15 Desember, 2008

Rupo oh Rupo

pada suatu ketika, helm saya ada yang naksir sehingga lenyap tanpa bekas di parkiran universitas janabadra yogya. Yach, karena saya menganut paham safety riding dan berkeyakinan bahwa helm bukanlah assesoris semata untuk menakut-nakuti polisi, saya meluncur ke daerah bumijo untuk membeli helm standar.

masuk ke kios yang cukup sumpek, mata saya tertarik pada deretan helm di rak agak atas, tanpa basa basi saya memanggil yang jaga kios tersebut, terjadilah dialog

Parto: "mbak, helm kae (menunjuk rak atas) regane piro? (mbak, helm itu harganya berapa?"

mbak ayune: "mas, sing ning dhuwur kui regane larang, mending sing ning ngisor wae murah" (mas, yang sebelah atas harganya mahal, mending yang bawah aja, murah..)"


mendengar jawaban mbak cantik penjaga kios tadi, sepontan saya berkata agak "sedikit" keras... kalo tidak salah ucapan saya seperti ini "mbak... celukno sing due kios iki..kiose tak tuku kabeh" (mbak, tolong panggilkan yang punya kios ini, kiosnya saya beli semua). dan kemudian saya ngeloyor pergi begitu saja. Sampai pintu keluar, saya berbalik lagi dan berkata "mbak..nek kowe kui di dol, paling kowe melu tak tuku" (mbak, kalo kamu dijual, mungkin ikut saya beli). terus terang saya cukup tersinggung. hehehhe... dan akhirnya saya tidak jadi beli di kios tersebut, dan memilih membeli di kios sebelahnya.

Sampai rumah, saya teringat kejadian di kios tadi, dan otomatis juga kemudian saya melihat diri saya di cermin. terpampanglah sosok agak tembem, dengan kulit hitam (kebanyakan berjemur nungguin jembatan), rambut awut awutan, keringat meleleh dan juga gigi besar kuning-kuning. dan akhirnya saya sadar...memang dari tampang saja, memang seperti tidak ada bakat jadi orang kaya.

akhirnya saya maklum dengan ucapan mbak tadi yang mungkin bermaksud baik. Dan untuk mbak penjaga kios yang mungkin membaca tulisan ini, saya mohon maaf sebesar-besarnya atas ucapan saya yang kasar.

5 comments:

Anonim mengatakan...

pada suatu ketika, helm saya ada yang naksir sehingga lenyap tanpa bekas di parkiran universitas janabadra yogya. Yach, karena saya menganut paham safety riding dan berkeyakinan bahwa helm bukanlah assesoris semata untuk menakut-nakuti polisi, saya meluncur ke daerah bumijo untuk membeli helm standar.

masuk ke kios yang cukup sumpek, mata saya tertarik pada deretan helm di rak agak atas, tanpa basa basi saya memanggil yang jaga kios tersebut, terjadilah dialog

Parto: "mbak, helm kae (menunjuk rak atas) regane piro? (mbak, helm itu harganya berapa?"

mbak ayune: "mas, sing ning dhuwur kui regane larang, mending sing ning ngisor wae murah" (mas, yang sebelah atas harganya mahal, mending yang bawah aja, murah..)"


mendengar jawaban mbak cantik penjaga kios tadi, sepontan saya berkata agak "sedikit" keras... kalo tidak salah ucapan saya seperti ini "mbak... celukno sing due kios iki..kiose tak tuku kabeh" (mbak, tolong panggilkan yang punya kios ini, kiosnya saya beli semua). dan kemudian saya ngeloyor pergi begitu saja. Sampai pintu keluar, saya berbalik lagi dan berkata "mbak..nek kowe kui di dol, paling kowe melu tak tuku" (mbak, kalo kamu dijual, mungkin ikut saya beli). terus terang saya cukup tersinggung. hehehhe... dan akhirnya saya tidak jadi beli di kios tersebut, dan memilih membeli di kios sebelahnya.

Sampai rumah, saya teringat kejadian di kios tadi, dan otomatis juga kemudian saya melihat diri saya di cermin. terpampanglah sosok agak tembem, dengan kulit hitam (kebanyakan berjemur nungguin jembatan), rambut awut awutan, keringat meleleh dan juga gigi besar kuning-kuning. dan akhirnya saya sadar...memang dari tampang saja, memang seperti tidak ada bakat jadi orang kaya.

akhirnya saya maklum dengan ucapan mbak tadi yang mungkin bermaksud baik. Dan untuk mbak penjaga kios yang mungkin membaca tulisan ini, saya mohon maaf sebesar-besarnya atas ucapan saya yang kasar.

Anonim mengatakan...

pada suatu ketika, helm saya ada yang naksir sehingga lenyap tanpa bekas di parkiran universitas janabadra yogya. Yach, karena saya menganut paham safety riding dan berkeyakinan bahwa helm bukanlah assesoris semata untuk menakut-nakuti polisi, saya meluncur ke daerah bumijo untuk membeli helm standar.

masuk ke kios yang cukup sumpek, mata saya tertarik pada deretan helm di rak agak atas, tanpa basa basi saya memanggil yang jaga kios tersebut, terjadilah dialog

Parto: "mbak, helm kae (menunjuk rak atas) regane piro? (mbak, helm itu harganya berapa?"

mbak ayune: "mas, sing ning dhuwur kui regane larang, mending sing ning ngisor wae murah" (mas, yang sebelah atas harganya mahal, mending yang bawah aja, murah..)"


mendengar jawaban mbak cantik penjaga kios tadi, sepontan saya berkata agak "sedikit" keras... kalo tidak salah ucapan saya seperti ini "mbak... celukno sing due kios iki..kiose tak tuku kabeh" (mbak, tolong panggilkan yang punya kios ini, kiosnya saya beli semua). dan kemudian saya ngeloyor pergi begitu saja. Sampai pintu keluar, saya berbalik lagi dan berkata "mbak..nek kowe kui di dol, paling kowe melu tak tuku" (mbak, kalo kamu dijual, mungkin ikut saya beli). terus terang saya cukup tersinggung. hehehhe... dan akhirnya saya tidak jadi beli di kios tersebut, dan memilih membeli di kios sebelahnya.

Sampai rumah, saya teringat kejadian di kios tadi, dan otomatis juga kemudian saya melihat diri saya di cermin. terpampanglah sosok agak tembem, dengan kulit hitam (kebanyakan berjemur nungguin jembatan), rambut awut awutan, keringat meleleh dan juga gigi besar kuning-kuning. dan akhirnya saya sadar...memang dari tampang saja, memang seperti tidak ada bakat jadi orang kaya.

akhirnya saya maklum dengan ucapan mbak tadi yang mungkin bermaksud baik. Dan untuk mbak penjaga kios yang mungkin membaca tulisan ini, saya mohon maaf sebesar-besarnya atas ucapan saya yang kasar.

parto_sentono mengatakan...

pada suatu ketika, helm saya ada yang naksir sehingga lenyap tanpa bekas di parkiran universitas janabadra yogya. Yach, karena saya menganut paham safety riding dan berkeyakinan bahwa helm bukanlah assesoris semata untuk menakut-nakuti polisi, saya meluncur ke daerah bumijo untuk membeli helm standar.

masuk ke kios yang cukup sumpek, mata saya tertarik pada deretan helm di rak agak atas, tanpa basa basi saya memanggil yang jaga kios tersebut, terjadilah dialog

Parto: "mbak, helm kae (menunjuk rak atas) regane piro? (mbak, helm itu harganya berapa?"

mbak ayune: "mas, sing ning dhuwur kui regane larang, mending sing ning ngisor wae murah" (mas, yang sebelah atas harganya mahal, mending yang bawah aja, murah..)"


mendengar jawaban mbak cantik penjaga kios tadi, sepontan saya berkata agak "sedikit" keras... kalo tidak salah ucapan saya seperti ini "mbak... celukno sing due kios iki..kiose tak tuku kabeh" (mbak, tolong panggilkan yang punya kios ini, kiosnya saya beli semua). dan kemudian saya ngeloyor pergi begitu saja. Sampai pintu keluar, saya berbalik lagi dan berkata "mbak..nek kowe kui di dol, paling kowe melu tak tuku" (mbak, kalo kamu dijual, mungkin ikut saya beli). terus terang saya cukup tersinggung. hehehhe... dan akhirnya saya tidak jadi beli di kios tersebut, dan memilih membeli di kios sebelahnya.

Sampai rumah, saya teringat kejadian di kios tadi, dan otomatis juga kemudian saya melihat diri saya di cermin. terpampanglah sosok agak tembem, dengan kulit hitam (kebanyakan berjemur nungguin jembatan), rambut awut awutan, keringat meleleh dan juga gigi besar kuning-kuning. dan akhirnya saya sadar...memang dari tampang saja, memang seperti tidak ada bakat jadi orang kaya.

akhirnya saya maklum dengan ucapan mbak tadi yang mungkin bermaksud baik. Dan untuk mbak penjaga kios yang mungkin membaca tulisan ini, saya mohon maaf sebesar-besarnya atas ucapan saya yang kasar.

Anonim mengatakan...

pada suatu ketika, helm saya ada yang naksir sehingga lenyap tanpa bekas di parkiran universitas janabadra yogya. Yach, karena saya menganut paham safety riding dan berkeyakinan bahwa helm bukanlah assesoris semata untuk menakut-nakuti polisi, saya meluncur ke daerah bumijo untuk membeli helm standar.

masuk ke kios yang cukup sumpek, mata saya tertarik pada deretan helm di rak agak atas, tanpa basa basi saya memanggil yang jaga kios tersebut, terjadilah dialog

Parto: "mbak, helm kae (menunjuk rak atas) regane piro? (mbak, helm itu harganya berapa?"

mbak ayune: "mas, sing ning dhuwur kui regane larang, mending sing ning ngisor wae murah" (mas, yang sebelah atas harganya mahal, mending yang bawah aja, murah..)"


mendengar jawaban mbak cantik penjaga kios tadi, sepontan saya berkata agak "sedikit" keras... kalo tidak salah ucapan saya seperti ini "mbak... celukno sing due kios iki..kiose tak tuku kabeh" (mbak, tolong panggilkan yang punya kios ini, kiosnya saya beli semua). dan kemudian saya ngeloyor pergi begitu saja. Sampai pintu keluar, saya berbalik lagi dan berkata "mbak..nek kowe kui di dol, paling kowe melu tak tuku" (mbak, kalo kamu dijual, mungkin ikut saya beli). terus terang saya cukup tersinggung. hehehhe... dan akhirnya saya tidak jadi beli di kios tersebut, dan memilih membeli di kios sebelahnya.

Sampai rumah, saya teringat kejadian di kios tadi, dan otomatis juga kemudian saya melihat diri saya di cermin. terpampanglah sosok agak tembem, dengan kulit hitam (kebanyakan berjemur nungguin jembatan), rambut awut awutan, keringat meleleh dan juga gigi besar kuning-kuning. dan akhirnya saya sadar...memang dari tampang saja, memang seperti tidak ada bakat jadi orang kaya.

akhirnya saya maklum dengan ucapan mbak tadi yang mungkin bermaksud baik. Dan untuk mbak penjaga kios yang mungkin membaca tulisan ini, saya mohon maaf sebesar-besarnya atas ucapan saya yang kasar.

parto_sentono mengatakan...

pada suatu ketika, helm saya ada yang naksir sehingga lenyap tanpa bekas di parkiran universitas janabadra yogya. Yach, karena saya menganut paham safety riding dan berkeyakinan bahwa helm bukanlah assesoris semata untuk menakut-nakuti polisi, saya meluncur ke daerah bumijo untuk membeli helm standar.

masuk ke kios yang cukup sumpek, mata saya tertarik pada deretan helm di rak agak atas, tanpa basa basi saya memanggil yang jaga kios tersebut, terjadilah dialog

Parto: "mbak, helm kae (menunjuk rak atas) regane piro? (mbak, helm itu harganya berapa?"

mbak ayune: "mas, sing ning dhuwur kui regane larang, mending sing ning ngisor wae murah" (mas, yang sebelah atas harganya mahal, mending yang bawah aja, murah..)"


mendengar jawaban mbak cantik penjaga kios tadi, sepontan saya berkata agak "sedikit" keras... kalo tidak salah ucapan saya seperti ini "mbak... celukno sing due kios iki..kiose tak tuku kabeh" (mbak, tolong panggilkan yang punya kios ini, kiosnya saya beli semua). dan kemudian saya ngeloyor pergi begitu saja. Sampai pintu keluar, saya berbalik lagi dan berkata "mbak..nek kowe kui di dol, paling kowe melu tak tuku" (mbak, kalo kamu dijual, mungkin ikut saya beli). terus terang saya cukup tersinggung. hehehhe... dan akhirnya saya tidak jadi beli di kios tersebut, dan memilih membeli di kios sebelahnya.

Sampai rumah, saya teringat kejadian di kios tadi, dan otomatis juga kemudian saya melihat diri saya di cermin. terpampanglah sosok agak tembem, dengan kulit hitam (kebanyakan berjemur nungguin jembatan), rambut awut awutan, keringat meleleh dan juga gigi besar kuning-kuning. dan akhirnya saya sadar...memang dari tampang saja, memang seperti tidak ada bakat jadi orang kaya.

akhirnya saya maklum dengan ucapan mbak tadi yang mungkin bermaksud baik. Dan untuk mbak penjaga kios yang mungkin membaca tulisan ini, saya mohon maaf sebesar-besarnya atas ucapan saya yang kasar.