setiap saat siap meluluhlantakkan diriku!” Wajah itu bersuara dengan begitu keras,
sepertinya, volume speaker aktif diputar pada posisi maksimal, seolah-olah. Nada suaranya sepertii seseorang yang sekian lama memendam beban yang sangat berat. Aku hanya bisa terkesiap. Ngomong apa dia? Haram? Apa yang haram?
“Jangan bicara sembarangan! Bukankah aku membeli semua yang kumiliki sekarang secara sah?” Aku mulai tersinggung dengan apa yang dikatakannya..
“Iya..haram, Berapa banyak uang rakyat yang kamu makan? Sudah berapa sak semen mengisi rongga perutmu? Sudah berapa ratus drum aspal yang kau minum? Atau, sudah berapa banyak data-data proyek fiktif yang tidak pernah terwujud itu? Suara dari diriku yang lain itu membentakku
“Kau tidak pernah memikirkan akibat dari perbuatanmu! Ingat! Aku adalah bagian dari dirimu, aku tahu apa yang kau tahu. Berapa banyak korban jiwa akibat kecelakan maut akibat sheet yang kau curi tebalnya?” Wajahku berkata
semakin keras.
“Kau tahu betapa miskinnya para tukang dan tenaga kasar. Kamu masih tega mencuri upah mereka. Atau, sudah berapa kali kau membohongi bendahara dengan memalsukan kwitansi? wajah yang mengaku sebagai bagian dari
diriku semakin berani, seolah-olah menelanjangi apa yang kulakukan selama ini.
“Darimana kamu tahu?” Aku terkesiap kaget.. Aku sudah yakin, bahwa tidak ada yang tahu apa kulakukan selama ini dengan proyek-proyek garapanku.
“huh..kau lupa, aku adalah bagian dari dirimu, Aku tahu setiap detail tindakanmu, karena, Aku sendiri adalah kau!”Kata wajah itu.
“ingat..aku tidak mencuri..aku hanya bermain-main dengan intelektualitas, permainan otakku, sehingga wajar kan..kalau aku mendapat imbalan?” huh..apa tahunya tentang proyek. Proyek adalah ladang uang, halal haram? Nilai
yang absurd! Yang penting proyek lancar, pertanggungjawaban dana disetujui. Dan aku semakin kaya!
“sudahlah, kau jangan mencampuri urusanku, cepat pergi dari sini, aku banyak pekerjaan!”Aku mencoba mengusir wajah itu. Dan wajah itu tertunduk, seperti tidak berani menatapku. Apakah berarti aku telah mematahkannya?
. “ Sebenarnya, aku tidak pernah mau muncul seperti ini, andai saja kau mendengarkanku, yang selalu berbisik setiap kamu melakukan sesuatu. Berarti kau tidak pernah mendengarkanku. Bisa jadi suaraku kalah keras dengan bagian dirimu yang lain, aku terpaksa muncul dihadapanmu sekarang ini. Semakin lama, bagian dirimu yang lain semakin membesar, aku semakin terdesak..hampir-hampir aku tergencet mati. Padahal..kau tahu, kalau aku sampai mati, kau bakal menjelma menjadi iblis…” Pelan sekali wajah itu bersuara.
“Menjadi iblis? Omong kosong apa lagi ini? Aku adalah aku, aku tidak mau hidup miskin! Toh apa yang kulakukan juga dilakukan oleh semua orang dengan porsi yang berbeda-beda!” aku mencoba membela diri.
Huh..benar-benar aneh jalan pikirannya. Aku semakin tidak percaya bahwa dia adalah bagian dari diriku. Aku tidak pernah mempunyai jalan logika seperti dia. Sok suci! Sok peduli! Sok bijaksana! Tapi tunggu!! Dia mengaku bagian yang baik dari diriku?? Apa itu?? Apakah benar-benar ada? Aku semakin pusing dibuatnya. Wajah itu semakin kurang ajar…dia mengetahui jalan pikiranku, dia mempunyai kemampuan analisaku, dia mempunyai tingkat inteletual yang sama denganku. Semua omonganku dapat dipatahkan, bahkan yang bersifat teknis sekalipun..padahal..dikantor, aku terkenal tak terpatahkan!
Apakah benar- benar dia merupakan sisi baikku, Tapi? Apa katanya tadi? Dia hampir tergencet mati? Apakah maksudnya tergencet oleh bagian lain yang jahat dalam diriku? Bagian yang mana lagi? Apakah aku terbuat dari bagian-bagian yang saling berselisih satu sama lain? Ah..omong kosong!!
“Bagaimana? Kau mau menghentikan semua perbuatan jahatmu?” wajah itu kembali bertanya kepadaku
“Menghentikan? Kau pikir mudah?, bisa-bisa aku jatuh miskin. Bahkan bisa jadi aku akan dipecat oleh atasanku karena menghentikan jatah setoran. Kau tahu, uang-uang samar itu, bukan hanya aku yang makan, tapi semuanya! bagaimana nasibku nanti, bagaimana anak istriku? Mau makan apa mereka? Kataku tak mau kalah.
“Bukankah kau masih bisa hidup dengan gaji bersihmu? Atau dengan usaha lain yang lebih halal ? wajah itu tetap bersikeras menyuruhku menghentikan perbuatanku selama ini.
“Ketakutanmu tidak beralasan!, kau takut pada sesuatu yang sudah Tuhan jamin melalui kitab sucinya!, atau jangan-jangan, Tuhanpun telah kau anggap mati? Atau kau mulai menganggap bahwa dirimu sendiri adalah Tuhan!” Aku tercekat dengan kata-katanya yang terakhir.
Tuhan? Sudah berapa lama aku tidak peduli dengan-Nya? Aku menggigil, bagaimanapun bejatnya aku, aku tetap takut dengan namanya mati, dan dari dongeng-dongeng waktu kecil, sering kudengar bahwa Tuhan akan menghukum manusia yang berbuat jahat selama hidup di dunia.
“Tapi bukankah Tuhan maha pengampun? Seberapa besar apapun dosa hambanya? , Besoklah kalau sudah pensiun..aku akan bertobat dan beribadah dengan khusuk dan mulai hidup bersih dengan gaji bersihku!” lagi-lagi otak teknisku bekerja, berusaha mematahkan argumen wajah sisi baikku itu. ..sungguh pintarnya diriku ini!

Wajah itu terdiam..dan..dia menangis!, air matanya menetes pelan-pelan. Menangis? Bagian dari diriku menangis? Sejak kapan aku menangis? Aku tak pernah menangis, selama ini aku selalu tersenyum atau bahkan tertawa terbahak-bahak. Sesungging senyum sinisku menyeruak diantara bibirku yang penuh beraroma tembakau virginia. Senyum yang mengejek dan seperti merayakan kemenangan atas diskusi malam ini dengan wajah yang mengaku sebagai bagian dari diriku itu.
“Aku tidak menyangka sama sekali, bahkan kepada Tuhanpun..kau berani berspekulasi. Kau merasa bisa memerintah Tuhan..sungguh…kejahatan yang Maha besar! Aku tidak pernah menyangka, kau mendikte Tuhan dengan akalmu yang cuma sekelumit kecil. Padahal..kekuasaan Tuhan tidak pernah bisa tercover penuh dengan akal manusia!!”
Wajahku kembali bersuara, tetapi kali ini lebih mirip suara desahan.
“Sudahlah..aku sudah muak menjadi bagian dari dirimu,kau tidak pernah menganggapku ada. aku akan pergi, percuma selama ini aku menyertaimu. tapi ingat, sekali aku sudah pergi, jangan harap aku akan pernah kembali lagi, jangan salahkan aku kalau besok pagi, ketika kau bangun, kau telah berubah menjadi iblis.”Katanya
“baguslah..cepat pergi!, aku sudah tidak peduli dengan segala nasehat bodohmu, yang sebenarnya adalah manifestasi kemalasan berfikirmu.”kataku. Aku tidak akan mau jatuh miskin, hidup seadanya, meninggalkan tambang emas yang ada di otakku, hanya untuk menuruti omongan bodoh makhluk aneh yang muncul secara tiba-tiba.
“Baiklah..aku pergi…selamat tinggal….” Monitorku kembali bergetar keras, kemudian perlahan-lahan wajah itu menghilang seperti asap. Monitor komputerku kembali dipenuhi angka-angka dari Excel yang sedang kujalankan.
Sial! Sudah jam satu malam, dan laporanku belum juga selesai. Gara-gara makhluk sialan itu kerjaanku jadi tertunda. Aku kembali tenggelam dalam dansa-dansi angka-angka, dalam data-data yang sebagian besar palsu, dalam tarian otakku yang meledak-ledak, penuh dengan kecerdasan, dan juga…tenggelam dalam bayangan kemewahan yang telah kuraih selama ini berkat kelihaianku memutar otakku yang cemerlang ini.
Akhirnya selesai juga…aku bisa istirahat dengan tenang. Aku sudah lupa dengan kejadian aneh tadi. Sedikitpun aku tidak ingat lagi kejadian yang baru berlangsung kurang dari dua jam tadi…..
***
Sebuah ciuman mesra mendarat di pipiku yang membuatku terbangun. Sita, istriku, dengan senyum melebar tahu-tahu sudah duduk di samping ranjang.
“Sudah jam tujuh mas, sana mandi dulu, sudah ku siapkan air hangat. Sarapan dan kopi ada di meja makan.” Suara istriku terdengar sungguh nyaman, sebenarnya, mata ini masih enggan untuk terbangun, tetapi Jam 8.00 pagi aku harus sudah standby. Hari ini saatnya Professional hand over atau serah terima proyek jembatan yang sedang kutangani.
Aku menuju kamar mandi. Sampai kamar mandi, aku mulai merasa aneh. Aku merasa di kepalaku ada sedikit benjolan. Segera kuperhatikan diriku dicermin. Astaga, ada dua buah tanduk kecil dikepalaku, kemudian aku menatap lekat mataku di cermin, mata ini..astaga…mataku berubah semakin sipit dan berwarna merah menyala.. lalu..masih ada lagi.. apa ini, kenapa seolah-olah aku menyeret sesuatu? Kutengok bagian belakang tubuhku. Ada semacam ekor yang memanjang dan ujungnya berbentuk seperti mata anak panah. Pandanganku menjadi gelap, aku tidak ingat apa-apa lagi
**finish**

*cerpen ini merupakan refleksi kekhawatiran saya ketika masuk di lingkaran setan bernama birokrasi



Anonim mengatakan...

Nurani Yang Hadir Tiba-tiba
Cerpen: parto_sentono

Jam dinding di kamarku sudah menunjukkan jam sebelas malam. Aku masih sibuk dengan Excel di komputerku. Ruang kerjaku sudah penuh dengan asap tembakau. Laporan mingguan proyek harus selesai malam ini. Sedikit lagi, tinggal memasukkan tambahan volume, memodifikasi durasi pekerjaan, sempurna sudah laporanku. Aku tersenyum membayangkan uang yang akan kuperoleh dari proyek pemerintah yang sedang kutangani ini. hahaha..aku memang pintar, dengan keahlianku, aku bisa “menciptakan uang” hanya dengan “sedikit” menggelembungkan volume atau me mark-up jumlah tenaga kerja dan hebatnya, tidak ada seorangpun tahu, atau kalaupun tahu, akan segera terdiam setelah tangannya ku genggamkan amplop coklat muda yg penuh dengan lembaran-lembaran merah yang masih kaku.. Segala kebutuhanku terpenuhi. Apapun yang ingin kubeli pasti terkabul.

Jari-jariku masih terus menari diatas keyboard, ketika tiba-tiba saja, angka2 di monitorku bergerak dengan sendirinya.
“Hey, apa yang terjadi?” aku semakin memperhatikan gerakan angka-angka yang berputar semakin cepat. Lalu angka-angka tersebut membentuk sebuah wajah. Semula samar, lalu lama-lama menjadi jelas dan semakin jelas. Aku masih belum tersadar dengan apa yang terjadi, wajah itu, wajah seorang laki-laki yang..… mirip sekali denganku..tidak..bukan hanya mirip..wajah itu adalah wajahku hanya agak sedikit cerah. Benar..astaga!! kok bisa? Padahal aku merasa belum pernah memasukkan file fotoku dalam harddisk. Dan anehnya lagi, wajah itu bergerak dan bersuara. Suaranya lagi-lagi adalah suaraku, mirip sekali atau bahkan sama, terdengar jelas melalui speaker aktif di samping CPU. Mataku terbelalak melihat semua itu. Apa yang terjadi? Keringat dingin mulai mengucur di sekujur tubuhku.
“Hmm…kamu melakukannya lagi…” wajahku bersuara pelan..seperti ada penyesalan dalam nada suaranya. Dan kata-kata itu pasti ditujukan kepadaku, sebab tidak ada orang lain di kamar kerjaku ini.
“Si…sii..siapa kamu!” aku mencoba bertanya sekenanya. Sungguh… rasa takut mulai merayapi sekujur tubuhku. Apakah ini semacam penampakan hantu seperti yang sering ada di acara-acara televisi itu?
“huh..aku tidak heran..kau pasti tidak ingat padaku, padahal, jelas, aku mempunyai rupa yang sama persis denganmu”
“aku adalah dirimu yang lain, aku adalah bagian dari dirimu yang sudah lama tidak kau sapa, tega-teganya kau melupakanku!” wajah itu kembali bersuara.
“Bagian dari diriku, apa maksudmu? Apa kau kira aku semacam orang yang berkepribadian ganda?”aku tidak mengerti arti ucapan wajahku itu.
“ya, aku adalah dirimu, aku mewakili semua sisi baik yang ada dalam dirimu yang juga diriku” wajah itu semakin meracau tak karuan. Aku tidak juga paham dengan apa yang dibicarakannya.
“Aku muncul dihadapanmu untuk menuntut sesuatu, dan kau harus menurutinya!”Seperti ada nada tekanan pada ucapannya yang terakhir.
“Apa maumu?”tanyaku.
“Aku mau kamu berhenti menjejalkan makanan-makan haram dalam tubuhku, berhenti memakaikan baju-baju haram pada tubuhku, berhenti memberi makan anak istriku dengan makanan makanan haram! Kau tahu? Aku merasa sangat kesakitan dengan makanan-makan dan baju-baju yang seolah-olah membakar tubuhku! Bukan itu saja, setiap benda di rumah ini, seolah-olah api yang setiap saat siap meluluhlantakkan diriku!” Wajah itu bersuara dengan begitu keras,
sepertinya, volume speaker aktif diputar pada posisi maksimal, seolah-olah. Nada suaranya sepertii seseorang yang sekian lama memendam beban yang sangat berat. Aku hanya bisa terkesiap. Ngomong apa dia? Haram? Apa yang haram?
“Jangan bicara sembarangan! Bukankah aku membeli semua yang kumiliki sekarang secara sah?” Aku mulai tersinggung dengan apa yang dikatakannya..
“Iya..haram, Berapa banyak uang rakyat yang kamu makan? Sudah berapa sak semen mengisi rongga perutmu? Sudah berapa ratus drum aspal yang kau minum? Atau, sudah berapa banyak data-data proyek fiktif yang tidak pernah terwujud itu? Suara dari diriku yang lain itu membentakku
“Kau tidak pernah memikirkan akibat dari perbuatanmu! Ingat! Aku adalah bagian dari dirimu, aku tahu apa yang kau tahu. Berapa banyak korban jiwa akibat kecelakan maut akibat sheet yang kau curi tebalnya?” Wajahku berkata
semakin keras.
“Kau tahu betapa miskinnya para tukang dan tenaga kasar. Kamu masih tega mencuri upah mereka. Atau, sudah berapa kali kau membohongi bendahara dengan memalsukan kwitansi? wajah yang mengaku sebagai bagian dari
diriku semakin berani, seolah-olah menelanjangi apa yang kulakukan selama ini.
“Darimana kamu tahu?” Aku terkesiap kaget.. Aku sudah yakin, bahwa tidak ada yang tahu apa kulakukan selama ini dengan proyek-proyek garapanku.
“huh..kau lupa, aku adalah bagian dari dirimu, Aku tahu setiap detail tindakanmu, karena, Aku sendiri adalah kau!”Kata wajah itu.
“ingat..aku tidak mencuri..aku hanya bermain-main dengan intelektualitas, permainan otakku, sehingga wajar kan..kalau aku mendapat imbalan?” huh..apa tahunya tentang proyek. Proyek adalah ladang uang, halal haram? Nilai
yang absurd! Yang penting proyek lancar, pertanggungjawaban dana disetujui. Dan aku semakin kaya!
“sudahlah, kau jangan mencampuri urusanku, cepat pergi dari sini, aku banyak pekerjaan!”Aku mencoba mengusir wajah itu. Dan wajah itu tertunduk, seperti tidak berani menatapku. Apakah berarti aku telah mematahkannya?
. “ Sebenarnya, aku tidak pernah mau muncul seperti ini, andai saja kau mendengarkanku, yang selalu berbisik setiap kamu melakukan sesuatu. Berarti kau tidak pernah mendengarkanku. Bisa jadi suaraku kalah keras dengan bagian dirimu yang lain, aku terpaksa muncul dihadapanmu sekarang ini. Semakin lama, bagian dirimu yang lain semakin membesar, aku semakin terdesak..hampir-hampir aku tergencet mati. Padahal..kau tahu, kalau aku sampai mati, kau bakal menjelma menjadi iblis…” Pelan sekali wajah itu bersuara.
“Menjadi iblis? Omong kosong apa lagi ini? Aku adalah aku, aku tidak mau hidup miskin! Toh apa yang kulakukan juga dilakukan oleh semua orang dengan porsi yang berbeda-beda!” aku mencoba membela diri.
Huh..benar-benar aneh jalan pikirannya. Aku semakin tidak percaya bahwa dia adalah bagian dari diriku. Aku tidak pernah mempunyai jalan logika seperti dia. Sok suci! Sok peduli! Sok bijaksana! Tapi tunggu!! Dia mengaku bagian yang baik dari diriku?? Apa itu?? Apakah benar-benar ada? Aku semakin pusing dibuatnya. Wajah itu semakin kurang ajar…dia mengetahui jalan pikiranku, dia mempunyai kemampuan analisaku, dia mempunyai tingkat inteletual yang sama denganku. Semua omonganku dapat dipatahkan, bahkan yang bersifat teknis sekalipun..padahal..dikantor, aku terkenal tak terpatahkan!
Apakah benar- benar dia merupakan sisi baikku, Tapi? Apa katanya tadi? Dia hampir tergencet mati? Apakah maksudnya tergencet oleh bagian lain yang jahat dalam diriku? Bagian yang mana lagi? Apakah aku terbuat dari bagian-bagian yang saling berselisih satu sama lain? Ah..omong kosong!!
“Bagaimana? Kau mau menghentikan semua perbuatan jahatmu?” wajah itu kembali bertanya kepadaku
“Menghentikan? Kau pikir mudah?, bisa-bisa aku jatuh miskin. Bahkan bisa jadi aku akan dipecat oleh atasanku karena menghentikan jatah setoran. Kau tahu, uang-uang samar itu, bukan hanya aku yang makan, tapi semuanya! bagaimana nasibku nanti, bagaimana anak istriku? Mau makan apa mereka? Kataku tak mau kalah.
“Bukankah kau masih bisa hidup dengan gaji bersihmu? Atau dengan usaha lain yang lebih halal ? wajah itu tetap bersikeras menyuruhku menghentikan perbuatanku selama ini.
“Ketakutanmu tidak beralasan!, kau takut pada sesuatu yang sudah Tuhan jamin melalui kitab sucinya!, atau jangan-jangan, Tuhanpun telah kau anggap mati? Atau kau mulai menganggap bahwa dirimu sendiri adalah Tuhan!” Aku tercekat dengan kata-katanya yang terakhir.
Tuhan? Sudah berapa lama aku tidak peduli dengan-Nya? Aku menggigil, bagaimanapun bejatnya aku, aku tetap takut dengan namanya mati, dan dari dongeng-dongeng waktu kecil, sering kudengar bahwa Tuhan akan menghukum manusia yang berbuat jahat selama hidup di dunia.
“Tapi bukankah Tuhan maha pengampun? Seberapa besar apapun dosa hambanya? , Besoklah kalau sudah pensiun..aku akan bertobat dan beribadah dengan khusuk dan mulai hidup bersih dengan gaji bersihku!” lagi-lagi otak teknisku bekerja, berusaha mematahkan argumen wajah sisi baikku itu. ..sungguh pintarnya diriku ini!

Wajah itu terdiam..dan..dia menangis!, air matanya menetes pelan-pelan. Menangis? Bagian dari diriku menangis? Sejak kapan aku menangis? Aku tak pernah menangis, selama ini aku selalu tersenyum atau bahkan tertawa terbahak-bahak. Sesungging senyum sinisku menyeruak diantara bibirku yang penuh beraroma tembakau virginia. Senyum yang mengejek dan seperti merayakan kemenangan atas diskusi malam ini dengan wajah yang mengaku sebagai bagian dari diriku itu.
“Aku tidak menyangka sama sekali, bahkan kepada Tuhanpun..kau berani berspekulasi. Kau merasa bisa memerintah Tuhan..sungguh…kejahatan yang Maha besar! Aku tidak pernah menyangka, kau mendikte Tuhan dengan akalmu yang cuma sekelumit kecil. Padahal..kekuasaan Tuhan tidak pernah bisa tercover penuh dengan akal manusia!!”
Wajahku kembali bersuara, tetapi kali ini lebih mirip suara desahan.
“Sudahlah..aku sudah muak menjadi bagian dari dirimu,kau tidak pernah menganggapku ada. aku akan pergi, percuma selama ini aku menyertaimu. tapi ingat, sekali aku sudah pergi, jangan harap aku akan pernah kembali lagi, jangan salahkan aku kalau besok pagi, ketika kau bangun, kau telah berubah menjadi iblis.”Katanya
“baguslah..cepat pergi!, aku sudah tidak peduli dengan segala nasehat bodohmu, yang sebenarnya adalah manifestasi kemalasan berfikirmu.”kataku. Aku tidak akan mau jatuh miskin, hidup seadanya, meninggalkan tambang emas yang ada di otakku, hanya untuk menuruti omongan bodoh makhluk aneh yang muncul secara tiba-tiba.
“Baiklah..aku pergi…selamat tinggal….” Monitorku kembali bergetar keras, kemudian perlahan-lahan wajah itu menghilang seperti asap. Monitor komputerku kembali dipenuhi angka-angka dari Excel yang sedang kujalankan.
Sial! Sudah jam satu malam, dan laporanku belum juga selesai. Gara-gara makhluk sialan itu kerjaanku jadi tertunda. Aku kembali tenggelam dalam dansa-dansi angka-angka, dalam data-data yang sebagian besar palsu, dalam tarian otakku yang meledak-ledak, penuh dengan kecerdasan, dan juga…tenggelam dalam bayangan kemewahan yang telah kuraih selama ini berkat kelihaianku memutar otakku yang cemerlang ini.
Akhirnya selesai juga…aku bisa istirahat dengan tenang. Aku sudah lupa dengan kejadian aneh tadi. Sedikitpun aku tidak ingat lagi kejadian yang baru berlangsung kurang dari dua jam tadi…..
***
Sebuah ciuman mesra mendarat di pipiku yang membuatku terbangun. Sita, istriku, dengan senyum melebar tahu-tahu sudah duduk di samping ranjang.
“Sudah jam tujuh mas, sana mandi dulu, sudah ku siapkan air hangat. Sarapan dan kopi ada di meja makan.” Suara istriku terdengar sungguh nyaman, sebenarnya, mata ini masih enggan untuk terbangun, tetapi Jam 8.00 pagi aku harus sudah standby. Hari ini saatnya Professional hand over atau serah terima proyek jembatan yang sedang kutangani.
Aku menuju kamar mandi. Sampai kamar mandi, aku mulai merasa aneh. Aku merasa di kepalaku ada sedikit benjolan. Segera kuperhatikan diriku dicermin. Astaga, ada dua buah tanduk kecil dikepalaku, kemudian aku menatap lekat mataku di cermin, mata ini..astaga…mataku berubah semakin sipit dan berwarna merah menyala.. lalu..masih ada lagi.. apa ini, kenapa seolah-olah aku menyeret sesuatu? Kutengok bagian belakang tubuhku. Ada semacam ekor yang memanjang dan ujungnya berbentuk seperti mata anak panah. Pandanganku menjadi gelap, aku tidak ingat apa-apa lagi
**finish**

*cerpen ini merupakan refleksi kekhawatiran saya ketika masuk di lingkaran setan bernama birokrasi



parto_sentono mengatakan...

Nurani Yang Hadir Tiba-tiba
Cerpen: parto_sentono

Jam dinding di kamarku sudah menunjukkan jam sebelas malam. Aku masih sibuk dengan Excel di komputerku. Ruang kerjaku sudah penuh dengan asap tembakau. Laporan mingguan proyek harus selesai malam ini. Sedikit lagi, tinggal memasukkan tambahan volume, memodifikasi durasi pekerjaan, sempurna sudah laporanku. Aku tersenyum membayangkan uang yang akan kuperoleh dari proyek pemerintah yang sedang kutangani ini. hahaha..aku memang pintar, dengan keahlianku, aku bisa “menciptakan uang” hanya dengan “sedikit” menggelembungkan volume atau me mark-up jumlah tenaga kerja dan hebatnya, tidak ada seorangpun tahu, atau kalaupun tahu, akan segera terdiam setelah tangannya ku genggamkan amplop coklat muda yg penuh dengan lembaran-lembaran merah yang masih kaku.. Segala kebutuhanku terpenuhi. Apapun yang ingin kubeli pasti terkabul.

Jari-jariku masih terus menari diatas keyboard, ketika tiba-tiba saja, angka2 di monitorku bergerak dengan sendirinya.
“Hey, apa yang terjadi?” aku semakin memperhatikan gerakan angka-angka yang berputar semakin cepat. Lalu angka-angka tersebut membentuk sebuah wajah. Semula samar, lalu lama-lama menjadi jelas dan semakin jelas. Aku masih belum tersadar dengan apa yang terjadi, wajah itu, wajah seorang laki-laki yang..… mirip sekali denganku..tidak..bukan hanya mirip..wajah itu adalah wajahku hanya agak sedikit cerah. Benar..astaga!! kok bisa? Padahal aku merasa belum pernah memasukkan file fotoku dalam harddisk. Dan anehnya lagi, wajah itu bergerak dan bersuara. Suaranya lagi-lagi adalah suaraku, mirip sekali atau bahkan sama, terdengar jelas melalui speaker aktif di samping CPU. Mataku terbelalak melihat semua itu. Apa yang terjadi? Keringat dingin mulai mengucur di sekujur tubuhku.
“Hmm…kamu melakukannya lagi…” wajahku bersuara pelan..seperti ada penyesalan dalam nada suaranya. Dan kata-kata itu pasti ditujukan kepadaku, sebab tidak ada orang lain di kamar kerjaku ini.
“Si…sii..siapa kamu!” aku mencoba bertanya sekenanya. Sungguh… rasa takut mulai merayapi sekujur tubuhku. Apakah ini semacam penampakan hantu seperti yang sering ada di acara-acara televisi itu?
“huh..aku tidak heran..kau pasti tidak ingat padaku, padahal, jelas, aku mempunyai rupa yang sama persis denganmu”
“aku adalah dirimu yang lain, aku adalah bagian dari dirimu yang sudah lama tidak kau sapa, tega-teganya kau melupakanku!” wajah itu kembali bersuara.
“Bagian dari diriku, apa maksudmu? Apa kau kira aku semacam orang yang berkepribadian ganda?”aku tidak mengerti arti ucapan wajahku itu.
“ya, aku adalah dirimu, aku mewakili semua sisi baik yang ada dalam dirimu yang juga diriku” wajah itu semakin meracau tak karuan. Aku tidak juga paham dengan apa yang dibicarakannya.
“Aku muncul dihadapanmu untuk menuntut sesuatu, dan kau harus menurutinya!”Seperti ada nada tekanan pada ucapannya yang terakhir.
“Apa maumu?”tanyaku.
“Aku mau kamu berhenti menjejalkan makanan-makan haram dalam tubuhku, berhenti memakaikan baju-baju haram pada tubuhku, berhenti memberi makan anak istriku dengan makanan makanan haram! Kau tahu? Aku merasa sangat kesakitan dengan makanan-makan dan baju-baju yang seolah-olah membakar tubuhku! Bukan itu saja, setiap benda di rumah ini, seolah-olah api yang setiap saat siap meluluhlantakkan diriku!” Wajah itu bersuara dengan begitu keras,
sepertinya, volume speaker aktif diputar pada posisi maksimal, seolah-olah. Nada suaranya sepertii seseorang yang sekian lama memendam beban yang sangat berat. Aku hanya bisa terkesiap. Ngomong apa dia? Haram? Apa yang haram?
“Jangan bicara sembarangan! Bukankah aku membeli semua yang kumiliki sekarang secara sah?” Aku mulai tersinggung dengan apa yang dikatakannya..
“Iya..haram, Berapa banyak uang rakyat yang kamu makan? Sudah berapa sak semen mengisi rongga perutmu? Sudah berapa ratus drum aspal yang kau minum? Atau, sudah berapa banyak data-data proyek fiktif yang tidak pernah terwujud itu? Suara dari diriku yang lain itu membentakku
“Kau tidak pernah memikirkan akibat dari perbuatanmu! Ingat! Aku adalah bagian dari dirimu, aku tahu apa yang kau tahu. Berapa banyak korban jiwa akibat kecelakan maut akibat sheet yang kau curi tebalnya?” Wajahku berkata
semakin keras.
“Kau tahu betapa miskinnya para tukang dan tenaga kasar. Kamu masih tega mencuri upah mereka. Atau, sudah berapa kali kau membohongi bendahara dengan memalsukan kwitansi? wajah yang mengaku sebagai bagian dari
diriku semakin berani, seolah-olah menelanjangi apa yang kulakukan selama ini.
“Darimana kamu tahu?” Aku terkesiap kaget.. Aku sudah yakin, bahwa tidak ada yang tahu apa kulakukan selama ini dengan proyek-proyek garapanku.
“huh..kau lupa, aku adalah bagian dari dirimu, Aku tahu setiap detail tindakanmu, karena, Aku sendiri adalah kau!”Kata wajah itu.
“ingat..aku tidak mencuri..aku hanya bermain-main dengan intelektualitas, permainan otakku, sehingga wajar kan..kalau aku mendapat imbalan?” huh..apa tahunya tentang proyek. Proyek adalah ladang uang, halal haram? Nilai
yang absurd! Yang penting proyek lancar, pertanggungjawaban dana disetujui. Dan aku semakin kaya!
“sudahlah, kau jangan mencampuri urusanku, cepat pergi dari sini, aku banyak pekerjaan!”Aku mencoba mengusir wajah itu. Dan wajah itu tertunduk, seperti tidak berani menatapku. Apakah berarti aku telah mematahkannya?
. “ Sebenarnya, aku tidak pernah mau muncul seperti ini, andai saja kau mendengarkanku, yang selalu berbisik setiap kamu melakukan sesuatu. Berarti kau tidak pernah mendengarkanku. Bisa jadi suaraku kalah keras dengan bagian dirimu yang lain, aku terpaksa muncul dihadapanmu sekarang ini. Semakin lama, bagian dirimu yang lain semakin membesar, aku semakin terdesak..hampir-hampir aku tergencet mati. Padahal..kau tahu, kalau aku sampai mati, kau bakal menjelma menjadi iblis…” Pelan sekali wajah itu bersuara.
“Menjadi iblis? Omong kosong apa lagi ini? Aku adalah aku, aku tidak mau hidup miskin! Toh apa yang kulakukan juga dilakukan oleh semua orang dengan porsi yang berbeda-beda!” aku mencoba membela diri.
Huh..benar-benar aneh jalan pikirannya. Aku semakin tidak percaya bahwa dia adalah bagian dari diriku. Aku tidak pernah mempunyai jalan logika seperti dia. Sok suci! Sok peduli! Sok bijaksana! Tapi tunggu!! Dia mengaku bagian yang baik dari diriku?? Apa itu?? Apakah benar-benar ada? Aku semakin pusing dibuatnya. Wajah itu semakin kurang ajar…dia mengetahui jalan pikiranku, dia mempunyai kemampuan analisaku, dia mempunyai tingkat inteletual yang sama denganku. Semua omonganku dapat dipatahkan, bahkan yang bersifat teknis sekalipun..padahal..dikantor, aku terkenal tak terpatahkan!
Apakah benar- benar dia merupakan sisi baikku, Tapi? Apa katanya tadi? Dia hampir tergencet mati? Apakah maksudnya tergencet oleh bagian lain yang jahat dalam diriku? Bagian yang mana lagi? Apakah aku terbuat dari bagian-bagian yang saling berselisih satu sama lain? Ah..omong kosong!!
“Bagaimana? Kau mau menghentikan semua perbuatan jahatmu?” wajah itu kembali bertanya kepadaku
“Menghentikan? Kau pikir mudah?, bisa-bisa aku jatuh miskin. Bahkan bisa jadi aku akan dipecat oleh atasanku karena menghentikan jatah setoran. Kau tahu, uang-uang samar itu, bukan hanya aku yang makan, tapi semuanya! bagaimana nasibku nanti, bagaimana anak istriku? Mau makan apa mereka? Kataku tak mau kalah.
“Bukankah kau masih bisa hidup dengan gaji bersihmu? Atau dengan usaha lain yang lebih halal ? wajah itu tetap bersikeras menyuruhku menghentikan perbuatanku selama ini.
“Ketakutanmu tidak beralasan!, kau takut pada sesuatu yang sudah Tuhan jamin melalui kitab sucinya!, atau jangan-jangan, Tuhanpun telah kau anggap mati? Atau kau mulai menganggap bahwa dirimu sendiri adalah Tuhan!” Aku tercekat dengan kata-katanya yang terakhir.
Tuhan? Sudah berapa lama aku tidak peduli dengan-Nya? Aku menggigil, bagaimanapun bejatnya aku, aku tetap takut dengan namanya mati, dan dari dongeng-dongeng waktu kecil, sering kudengar bahwa Tuhan akan menghukum manusia yang berbuat jahat selama hidup di dunia.
“Tapi bukankah Tuhan maha pengampun? Seberapa besar apapun dosa hambanya? , Besoklah kalau sudah pensiun..aku akan bertobat dan beribadah dengan khusuk dan mulai hidup bersih dengan gaji bersihku!” lagi-lagi otak teknisku bekerja, berusaha mematahkan argumen wajah sisi baikku itu. ..sungguh pintarnya diriku ini!

Wajah itu terdiam..dan..dia menangis!, air matanya menetes pelan-pelan. Menangis? Bagian dari diriku menangis? Sejak kapan aku menangis? Aku tak pernah menangis, selama ini aku selalu tersenyum atau bahkan tertawa terbahak-bahak. Sesungging senyum sinisku menyeruak diantara bibirku yang penuh beraroma tembakau virginia. Senyum yang mengejek dan seperti merayakan kemenangan atas diskusi malam ini dengan wajah yang mengaku sebagai bagian dari diriku itu.
“Aku tidak menyangka sama sekali, bahkan kepada Tuhanpun..kau berani berspekulasi. Kau merasa bisa memerintah Tuhan..sungguh…kejahatan yang Maha besar! Aku tidak pernah menyangka, kau mendikte Tuhan dengan akalmu yang cuma sekelumit kecil. Padahal..kekuasaan Tuhan tidak pernah bisa tercover penuh dengan akal manusia!!”
Wajahku kembali bersuara, tetapi kali ini lebih mirip suara desahan.
“Sudahlah..aku sudah muak menjadi bagian dari dirimu,kau tidak pernah menganggapku ada. aku akan pergi, percuma selama ini aku menyertaimu. tapi ingat, sekali aku sudah pergi, jangan harap aku akan pernah kembali lagi, jangan salahkan aku kalau besok pagi, ketika kau bangun, kau telah berubah menjadi iblis.”Katanya
“baguslah..cepat pergi!, aku sudah tidak peduli dengan segala nasehat bodohmu, yang sebenarnya adalah manifestasi kemalasan berfikirmu.”kataku. Aku tidak akan mau jatuh miskin, hidup seadanya, meninggalkan tambang emas yang ada di otakku, hanya untuk menuruti omongan bodoh makhluk aneh yang muncul secara tiba-tiba.
“Baiklah..aku pergi…selamat tinggal….” Monitorku kembali bergetar keras, kemudian perlahan-lahan wajah itu menghilang seperti asap. Monitor komputerku kembali dipenuhi angka-angka dari Excel yang sedang kujalankan.
Sial! Sudah jam satu malam, dan laporanku belum juga selesai. Gara-gara makhluk sialan itu kerjaanku jadi tertunda. Aku kembali tenggelam dalam dansa-dansi angka-angka, dalam data-data yang sebagian besar palsu, dalam tarian otakku yang meledak-ledak, penuh dengan kecerdasan, dan juga…tenggelam dalam bayangan kemewahan yang telah kuraih selama ini berkat kelihaianku memutar otakku yang cemerlang ini.
Akhirnya selesai juga…aku bisa istirahat dengan tenang. Aku sudah lupa dengan kejadian aneh tadi. Sedikitpun aku tidak ingat lagi kejadian yang baru berlangsung kurang dari dua jam tadi…..
***
Sebuah ciuman mesra mendarat di pipiku yang membuatku terbangun. Sita, istriku, dengan senyum melebar tahu-tahu sudah duduk di samping ranjang.
“Sudah jam tujuh mas, sana mandi dulu, sudah ku siapkan air hangat. Sarapan dan kopi ada di meja makan.” Suara istriku terdengar sungguh nyaman, sebenarnya, mata ini masih enggan untuk terbangun, tetapi Jam 8.00 pagi aku harus sudah standby. Hari ini saatnya Professional hand over atau serah terima proyek jembatan yang sedang kutangani.
Aku menuju kamar mandi. Sampai kamar mandi, aku mulai merasa aneh. Aku merasa di kepalaku ada sedikit benjolan. Segera kuperhatikan diriku dicermin. Astaga, ada dua buah tanduk kecil dikepalaku, kemudian aku menatap lekat mataku di cermin, mata ini..astaga…mataku berubah semakin sipit dan berwarna merah menyala.. lalu..masih ada lagi.. apa ini, kenapa seolah-olah aku menyeret sesuatu? Kutengok bagian belakang tubuhku. Ada semacam ekor yang memanjang dan ujungnya berbentuk seperti mata anak panah. Pandanganku menjadi gelap, aku tidak ingat apa-apa lagi
**finish**

*cerpen ini merupakan refleksi kekhawatiran saya ketika masuk di lingkaran setan bernama birokrasi