16 Desember, 2008

sinkronisasi cara berpikir

tadi sore, ponakanku yang lucu dan mulai nakal, usia usia play group, "membuang" beras cukup banyak (kalo cuman 2 kilo ada) ke saluran irigasi sebelah rumah. Yach, desa tempat tinggalku saat ini memang cukup ndeso, desa trini tercinta yang masih cukup banyak sawah terhampar.

kembali ke tema semula kekkekke, ketika ketahuan ibunya a.k.a mbakyuku, ponakanku tersebut langsung dimarahin dan di tarik masuk rumah. Berbagai nasihat berbusa busa keluar dari mulut mbakku. Nasihat tentang sayang makanan, tentang bersyukur, tentang empati orang lain yang susah makan...dan saya yakin, anak sekecil itu (iwan fals mode ON) tak akan paham dengan nasihat-nasihat "berat" seperti itu. Dan akhirnya, ponakanku cuman bisa menangis karena permainan mengasyikkannya di interupsi secara kasar.

Habis maghrib, saya coba bertanya sama ponakanku tadi

parto: "dik, kok tadi nangis kenapa?"
ponakan: "dimarahi umi, karena masukin beras ke parit"
parto: "lah..kok beras di buang ke parit kenapa?"
ponakan: "enggak tak buang om...di parit kan banyak katak kecil dan kecebongnya..kasihan gak ada yang ngasih makan.. nanti bisa mati kelaparan.."

Nb: dialog berlangsung dalam bahasa jawa

deg!!! jawaban polos membuat saya tersentak. asli tersentak!!. Ternyata yang dilakukan ponakanku bukan bermaksud "membuang makanan", tapi "memberi makan" katak kecil dan kecebong yang menghuni saluran tersebut. kalo yang ini cebong yang benar-benar cebong, dan bukan cebong yang ini kekekke..piss mbak....

penjelasan yang terdengar masih agak cedal tersebut membuat saya sadar, bahwa pola pikir anak anak yang polos, sangat jauh berbeda dengan cara berpikir kita. Harusnya kita yang menyesuaikan pola pikir kita dengan anak-anak yang polos tanpa dosa tersebut, bukan memaksa anak-anak polos tersebut menelan paksa logika-logika berat yang bukan porsi anak-anak. Bukan begitu anak-anak????

5 comments:

Cebong Ipiet mengatakan...

tadi sore, ponakanku yang lucu dan mulai nakal, usia usia play group, "membuang" beras cukup banyak (kalo cuman 2 kilo ada) ke saluran irigasi sebelah rumah. Yach, desa tempat tinggalku saat ini memang cukup ndeso, desa trini tercinta yang masih cukup banyak sawah terhampar.

kembali ke tema semula kekkekke, ketika ketahuan ibunya a.k.a mbakyuku, ponakanku tersebut langsung dimarahin dan di tarik masuk rumah. Berbagai nasihat berbusa busa keluar dari mulut mbakku. Nasihat tentang sayang makanan, tentang bersyukur, tentang empati orang lain yang susah makan...dan saya yakin, anak sekecil itu (iwan fals mode ON) tak akan paham dengan nasihat-nasihat "berat" seperti itu. Dan akhirnya, ponakanku cuman bisa menangis karena permainan mengasyikkannya di interupsi secara kasar.

Habis maghrib, saya coba bertanya sama ponakanku tadi

parto: "dik, kok tadi nangis kenapa?"
ponakan: "dimarahi umi, karena masukin beras ke parit"
parto: "lah..kok beras di buang ke parit kenapa?"
ponakan: "enggak tak buang om...di parit kan banyak katak kecil dan kecebongnya..kasihan gak ada yang ngasih makan.. nanti bisa mati kelaparan.."

Nb: dialog berlangsung dalam bahasa jawa

deg!!! jawaban polos membuat saya tersentak. asli tersentak!!. Ternyata yang dilakukan ponakanku bukan bermaksud "membuang makanan", tapi "memberi makan" katak kecil dan kecebong yang menghuni saluran tersebut. kalo yang ini cebong yang benar-benar cebong, dan bukan cebong yang ini kekekke..piss mbak....

penjelasan yang terdengar masih agak cedal tersebut membuat saya sadar, bahwa pola pikir anak anak yang polos, sangat jauh berbeda dengan cara berpikir kita. Harusnya kita yang menyesuaikan pola pikir kita dengan anak-anak yang polos tanpa dosa tersebut, bukan memaksa anak-anak polos tersebut menelan paksa logika-logika berat yang bukan porsi anak-anak. Bukan begitu anak-anak????

parto_sentono mengatakan...

tadi sore, ponakanku yang lucu dan mulai nakal, usia usia play group, "membuang" beras cukup banyak (kalo cuman 2 kilo ada) ke saluran irigasi sebelah rumah. Yach, desa tempat tinggalku saat ini memang cukup ndeso, desa trini tercinta yang masih cukup banyak sawah terhampar.

kembali ke tema semula kekkekke, ketika ketahuan ibunya a.k.a mbakyuku, ponakanku tersebut langsung dimarahin dan di tarik masuk rumah. Berbagai nasihat berbusa busa keluar dari mulut mbakku. Nasihat tentang sayang makanan, tentang bersyukur, tentang empati orang lain yang susah makan...dan saya yakin, anak sekecil itu (iwan fals mode ON) tak akan paham dengan nasihat-nasihat "berat" seperti itu. Dan akhirnya, ponakanku cuman bisa menangis karena permainan mengasyikkannya di interupsi secara kasar.

Habis maghrib, saya coba bertanya sama ponakanku tadi

parto: "dik, kok tadi nangis kenapa?"
ponakan: "dimarahi umi, karena masukin beras ke parit"
parto: "lah..kok beras di buang ke parit kenapa?"
ponakan: "enggak tak buang om...di parit kan banyak katak kecil dan kecebongnya..kasihan gak ada yang ngasih makan.. nanti bisa mati kelaparan.."

Nb: dialog berlangsung dalam bahasa jawa

deg!!! jawaban polos membuat saya tersentak. asli tersentak!!. Ternyata yang dilakukan ponakanku bukan bermaksud "membuang makanan", tapi "memberi makan" katak kecil dan kecebong yang menghuni saluran tersebut. kalo yang ini cebong yang benar-benar cebong, dan bukan cebong yang ini kekekke..piss mbak....

penjelasan yang terdengar masih agak cedal tersebut membuat saya sadar, bahwa pola pikir anak anak yang polos, sangat jauh berbeda dengan cara berpikir kita. Harusnya kita yang menyesuaikan pola pikir kita dengan anak-anak yang polos tanpa dosa tersebut, bukan memaksa anak-anak polos tersebut menelan paksa logika-logika berat yang bukan porsi anak-anak. Bukan begitu anak-anak????

Anonim mengatakan...

tadi sore, ponakanku yang lucu dan mulai nakal, usia usia play group, "membuang" beras cukup banyak (kalo cuman 2 kilo ada) ke saluran irigasi sebelah rumah. Yach, desa tempat tinggalku saat ini memang cukup ndeso, desa trini tercinta yang masih cukup banyak sawah terhampar.

kembali ke tema semula kekkekke, ketika ketahuan ibunya a.k.a mbakyuku, ponakanku tersebut langsung dimarahin dan di tarik masuk rumah. Berbagai nasihat berbusa busa keluar dari mulut mbakku. Nasihat tentang sayang makanan, tentang bersyukur, tentang empati orang lain yang susah makan...dan saya yakin, anak sekecil itu (iwan fals mode ON) tak akan paham dengan nasihat-nasihat "berat" seperti itu. Dan akhirnya, ponakanku cuman bisa menangis karena permainan mengasyikkannya di interupsi secara kasar.

Habis maghrib, saya coba bertanya sama ponakanku tadi

parto: "dik, kok tadi nangis kenapa?"
ponakan: "dimarahi umi, karena masukin beras ke parit"
parto: "lah..kok beras di buang ke parit kenapa?"
ponakan: "enggak tak buang om...di parit kan banyak katak kecil dan kecebongnya..kasihan gak ada yang ngasih makan.. nanti bisa mati kelaparan.."

Nb: dialog berlangsung dalam bahasa jawa

deg!!! jawaban polos membuat saya tersentak. asli tersentak!!. Ternyata yang dilakukan ponakanku bukan bermaksud "membuang makanan", tapi "memberi makan" katak kecil dan kecebong yang menghuni saluran tersebut. kalo yang ini cebong yang benar-benar cebong, dan bukan cebong yang ini kekekke..piss mbak....

penjelasan yang terdengar masih agak cedal tersebut membuat saya sadar, bahwa pola pikir anak anak yang polos, sangat jauh berbeda dengan cara berpikir kita. Harusnya kita yang menyesuaikan pola pikir kita dengan anak-anak yang polos tanpa dosa tersebut, bukan memaksa anak-anak polos tersebut menelan paksa logika-logika berat yang bukan porsi anak-anak. Bukan begitu anak-anak????

Anonim mengatakan...

tadi sore, ponakanku yang lucu dan mulai nakal, usia usia play group, "membuang" beras cukup banyak (kalo cuman 2 kilo ada) ke saluran irigasi sebelah rumah. Yach, desa tempat tinggalku saat ini memang cukup ndeso, desa trini tercinta yang masih cukup banyak sawah terhampar.

kembali ke tema semula kekkekke, ketika ketahuan ibunya a.k.a mbakyuku, ponakanku tersebut langsung dimarahin dan di tarik masuk rumah. Berbagai nasihat berbusa busa keluar dari mulut mbakku. Nasihat tentang sayang makanan, tentang bersyukur, tentang empati orang lain yang susah makan...dan saya yakin, anak sekecil itu (iwan fals mode ON) tak akan paham dengan nasihat-nasihat "berat" seperti itu. Dan akhirnya, ponakanku cuman bisa menangis karena permainan mengasyikkannya di interupsi secara kasar.

Habis maghrib, saya coba bertanya sama ponakanku tadi

parto: "dik, kok tadi nangis kenapa?"
ponakan: "dimarahi umi, karena masukin beras ke parit"
parto: "lah..kok beras di buang ke parit kenapa?"
ponakan: "enggak tak buang om...di parit kan banyak katak kecil dan kecebongnya..kasihan gak ada yang ngasih makan.. nanti bisa mati kelaparan.."

Nb: dialog berlangsung dalam bahasa jawa

deg!!! jawaban polos membuat saya tersentak. asli tersentak!!. Ternyata yang dilakukan ponakanku bukan bermaksud "membuang makanan", tapi "memberi makan" katak kecil dan kecebong yang menghuni saluran tersebut. kalo yang ini cebong yang benar-benar cebong, dan bukan cebong yang ini kekekke..piss mbak....

penjelasan yang terdengar masih agak cedal tersebut membuat saya sadar, bahwa pola pikir anak anak yang polos, sangat jauh berbeda dengan cara berpikir kita. Harusnya kita yang menyesuaikan pola pikir kita dengan anak-anak yang polos tanpa dosa tersebut, bukan memaksa anak-anak polos tersebut menelan paksa logika-logika berat yang bukan porsi anak-anak. Bukan begitu anak-anak????

parto_sentono mengatakan...

tadi sore, ponakanku yang lucu dan mulai nakal, usia usia play group, "membuang" beras cukup banyak (kalo cuman 2 kilo ada) ke saluran irigasi sebelah rumah. Yach, desa tempat tinggalku saat ini memang cukup ndeso, desa trini tercinta yang masih cukup banyak sawah terhampar.

kembali ke tema semula kekkekke, ketika ketahuan ibunya a.k.a mbakyuku, ponakanku tersebut langsung dimarahin dan di tarik masuk rumah. Berbagai nasihat berbusa busa keluar dari mulut mbakku. Nasihat tentang sayang makanan, tentang bersyukur, tentang empati orang lain yang susah makan...dan saya yakin, anak sekecil itu (iwan fals mode ON) tak akan paham dengan nasihat-nasihat "berat" seperti itu. Dan akhirnya, ponakanku cuman bisa menangis karena permainan mengasyikkannya di interupsi secara kasar.

Habis maghrib, saya coba bertanya sama ponakanku tadi

parto: "dik, kok tadi nangis kenapa?"
ponakan: "dimarahi umi, karena masukin beras ke parit"
parto: "lah..kok beras di buang ke parit kenapa?"
ponakan: "enggak tak buang om...di parit kan banyak katak kecil dan kecebongnya..kasihan gak ada yang ngasih makan.. nanti bisa mati kelaparan.."

Nb: dialog berlangsung dalam bahasa jawa

deg!!! jawaban polos membuat saya tersentak. asli tersentak!!. Ternyata yang dilakukan ponakanku bukan bermaksud "membuang makanan", tapi "memberi makan" katak kecil dan kecebong yang menghuni saluran tersebut. kalo yang ini cebong yang benar-benar cebong, dan bukan cebong yang ini kekekke..piss mbak....

penjelasan yang terdengar masih agak cedal tersebut membuat saya sadar, bahwa pola pikir anak anak yang polos, sangat jauh berbeda dengan cara berpikir kita. Harusnya kita yang menyesuaikan pola pikir kita dengan anak-anak yang polos tanpa dosa tersebut, bukan memaksa anak-anak polos tersebut menelan paksa logika-logika berat yang bukan porsi anak-anak. Bukan begitu anak-anak????