05 Agustus, 2008

BUKAN TERMINAL PEMBERHENTIAN

Menikah adalah keindahan, kecuali bagi mereka yang menganggapnya suatu beban. Rumah tangga adalah kemualiaan, kecuali bagi mereka yang menganggapnya sebagai rutinitas tanpa makna. Menikah merupakan perjuangan, kecuali bagi mereka yang menganggapnya sebagai buah yang dipetik dari suatu istirahat panjang yang bernama aktivitas bujangan.

“Sebentar dulu, saya belum mapan”
“Jangan tergesa-gesa, belum ada pekerjaan tetap”
“kamu tuh hiperseks, masak yang dipikir cuma menikah doang, cari pekerjaan dulu, punya rumah, punya gaji yang tujuh digit dibelakang titik”

Seperti itulah alasan-alasan para bujangan untuk menyembunyikan rasa “ketakutan” terhadap sebuah institusi agung bernama pernikahan. Hanya saja menurut saya, pola pikir seperti itu sangat berbahaya. Pola pikir seperti itu menunjukkan seolah-olah ada pertentangan antara produktifitas dan pernikahan.

Yang jadi pertanyaan, mengapa pola pikir seperti itu tidak dibalik?? Menjadi , “bukankah dengan menikah, justru ada pasangan yang semakin menguatkan?? “ada pasangan yang senantiasa menjadikan inspirasi bagi kita untuk lebih kreatif?? “ada pasangan yang semakin mebuat kita lebih bersemangat dalam bekerja??”

Nah..kalo itung-itungan matematis, katakanlah kita menikah usia 35 tahun, besok kalo nganterin anak wisuda, dikira dianterin sama mbah-nya wekekkeeke.

Sesuai dengan fakta yang ada, hampir tidak pernah ada seorang laki-laki yang mencapai kesuksesan ketika ia masih bujangan. Hampir semua kemapanan hidup seorang laki-laki, dicapai dalam rentang usia lebih dari 35 tahun. Silahkan cek kalau gak percaya!!!


Tapi emm..semua itu pendapat saya pribadi sih heheheh..boleh diambil boleh enggak.

*didedikasikan buat: temen2 yang merasa takut menikah karena belum mapan :D

6 comments:

Anonim mengatakan...

Menikah adalah keindahan, kecuali bagi mereka yang menganggapnya suatu beban. Rumah tangga adalah kemualiaan, kecuali bagi mereka yang menganggapnya sebagai rutinitas tanpa makna. Menikah merupakan perjuangan, kecuali bagi mereka yang menganggapnya sebagai buah yang dipetik dari suatu istirahat panjang yang bernama aktivitas bujangan.

“Sebentar dulu, saya belum mapan”
“Jangan tergesa-gesa, belum ada pekerjaan tetap”
“kamu tuh hiperseks, masak yang dipikir cuma menikah doang, cari pekerjaan dulu, punya rumah, punya gaji yang tujuh digit dibelakang titik”

Seperti itulah alasan-alasan para bujangan untuk menyembunyikan rasa “ketakutan” terhadap sebuah institusi agung bernama pernikahan. Hanya saja menurut saya, pola pikir seperti itu sangat berbahaya. Pola pikir seperti itu menunjukkan seolah-olah ada pertentangan antara produktifitas dan pernikahan.

Yang jadi pertanyaan, mengapa pola pikir seperti itu tidak dibalik?? Menjadi , “bukankah dengan menikah, justru ada pasangan yang semakin menguatkan?? “ada pasangan yang senantiasa menjadikan inspirasi bagi kita untuk lebih kreatif?? “ada pasangan yang semakin mebuat kita lebih bersemangat dalam bekerja??”

Nah..kalo itung-itungan matematis, katakanlah kita menikah usia 35 tahun, besok kalo nganterin anak wisuda, dikira dianterin sama mbah-nya wekekkeeke.

Sesuai dengan fakta yang ada, hampir tidak pernah ada seorang laki-laki yang mencapai kesuksesan ketika ia masih bujangan. Hampir semua kemapanan hidup seorang laki-laki, dicapai dalam rentang usia lebih dari 35 tahun. Silahkan cek kalau gak percaya!!!


Tapi emm..semua itu pendapat saya pribadi sih heheheh..boleh diambil boleh enggak.

*didedikasikan buat: temen2 yang merasa takut menikah karena belum mapan :D

parto_sentono mengatakan...

Menikah adalah keindahan, kecuali bagi mereka yang menganggapnya suatu beban. Rumah tangga adalah kemualiaan, kecuali bagi mereka yang menganggapnya sebagai rutinitas tanpa makna. Menikah merupakan perjuangan, kecuali bagi mereka yang menganggapnya sebagai buah yang dipetik dari suatu istirahat panjang yang bernama aktivitas bujangan.

“Sebentar dulu, saya belum mapan”
“Jangan tergesa-gesa, belum ada pekerjaan tetap”
“kamu tuh hiperseks, masak yang dipikir cuma menikah doang, cari pekerjaan dulu, punya rumah, punya gaji yang tujuh digit dibelakang titik”

Seperti itulah alasan-alasan para bujangan untuk menyembunyikan rasa “ketakutan” terhadap sebuah institusi agung bernama pernikahan. Hanya saja menurut saya, pola pikir seperti itu sangat berbahaya. Pola pikir seperti itu menunjukkan seolah-olah ada pertentangan antara produktifitas dan pernikahan.

Yang jadi pertanyaan, mengapa pola pikir seperti itu tidak dibalik?? Menjadi , “bukankah dengan menikah, justru ada pasangan yang semakin menguatkan?? “ada pasangan yang senantiasa menjadikan inspirasi bagi kita untuk lebih kreatif?? “ada pasangan yang semakin mebuat kita lebih bersemangat dalam bekerja??”

Nah..kalo itung-itungan matematis, katakanlah kita menikah usia 35 tahun, besok kalo nganterin anak wisuda, dikira dianterin sama mbah-nya wekekkeeke.

Sesuai dengan fakta yang ada, hampir tidak pernah ada seorang laki-laki yang mencapai kesuksesan ketika ia masih bujangan. Hampir semua kemapanan hidup seorang laki-laki, dicapai dalam rentang usia lebih dari 35 tahun. Silahkan cek kalau gak percaya!!!


Tapi emm..semua itu pendapat saya pribadi sih heheheh..boleh diambil boleh enggak.

*didedikasikan buat: temen2 yang merasa takut menikah karena belum mapan :D

Echi mengatakan...

Menikah adalah keindahan, kecuali bagi mereka yang menganggapnya suatu beban. Rumah tangga adalah kemualiaan, kecuali bagi mereka yang menganggapnya sebagai rutinitas tanpa makna. Menikah merupakan perjuangan, kecuali bagi mereka yang menganggapnya sebagai buah yang dipetik dari suatu istirahat panjang yang bernama aktivitas bujangan.

“Sebentar dulu, saya belum mapan”
“Jangan tergesa-gesa, belum ada pekerjaan tetap”
“kamu tuh hiperseks, masak yang dipikir cuma menikah doang, cari pekerjaan dulu, punya rumah, punya gaji yang tujuh digit dibelakang titik”

Seperti itulah alasan-alasan para bujangan untuk menyembunyikan rasa “ketakutan” terhadap sebuah institusi agung bernama pernikahan. Hanya saja menurut saya, pola pikir seperti itu sangat berbahaya. Pola pikir seperti itu menunjukkan seolah-olah ada pertentangan antara produktifitas dan pernikahan.

Yang jadi pertanyaan, mengapa pola pikir seperti itu tidak dibalik?? Menjadi , “bukankah dengan menikah, justru ada pasangan yang semakin menguatkan?? “ada pasangan yang senantiasa menjadikan inspirasi bagi kita untuk lebih kreatif?? “ada pasangan yang semakin mebuat kita lebih bersemangat dalam bekerja??”

Nah..kalo itung-itungan matematis, katakanlah kita menikah usia 35 tahun, besok kalo nganterin anak wisuda, dikira dianterin sama mbah-nya wekekkeeke.

Sesuai dengan fakta yang ada, hampir tidak pernah ada seorang laki-laki yang mencapai kesuksesan ketika ia masih bujangan. Hampir semua kemapanan hidup seorang laki-laki, dicapai dalam rentang usia lebih dari 35 tahun. Silahkan cek kalau gak percaya!!!


Tapi emm..semua itu pendapat saya pribadi sih heheheh..boleh diambil boleh enggak.

*didedikasikan buat: temen2 yang merasa takut menikah karena belum mapan :D

parto_sentono mengatakan...

Menikah adalah keindahan, kecuali bagi mereka yang menganggapnya suatu beban. Rumah tangga adalah kemualiaan, kecuali bagi mereka yang menganggapnya sebagai rutinitas tanpa makna. Menikah merupakan perjuangan, kecuali bagi mereka yang menganggapnya sebagai buah yang dipetik dari suatu istirahat panjang yang bernama aktivitas bujangan.

“Sebentar dulu, saya belum mapan”
“Jangan tergesa-gesa, belum ada pekerjaan tetap”
“kamu tuh hiperseks, masak yang dipikir cuma menikah doang, cari pekerjaan dulu, punya rumah, punya gaji yang tujuh digit dibelakang titik”

Seperti itulah alasan-alasan para bujangan untuk menyembunyikan rasa “ketakutan” terhadap sebuah institusi agung bernama pernikahan. Hanya saja menurut saya, pola pikir seperti itu sangat berbahaya. Pola pikir seperti itu menunjukkan seolah-olah ada pertentangan antara produktifitas dan pernikahan.

Yang jadi pertanyaan, mengapa pola pikir seperti itu tidak dibalik?? Menjadi , “bukankah dengan menikah, justru ada pasangan yang semakin menguatkan?? “ada pasangan yang senantiasa menjadikan inspirasi bagi kita untuk lebih kreatif?? “ada pasangan yang semakin mebuat kita lebih bersemangat dalam bekerja??”

Nah..kalo itung-itungan matematis, katakanlah kita menikah usia 35 tahun, besok kalo nganterin anak wisuda, dikira dianterin sama mbah-nya wekekkeeke.

Sesuai dengan fakta yang ada, hampir tidak pernah ada seorang laki-laki yang mencapai kesuksesan ketika ia masih bujangan. Hampir semua kemapanan hidup seorang laki-laki, dicapai dalam rentang usia lebih dari 35 tahun. Silahkan cek kalau gak percaya!!!


Tapi emm..semua itu pendapat saya pribadi sih heheheh..boleh diambil boleh enggak.

*didedikasikan buat: temen2 yang merasa takut menikah karena belum mapan :D

parto_sentono mengatakan...

Menikah adalah keindahan, kecuali bagi mereka yang menganggapnya suatu beban. Rumah tangga adalah kemualiaan, kecuali bagi mereka yang menganggapnya sebagai rutinitas tanpa makna. Menikah merupakan perjuangan, kecuali bagi mereka yang menganggapnya sebagai buah yang dipetik dari suatu istirahat panjang yang bernama aktivitas bujangan.

“Sebentar dulu, saya belum mapan”
“Jangan tergesa-gesa, belum ada pekerjaan tetap”
“kamu tuh hiperseks, masak yang dipikir cuma menikah doang, cari pekerjaan dulu, punya rumah, punya gaji yang tujuh digit dibelakang titik”

Seperti itulah alasan-alasan para bujangan untuk menyembunyikan rasa “ketakutan” terhadap sebuah institusi agung bernama pernikahan. Hanya saja menurut saya, pola pikir seperti itu sangat berbahaya. Pola pikir seperti itu menunjukkan seolah-olah ada pertentangan antara produktifitas dan pernikahan.

Yang jadi pertanyaan, mengapa pola pikir seperti itu tidak dibalik?? Menjadi , “bukankah dengan menikah, justru ada pasangan yang semakin menguatkan?? “ada pasangan yang senantiasa menjadikan inspirasi bagi kita untuk lebih kreatif?? “ada pasangan yang semakin mebuat kita lebih bersemangat dalam bekerja??”

Nah..kalo itung-itungan matematis, katakanlah kita menikah usia 35 tahun, besok kalo nganterin anak wisuda, dikira dianterin sama mbah-nya wekekkeeke.

Sesuai dengan fakta yang ada, hampir tidak pernah ada seorang laki-laki yang mencapai kesuksesan ketika ia masih bujangan. Hampir semua kemapanan hidup seorang laki-laki, dicapai dalam rentang usia lebih dari 35 tahun. Silahkan cek kalau gak percaya!!!


Tapi emm..semua itu pendapat saya pribadi sih heheheh..boleh diambil boleh enggak.

*didedikasikan buat: temen2 yang merasa takut menikah karena belum mapan :D

Echi mengatakan...

Menikah adalah keindahan, kecuali bagi mereka yang menganggapnya suatu beban. Rumah tangga adalah kemualiaan, kecuali bagi mereka yang menganggapnya sebagai rutinitas tanpa makna. Menikah merupakan perjuangan, kecuali bagi mereka yang menganggapnya sebagai buah yang dipetik dari suatu istirahat panjang yang bernama aktivitas bujangan.

“Sebentar dulu, saya belum mapan”
“Jangan tergesa-gesa, belum ada pekerjaan tetap”
“kamu tuh hiperseks, masak yang dipikir cuma menikah doang, cari pekerjaan dulu, punya rumah, punya gaji yang tujuh digit dibelakang titik”

Seperti itulah alasan-alasan para bujangan untuk menyembunyikan rasa “ketakutan” terhadap sebuah institusi agung bernama pernikahan. Hanya saja menurut saya, pola pikir seperti itu sangat berbahaya. Pola pikir seperti itu menunjukkan seolah-olah ada pertentangan antara produktifitas dan pernikahan.

Yang jadi pertanyaan, mengapa pola pikir seperti itu tidak dibalik?? Menjadi , “bukankah dengan menikah, justru ada pasangan yang semakin menguatkan?? “ada pasangan yang senantiasa menjadikan inspirasi bagi kita untuk lebih kreatif?? “ada pasangan yang semakin mebuat kita lebih bersemangat dalam bekerja??”

Nah..kalo itung-itungan matematis, katakanlah kita menikah usia 35 tahun, besok kalo nganterin anak wisuda, dikira dianterin sama mbah-nya wekekkeeke.

Sesuai dengan fakta yang ada, hampir tidak pernah ada seorang laki-laki yang mencapai kesuksesan ketika ia masih bujangan. Hampir semua kemapanan hidup seorang laki-laki, dicapai dalam rentang usia lebih dari 35 tahun. Silahkan cek kalau gak percaya!!!


Tapi emm..semua itu pendapat saya pribadi sih heheheh..boleh diambil boleh enggak.

*didedikasikan buat: temen2 yang merasa takut menikah karena belum mapan :D