01 Februari, 2009

Kaya? Buat Apa????

Mungkin banyak dari kita yang mengira bahwa Rosululah SAW adalah orang yang miskin. Yach..memang banyak hadits yang menerangkan tentang "kemiskinan" Rosulullah SAW, seperti hadits 'Aisyah yang menceritakan rumah beliau tiga bulan tidak berasap dan tiga bulan itu makan kurma dan air. Tapi apakah memang Rosulullah itu miskin, mari kita telaah bersama-sama..

Ketika manusia bingung menghadapi kemajuan teknologi yang serba memudahkan, Rosulullah telah meneladankan hidup yang sangat menarik, Rosulullah memang sederhana, tetapi kesederhanaan itu lenyap seketika kalau sudah berurusan dengan pengembangan kualitas diri dan permudahan ibadah kepada Allah.

Mudahnya begini, Untuk sesuatu yang tidak essensial bagi dakwah, Rosulullah menggunakan sesuatu yang sangat sederhana. Misalnya pakaian, pakaian Rosululah sangat sederhana, tidak istimewa dan biasa-biasa saja. Sandalnya juga..sederhana sekali, bahkan ketika sobek, Rosulullah menjahitnya sendiri. Makanan juga demikian, sangat sederhana, tetapi terjamin kualitas gizinya. Kita ingat makanan kesukaan Rosulullah yang jarang dinikmatinya, paham kambing panggang. Atau minuman kesukaan Rosulullah.. yaitu susu kambing dan madu. Selama hidup, rosululah lebih sering memakan kurma. Sederhana sekali, tetapi terjamin gizi dan kualitasnya.

Tetapi coba kita lihat fasilitas apa yang beliau gunakan untuk memudahkan Jihad dan Dakwahnya.

Kendaraan misalnya, Al Qashwa, unta putih beliau adalah unta yang sangat tangkas, gesit cepat dan sangat sehat. Duldul, keledai beliau juga sangat kuat dan kukuh jalannya dan berumur panjang bahkan hingga masa kepemimpinan Mua’wiyah Ra. Kuda beliau adalah kuda tertangkas, tergesit dan tercepat.

Kemudian kita lihat pedang Rosulullah..pedang komando yang bernama Dzul Lujjain, jangan diragukan kualitas logamnya, tempaannya dan kehalusan pembuatannya. Bahkan ada yang menyebutkan, untuk membuat lapisan komando, diperlukan beberapa kilogram emas untuk melapisi pedang Rosululah tersebut. Lapisan komando adalah bagian yang sangat berkilat jika ditimpa sinar matahari untuk memberi kode dan aba aba kepada pasukan dari kejauhan. Apakah semua itu adalah murah? Tentu saja tidak!!

Yah..begitulah, Rosulullah hendak mengajarkan kepada kita bagaimana "mengalihkan" kekayaan yang kita miliki, dan hal ini di contoh secara sukses oleh shahabat-shahabat beliau.

misalnya Utsman yang membeli sumur yang dikuasai oleh Yahudi dengan harga 16 ribu dinar atau setara dengan 2.5 kilogram emas (Dua setengah kilogram!!! banyak kan????).

Atau ketika utsman bin affan menyedekahkan 700 ekor onta bersama muatannya. dengan catatan, Seekor Onta harganya pada saat ini sekitar 10 juta. Jadi, Utsman sama saja menyedekahkan 7 Milyar rupiah (untanya), entah berapa nilai muatannya..yang pasti lebih banyak :D.

Sekarang kita bayangkan, di dompet kita terdapat uang sebanyak Rp 67.000 terdiri dari satu lembar 50 ribuan, satu lembar 10 ribuan dan satu lembar 5 ribuan dan 2 lembar seribuan, dan pada saat yang sama, ada kotak infak yang "berjalan" dihadapan kita. Kira - kira pecahan uang yang mana yang kita masukkan? hehehhehhe

back to topic...
Contoh sikap Rosulullah dan para shahabat tersebut, menjadikan kita paham, bahwa untuk kepentingan ibadah dan dakwah, untuk kemajuan Islam, kita tidak perlu terlalu irit. Walaupun tetap harus dalam proporsinya.

Sebagai contoh, jika Islam memerintahkan untuk bersilaturahmi misalnya dan itu menuntut kapasitas phonebook yang besar, komunikasi intens dan kehandalan handset, adalah bodoh jika kita memilih hanphone yang semata hiburan, game, kemudahan operasional dan fitur – fitur yang tidak signifikan bagi kepentingan silaturahmi, dan agaknya handset dengan semata hiburan ini banyak disediakan oleh vendor ponsel asal finlandia yang ikut mendanai Zionisme Internasional. Jangan pake' henpon yang entu yach.... atau nanti tak unekke wong goblog lho...kekeke

sekonyong-konyong gak pake koder, saya teringat dengan penggalan doa Abu Bakar yang terkenal itu...

“Ya Allah, jadikanlah dunia ini ditanganku dan akhirat di hatiku”
Penggalan doa Abu Bakar ini mengajarkan kita banyak hal. Tangan bermakna pengelolaan. Abu bakar tidak ingin dunia masuk kedalam hatinya. Ia hanya ingin dunia ada dalam genggaman tangannya, dalam pengelolaannya dan dalam kuasanya. Abu akar sangat paham, bahwa sebanyak apapun kekayaan yang ditimbun, tidak akan pernah memuliakan pemiliknya. Seseorang hanya akan mulia dengan kualitas dirinya, baik dihadapan Allah maupun dihadapan Manusia lainnya.

so..... jadilah orang kaya..sekaya-kayanya!!!!!

Disadur secara bebas dari bukunya mas salim a fillah

0 comments: