03 September, 2008

Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam

Bagian2

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orator handal. Adakah orator dengan daya tahan sekaligus daya mempertahankan massa seperti beliau? Menjelang wafat, beliau pernah berkhutbah setelah subuh sampai dhuhur, dilanjutkan sampai ashar, lalu dilanjutkan lagi sampai maghrib tanpa seorangpun bosan, tertidur, mengantuk ataupun bersuara kecuali untuk memenuhi seruan beliau. Bahkan, sebagaimana dituturkan Tsauban dalam haditsnya, para shahabat begitu terbawa suasana sendu, semua mengucurkan air mata, seolah khutbah itu merupakan salam perpisahan dari sang kekasih tercinta. Saya ragu, apakah Sukarno dan Napoleon III ada seujung jarinya?

Beliau adalah pemimpin negara, yang saat mengimami shalat atau memimpin perjalanan jauh sempat bertanya, “Dimana si Fulan?> mengapa ia tak tampak?” Urwah ibn Mas’ud Ats Tsaqafy, utusan Quraisy yang menemui beliau bersaksi,
“ ..Demi Allah, aku pernah menjadi utusan untuk menemui para raja, kaisar dan kisra.Demi Allah, tidak pernah kulihat seorang raja yang diagung-agungkan rekan rekannya, seperti yang dilakukan rekan-rekan Muhammad kepadanya..”

Bentuk keagungannya berbeda dengan Kisra Persia dan kaisar Romawi. Umar pernah menangis menyaksikan beliau tidur beralaskan tikar kulit kasar yang dijalin rerumputan, alas yang membuat punggung beliau berbekas bilur. “Sungguh ya Rosullullah, Kisra dan kaisar bertelekan diatas bantal dan permadani suteranya. Pelayanpun hilir mudik menyediakan kerpeluannya, sementara kedudukanmu di sisi Allah jauh lebih mulia..” Keluh Umar ibn khattab. Ini salah satu keluhan yang kurang beliau sukai, tapi dengan senyum termanis yang pernah disaksikan dunia, beliau jelaskan kepada shahabat yang selalu penuh semangat ini “Apakah engkau tidak ridha mereka mendapat dunia sedang kita menyimpan akhirat wahai Ibnul Khattab?”

Beliau memang penguasa yang kekuasaannya tak kalah dengan kisra dan kaisar, tentu beliau layak sejajar dengan mereka dalam fasilitas. Tapi yang beliau kuasai bukan hanya wilayah, rakyat dan tentara, yang beliau taklukkan adalah hati, untuk diseru bersama dan berpadu mengesakan Allah, Illah yang Ahad.

Beliau adalah negosiator paling brilian, sengketa Hajar Aswad dan perjanjian Hudaibiah adalah sedikit kiprahnya. Beliau juga melakukan korespondensi yang berani dengan menyurati penguasa-penguasa di zamannya termasuk Kisra, Caesar, Najasyi dan Muqaiqus.

Syaikh Shafiyurrahman juga menyebut dalam Ar Rahiqul Makhtum-nya bahwa beliau, “Mengetahui logat-logat bangsa arab, berbicara dengan setiap kabilah Arab menurut logat masing-masing, berdialog dengan mereka menuntut bahasa masing-masing. Ada kekuatan pola bahasa Badui yang cadas berhimpun dalam dirinya, begitu pula kejernihan dan kejelasan cara bicara orang yang sudah beradab..”

1 comments:

Unknown mengatakan...

Bagian2

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orator handal. Adakah orator dengan daya tahan sekaligus daya mempertahankan massa seperti beliau? Menjelang wafat, beliau pernah berkhutbah setelah subuh sampai dhuhur, dilanjutkan sampai ashar, lalu dilanjutkan lagi sampai maghrib tanpa seorangpun bosan, tertidur, mengantuk ataupun bersuara kecuali untuk memenuhi seruan beliau. Bahkan, sebagaimana dituturkan Tsauban dalam haditsnya, para shahabat begitu terbawa suasana sendu, semua mengucurkan air mata, seolah khutbah itu merupakan salam perpisahan dari sang kekasih tercinta. Saya ragu, apakah Sukarno dan Napoleon III ada seujung jarinya?

Beliau adalah pemimpin negara, yang saat mengimami shalat atau memimpin perjalanan jauh sempat bertanya, “Dimana si Fulan?> mengapa ia tak tampak?” Urwah ibn Mas’ud Ats Tsaqafy, utusan Quraisy yang menemui beliau bersaksi,
“ ..Demi Allah, aku pernah menjadi utusan untuk menemui para raja, kaisar dan kisra.Demi Allah, tidak pernah kulihat seorang raja yang diagung-agungkan rekan rekannya, seperti yang dilakukan rekan-rekan Muhammad kepadanya..”

Bentuk keagungannya berbeda dengan Kisra Persia dan kaisar Romawi. Umar pernah menangis menyaksikan beliau tidur beralaskan tikar kulit kasar yang dijalin rerumputan, alas yang membuat punggung beliau berbekas bilur. “Sungguh ya Rosullullah, Kisra dan kaisar bertelekan diatas bantal dan permadani suteranya. Pelayanpun hilir mudik menyediakan kerpeluannya, sementara kedudukanmu di sisi Allah jauh lebih mulia..” Keluh Umar ibn khattab. Ini salah satu keluhan yang kurang beliau sukai, tapi dengan senyum termanis yang pernah disaksikan dunia, beliau jelaskan kepada shahabat yang selalu penuh semangat ini “Apakah engkau tidak ridha mereka mendapat dunia sedang kita menyimpan akhirat wahai Ibnul Khattab?”

Beliau memang penguasa yang kekuasaannya tak kalah dengan kisra dan kaisar, tentu beliau layak sejajar dengan mereka dalam fasilitas. Tapi yang beliau kuasai bukan hanya wilayah, rakyat dan tentara, yang beliau taklukkan adalah hati, untuk diseru bersama dan berpadu mengesakan Allah, Illah yang Ahad.

Beliau adalah negosiator paling brilian, sengketa Hajar Aswad dan perjanjian Hudaibiah adalah sedikit kiprahnya. Beliau juga melakukan korespondensi yang berani dengan menyurati penguasa-penguasa di zamannya termasuk Kisra, Caesar, Najasyi dan Muqaiqus.

Syaikh Shafiyurrahman juga menyebut dalam Ar Rahiqul Makhtum-nya bahwa beliau, “Mengetahui logat-logat bangsa arab, berbicara dengan setiap kabilah Arab menurut logat masing-masing, berdialog dengan mereka menuntut bahasa masing-masing. Ada kekuatan pola bahasa Badui yang cadas berhimpun dalam dirinya, begitu pula kejernihan dan kejelasan cara bicara orang yang sudah beradab..”