26 September, 2008

Idul fitri



Ramadhan segera berakhir...berakhir sudah malam malam dengan semarak tilawah, kesejukan air wudhu qiyamul lail, maraknya majelis-majelis ilmu.....

Ya Allah..hamba berdoa kepadaMu, sampaikanlah aku di bulan Ramadhan tahun depan.

saya ucapkan..taqabalallahu minna wa minkum...semoga kita termasuk orang-orang yang kembali...

15 September, 2008

KOMPETISI REGISTRASI



Kompetisi itu begitu menarik. Tetapi mengapa masih ada yang belum mendaftar? Bayangkanlah, suatu ketika anda menjadi panitia lomba lari. Peserta telah mendaftar dan masing – masing mendapatkan nomor punggung dan bertanda dada. Lalu peluit di tiup. Start!! Dan semua berlari. Lalu ada seorang berpakaian rapi. Ia ikut berlari dari start hingga finish. Tanpa mendaftar, tidak ada nomor punggung, tak ada tanda peserta di dada. Dan ia menang! Benar..ia menang!! Lalu meminta hadiah. Adakah anda akan memberi hadiah tersebut??

Ya..terserah anda, tapi mereka yang mendaftar menjadi sulit menerima keputusanmu. Tetapi terserah anda. Sebagaimana dalam kompetisi kehidupan yang berjalan di alur waktu dan terpentas di atas bumi, terserah Sang Maha Penguasa, yang dalam firmanNya telah berkata

“Dan orang-orang kafir, amal-amal mereka laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tapi bila didatanginya, tak ada ia temukan..” (An nuur :39)

Hidup ini kompetisi. Dan Syahadat itulah, yang menegaskan karunia hidayah bagi kita, adalah tanda keikutsertaan yang diberikan Sang Penguasa. Maka adalah manusia bodoh yang harus kita tunjukkan jalan, karena mereka bersemangat berlomba tanpa mendaftar, tanpa tanda Syahadat di dadanya.

Ada juga manusia yang lebih bodoh lagi, adalah kita…..yang kadang-kadang lebih suka duduk berleha-leha di garis start tanpa berlari, padahal kita sudah mendaftar.

Tetapi ada lagi paling bodoh dari yang terbodoh, adalah yang sudah mendaftar, tetapi membatalkan pendaftarannya, dan masih bersikeras untuk ikut berlomba.

Islam adalah iman dan amal shalih. Islam adalah registrasi dan berlari dengan kekuatan penuh!!

Jika engkau telah mendaftar dengan ikrar syahadatmu, berlarilah sekuat tenaga menuju Allah saudaraku. Hingga seperti Musa As dalam larinya, kita akan terengah berkata..”Itulah mereka sedang menyusuli aku. Dan aku bersegera kepada-Mu. Ya Rabbi, agar Engkau ridha kepadaku” (thaha : 84)

11 September, 2008

Sup Kaldu Sayur Lodeh..Apapun namanya Deh!!!

Ada sup kaldu yang bumbunya dimakan dulu. Atau kalo anda penggemar sayur lodeh, itupun boleh. Kias ini dimaksudkan sebagai umpama atas ketergesaan menikmati sisi-sisi indah dalam hubungan dua jenis manusia, plus dan minus, pena dan kotak tinta, unta dan kandangnya…..laki laki dan perempuan. Tak hanya berakibat dosa yang menjanjikan siksa akhirat. Tapi kadang-kadang rasa pedih dan perih itu datangnya segera ketika kita masih didunia.

Ketika pacaran, mereka sudah menikmati semua bumbu yang seharusnya digunakan untuk penyedap kehidupan rumah tangga. Saling mencurahkan perasaan, berbagi, meredakan gelisah, memberi perhatian, pegangan, ciuman…. Dlldll..semua sudah. Pandangan kasih nan sayu, sentuhan mesra, kerapatan fisik, sandaran, singgungan dan tekanan kulit yang ternikmati..semua sudah. Pergi berdua, tamasya mesra, bertualang bersama..semuanya sudah!

Sungguh..lama-lama jiwa menjadi bosan. Takkan ada yang istimewa menjadi kenangan selama hidup di pernikahan malam pertama. Kalau semua sudah dilakukan..sekarang mau apa lagi?? Takkan ada lagi salah tingkah yang sangat mengasyikkan..tak akan lagi ada rasa malu yang sangat ketika baju sudah terbuka..ups…hehehhe

Kalau anda menikah dan pernah pacaran, anda akan membandingkan pacaran dengan pernikahan..dan sudah pasti..pacaran akan lebih indah, karena memang pacaran hanya mencari rasa yang indah. Lalu, jadilah kenangan pacaran sebagai penyesalan dalam hidup berumah tangga. Atau kalau anda membandingkan isteri/suami anda dengan pacar anda dulu, pasti pacar anda yang lebih sempurna. Ya..karena selama pacaran, hanya sifat baik yang ditunjukkan pada anda. Lha wong ketemu pacara dan anda belum mandi saja jarang..bahkan tidak pernah..beda dengan istri/suami anda..yang bahkan suara dengkurannya pun anda hafal :D

Berbeda dengan kenangan masa pacaran, kenangan hari hari pertama pernikahan menjadikan energi yang sangat kuat dalam jalinan ikatan suci.Karena ia juga mengajarkan qanaah (nrimo), ridho (maklum dan rela) dan ikhtiar tanpa membandingkan dengan siapapun dan apapun.

Nah sekarang, kalau ada sekerat daging, semangkuk air, kentang, wortel. Dan kemudian ada bumbu bawang putih, garam, merica, kecap, bawang goreng. Anda tinggal memilih…
1. mau memakan bumbunya (bawang, merica, garam, kecap, bawang goreng diblender trus di minum),
2. atau anda memilih memasaknya, kemudian memakan dalam keadaan panas dan sedap, dengan taburan bawang goreng yang mengundang selera?

Kalau anda memilih yang pertama…:D jangan-jangan anda pantas masuk rumah sakit jiwa wekekeke

09 September, 2008

Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam

bagian 4 (tamat)

Islam, risalah yang ia bawa, mengejutkan dunia dengan mengaja bangsa buta huruf yang miskin dari kedekilan dan kedegilan menjadi bangsa yang bersih, suci, cerdas dan mengajari dunia tentang kesetaraan, kemerdekaan, dan hidup dalam standar yang tinggi. Islam hadir dalam setiap huruf Illahiahnya, memberikan kemuliaan pada jiwa, akal, ruh, darah dan jasad manusia.

Ia tak hanya menggaung diangkasa jauh. Ia datang, ia hadir, ia menemui setiap insane muslim dirumahnya, didalam biliknya, mengajaknya bicara dari hati ke hati..menuntunnya mengamal, merasai nikmat hidup dalam naungan ayat-ayat Allah. Mereka menghayati betapa nikmatnya ketika ragam persoalan hidup yang senantiasa membuntukan akal dijawab oleh islam. Memuaskan..mereka tersenyum. Tak perlu lagi bingung menduakan dunia dan akhirat. Mereka tertawa..tak lagi merancukan antara hak Allah dan hak manusia. MEreka bersujud, mendekati Allah dikeheningan. Dan mereka membuka tangan, mencari ridhaNya di keramaian.

Mereka mentaat dalam hati yang hangat, ketika Allah dan Rosulnya telah mengikat. Mereka berlari penuh motivasi, mengejar inovasi mengelola nikmat-nikmat Illahi.

Oleh karena itu, maka gemuruhlah Makkah dan Madinah oleh lantunan takbir dan talbiyah, ketika sunyi membungkam Roma dan Konstantinopel dalam kekakuan dogma. Maka hangatlah diskusi-diskusi di Bashrah dan Kufah, saat Genoa dan Vanesia dihantui inkuisisi. Maka bersinarlah perpustakaan di Kairo, ketika dukun-dukun komat-kamit di kegelapan lisabon. Maka gemerlaplah Baghdad oleh lantunan ayat di semarak malam, ketika Paris Gulita sejak senja dalam tahayul dan Mitos. Maka gemericiklah air mancur Damaskus dalam kesucian thaharah (wudhu) ketika para bangsawan di London menganggap mandi adalah aktifitas berbahaya. Maka mendengunglah ayat-ayat Allah menjelang buka puasa dengan sajian kurma, yoghurt, serta buah segar di balkon balkon pualam Cordoba dan Granada, saat Kathedral di Wina dan Bern menutup makan malam dengan pudding darah babi!!!

Mereka menyelami lautan karunia Allah dengan kejernihan tahmid, keheningan syukur dan kemurnian pengabdian. Mereka mengarungi titis titis musibah dengan percik percik sabar, kelembutan qanaah dan harmoni tawakkal. Bukankah kehidupan ini rasanya hanya nikmat dan musibah? Bukankah iman itu memang setengahnya adalah syukur dan separonya adalah sabar? Buakankah dua dua nya membuat Allah, RidhaNya, dan syurga kian dekat???

Pendeknya, kata Leopold Weiss dalam The Road to Mecca, islam memberikan rangsangan yang luar biasa dahsyat demi penyelesaian cultural yang menyusun salah satu dari halaman-halaman sejarah paling membanggakan dalam tarikh umat manusia. Dan katanya, rangsangan itu diperoleh dari mengatakan “ya” pada akal dan tidak pada belenggu belenggu. Ya untuk tindakan, dan tidak bagi kemalasan. Ya bagi kehidupan agamais dan tidak bagi kerahiban.

Selesai

Disarikan dari bukunya akh Salim a fillah (saksikan aku seorang muslim)

04 September, 2008

Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam

Bagian 3

Dibalik kebesarannya, ada bayangan kebesaran lain yang nyata sempurnya dalam kesehariannya. Beliau adalah suami, ayah, tetangga, juga teman duduk dan rekan seperjalanan.

Beliau adalah suami yang sempat mengajak istri balapan lari. Atau meredakan kecemburuan istri dengan memencet hidungnya. Beliau membiasakan panggilan khumairaa (yang kemerahan roman mukanya), ‘Aisy (‘Aisyah kecil) dan panggilan sayang lainya di dalam rumah. Bahkan ia wafat dalam pelukan- sambil berciuman sampai air ludah menyatu dengan istri tercinta. Di sela masa sibuk memimpin kaum muslimin, beliau sempat menambal baju, membersihkan terompah bahkan menggiling gandum dan memerah susu untuk santapannya.

Tidak kaku, begitu luwes pemimpin besar ini menjadi ayah yang menimang Ibrahim sang putera. “Lihatlah ‘Aisy, bukankah Ibrahim mirim denganku?” tanyanya suatu ketika. Saat Ibrahim dipanggil Allahpun, dalam posisi sebagai ayah yang penyayang, mengatakan, “Mengalir air mata bersedih hati, namu kami tak mengatakan yang Allah murkai.., dan sungguh dengan kematianmu wahai Ibrahin, kami begitu bersedih..” (HR Muslim)

Tetangganya begitu tenteram, aman dari gangguan tangan dan lisan sebagaimana yang beliau sabdakan. Bahkan unik, saat ia di musushi di Makkah, sampai saat ia hijrah, penduduk Makkah, orang yang ingin membunuhnya, pun masih percaya untuk menitipkan barang-barangnya pada belaiau sehingga ‘Ali harus di tinggal untuk mengembalikannya. AL Amin…gelar yang tidak hanya sekedar gelar..

Beliau adalah teman duduk yang mengasyikkan, candanya tak pernah berbumbu dusta. “Wahai pemilik dua telinga!”, panggilan paling lucu di Arab yang membuat shahabat tergelak ini pernah beliau serukan pada Az Zubair. Penampilan ebliaua begitu sederhana, tak ingin berbeda dari shahabatnya. Tetapi tetap saja beliau selalu rapi, wangi, dan menyejukkan mata. Beliau tidak suka orang berdiri menyambut kedatangannya, beliau paling awal menjenguk orang sakit, duduk bersama kaum miskin dan menghadiri undangan budak sahaya.

Beliau juga teman seperjalanan yang menyenangkan. Ketika tiba saat menyembelih domba dan yang lain berkata, “Akulah yang akan mengulitinya”, “Akulah yang akan memasaknya”. Maka beliaua segera mencari celah untuk berperan, misalnya berkata “Akulah yang akan mengumpulkan kayu bakarnya.”
Pemimpin besar ini amat besar rasa malunya melebihi gadis dalam pingitan. Kalau dalam kepungan ahzab para shahabat hanya mengganjal perut dengan satu batu, beliau dengan dua batu. Tapi disaat itulah, disaat keadaan paling genting, ketika Madinah terjepit menunggu sapuan pasukan sekutu Ahzab, beliau adalah orang yang paling tenang dan menenangkan, bahkan memberikan motivasi dengan sesuatu yang mustahil menurut pertimbangan akal.

Al Barra’ ibn Adzib menceritakan hari-hari sulit dalam penggalian khandaq. “Saat menggali parit, di beberapa tempat kami terhalang oleh tanah yang sanagt keras dan tidak bisa digali dengan cangkul. Kami melaporkan hal itu kepada Rosulullah SAW, beliau datang, mengambil cangkul dan bersabda, “Bismillah..” , kemudian beliau menghantam tanah keras itu sekali hantam hingga muncul percikan api.

“Allahu akbar!! Aku diberi kunci-kunci syam. Demi Allah, aku benar-benar melihat istananya yang bercat merah saat ini” Lalu beliau menghantam bagian tanah keras yang lain dan kembali bersabda “Allahu Akbar, Aku diberi tanah Persia. Demi Allah aku dapat melihat istana Mada’in yang berwarna putih saat ini”. Dan yang ketiga beliau bersabda “Allahu Akbar, aku diberi kunci-kunci Yaman. Demi Allah dari tempat ini aku bisa melihat pintu gerbang pintu gerbang Shan’a”

Begitulah, kemuliaan tak pernah jemu mengiringi setiap langkah Rosulullah sejak sebelum Nubuwwah.

03 September, 2008

Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam

Bagian2

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orator handal. Adakah orator dengan daya tahan sekaligus daya mempertahankan massa seperti beliau? Menjelang wafat, beliau pernah berkhutbah setelah subuh sampai dhuhur, dilanjutkan sampai ashar, lalu dilanjutkan lagi sampai maghrib tanpa seorangpun bosan, tertidur, mengantuk ataupun bersuara kecuali untuk memenuhi seruan beliau. Bahkan, sebagaimana dituturkan Tsauban dalam haditsnya, para shahabat begitu terbawa suasana sendu, semua mengucurkan air mata, seolah khutbah itu merupakan salam perpisahan dari sang kekasih tercinta. Saya ragu, apakah Sukarno dan Napoleon III ada seujung jarinya?

Beliau adalah pemimpin negara, yang saat mengimami shalat atau memimpin perjalanan jauh sempat bertanya, “Dimana si Fulan?> mengapa ia tak tampak?” Urwah ibn Mas’ud Ats Tsaqafy, utusan Quraisy yang menemui beliau bersaksi,
“ ..Demi Allah, aku pernah menjadi utusan untuk menemui para raja, kaisar dan kisra.Demi Allah, tidak pernah kulihat seorang raja yang diagung-agungkan rekan rekannya, seperti yang dilakukan rekan-rekan Muhammad kepadanya..”

Bentuk keagungannya berbeda dengan Kisra Persia dan kaisar Romawi. Umar pernah menangis menyaksikan beliau tidur beralaskan tikar kulit kasar yang dijalin rerumputan, alas yang membuat punggung beliau berbekas bilur. “Sungguh ya Rosullullah, Kisra dan kaisar bertelekan diatas bantal dan permadani suteranya. Pelayanpun hilir mudik menyediakan kerpeluannya, sementara kedudukanmu di sisi Allah jauh lebih mulia..” Keluh Umar ibn khattab. Ini salah satu keluhan yang kurang beliau sukai, tapi dengan senyum termanis yang pernah disaksikan dunia, beliau jelaskan kepada shahabat yang selalu penuh semangat ini “Apakah engkau tidak ridha mereka mendapat dunia sedang kita menyimpan akhirat wahai Ibnul Khattab?”

Beliau memang penguasa yang kekuasaannya tak kalah dengan kisra dan kaisar, tentu beliau layak sejajar dengan mereka dalam fasilitas. Tapi yang beliau kuasai bukan hanya wilayah, rakyat dan tentara, yang beliau taklukkan adalah hati, untuk diseru bersama dan berpadu mengesakan Allah, Illah yang Ahad.

Beliau adalah negosiator paling brilian, sengketa Hajar Aswad dan perjanjian Hudaibiah adalah sedikit kiprahnya. Beliau juga melakukan korespondensi yang berani dengan menyurati penguasa-penguasa di zamannya termasuk Kisra, Caesar, Najasyi dan Muqaiqus.

Syaikh Shafiyurrahman juga menyebut dalam Ar Rahiqul Makhtum-nya bahwa beliau, “Mengetahui logat-logat bangsa arab, berbicara dengan setiap kabilah Arab menurut logat masing-masing, berdialog dengan mereka menuntut bahasa masing-masing. Ada kekuatan pola bahasa Badui yang cadas berhimpun dalam dirinya, begitu pula kejernihan dan kejelasan cara bicara orang yang sudah beradab..”

Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam


Bagian 1

Ketika orang-orang musyrik mempertanyakan, mengapa risalah tidak diturunkan kepada dua intelektual besar zaman itu, dua orang paling terpelajar, dua orang yang mendapat gelar cendekiawan : Al Walid ibn Al Mughirah dari Makkah atau Ma'ud ibn 'Amr Ats Tsaqafi dari Thaif...

"Mereka berkata, "mengapakan AL- Qur'an ini tidak diturunkan pada seorang besar dari dua negeri (Makkah dan Thaif) ini? (Az Zukhruf 31)

Allah memberi jawaban telak, yang kalau diakui jujur tak bisa dibantah bahwa memang hanya Muhammad yang pantas.

"..Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan.." (AL An'am 124)
"Sepuluh tahun aku tinggal di rumah Rosulullah, dan selama itu aku belum pernah mendengar kata-kata kasar dan pertengkaran." Kesaksian anas ibn malik ini boleh jadi menjadi gambaran dan perihidup manusia paling mulia sepanjang zaman ini.

Beliau orang besar, tak ada yang membantah. Yatim ketika sejak lahirnya, lalu hidup di pedesaan bani sa'ad yang penuh kesegaran dan kesantunan. Persusuan ini memberi makna lebih dari sekedarnya. Lalu ia kembali ke asuhan ibunda. Hanya sesaat, lalu ia piatu.

Sang kakek membawa Muhammad kecil ke inner circle pemerintahan Quraisy. Itupun..lagi-lagi tak lama. Hingga ia dibawa berkenalan oleh paman termiskinnya ke dunia nyata: Menggembala kambing untuk melanjutkan hidup. Jauh dari hingar bingar politik. Tapi imajinasinya membangun sebuah "kepemimpinan" pada kambing-kambingnya seperti yang ia saksikan saat kakeknya mengelola makkah.

Di usia 12 tahun, ia menjadi "manager unit internasional" Abu Tholib sampai ke syam (syria). dan dialah sales yang menjadi kunci sukses kafilah dengan kejujurannya.

Usia 20 dia menjadi pengelola utama bisnis Raksasa yang di investasikan oleh Khadijah. Dia, enterpreneur muda dengan sifat nabawi: Shiddiq (jujur/kredible), amanah (kapabel), fathanah (smart), dan tabligh (informatif); Sifat-sifat nabawi ini kini di rujuk teori enterpreneurship modern.

Beliau seorang panglima, administrator militer yang tak ada bandingannya dalam sejarah. Sepuluh tahun di madinah, 30-an ghazwah beliau pimpin sendiri disamping 300-an sariyah (datasemen) yang beliau bentuk dan berangkatkan. Dari segi jumlah ini saja, Napoleon Bonaparte kebanggaan eropa, George Washington ataupun Simon Bolivat-nya Amerika Latin, tak ada seujung kukunya.