09 September, 2008

Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam

bagian 4 (tamat)

Islam, risalah yang ia bawa, mengejutkan dunia dengan mengaja bangsa buta huruf yang miskin dari kedekilan dan kedegilan menjadi bangsa yang bersih, suci, cerdas dan mengajari dunia tentang kesetaraan, kemerdekaan, dan hidup dalam standar yang tinggi. Islam hadir dalam setiap huruf Illahiahnya, memberikan kemuliaan pada jiwa, akal, ruh, darah dan jasad manusia.

Ia tak hanya menggaung diangkasa jauh. Ia datang, ia hadir, ia menemui setiap insane muslim dirumahnya, didalam biliknya, mengajaknya bicara dari hati ke hati..menuntunnya mengamal, merasai nikmat hidup dalam naungan ayat-ayat Allah. Mereka menghayati betapa nikmatnya ketika ragam persoalan hidup yang senantiasa membuntukan akal dijawab oleh islam. Memuaskan..mereka tersenyum. Tak perlu lagi bingung menduakan dunia dan akhirat. Mereka tertawa..tak lagi merancukan antara hak Allah dan hak manusia. MEreka bersujud, mendekati Allah dikeheningan. Dan mereka membuka tangan, mencari ridhaNya di keramaian.

Mereka mentaat dalam hati yang hangat, ketika Allah dan Rosulnya telah mengikat. Mereka berlari penuh motivasi, mengejar inovasi mengelola nikmat-nikmat Illahi.

Oleh karena itu, maka gemuruhlah Makkah dan Madinah oleh lantunan takbir dan talbiyah, ketika sunyi membungkam Roma dan Konstantinopel dalam kekakuan dogma. Maka hangatlah diskusi-diskusi di Bashrah dan Kufah, saat Genoa dan Vanesia dihantui inkuisisi. Maka bersinarlah perpustakaan di Kairo, ketika dukun-dukun komat-kamit di kegelapan lisabon. Maka gemerlaplah Baghdad oleh lantunan ayat di semarak malam, ketika Paris Gulita sejak senja dalam tahayul dan Mitos. Maka gemericiklah air mancur Damaskus dalam kesucian thaharah (wudhu) ketika para bangsawan di London menganggap mandi adalah aktifitas berbahaya. Maka mendengunglah ayat-ayat Allah menjelang buka puasa dengan sajian kurma, yoghurt, serta buah segar di balkon balkon pualam Cordoba dan Granada, saat Kathedral di Wina dan Bern menutup makan malam dengan pudding darah babi!!!

Mereka menyelami lautan karunia Allah dengan kejernihan tahmid, keheningan syukur dan kemurnian pengabdian. Mereka mengarungi titis titis musibah dengan percik percik sabar, kelembutan qanaah dan harmoni tawakkal. Bukankah kehidupan ini rasanya hanya nikmat dan musibah? Bukankah iman itu memang setengahnya adalah syukur dan separonya adalah sabar? Buakankah dua dua nya membuat Allah, RidhaNya, dan syurga kian dekat???

Pendeknya, kata Leopold Weiss dalam The Road to Mecca, islam memberikan rangsangan yang luar biasa dahsyat demi penyelesaian cultural yang menyusun salah satu dari halaman-halaman sejarah paling membanggakan dalam tarikh umat manusia. Dan katanya, rangsangan itu diperoleh dari mengatakan “ya” pada akal dan tidak pada belenggu belenggu. Ya untuk tindakan, dan tidak bagi kemalasan. Ya bagi kehidupan agamais dan tidak bagi kerahiban.

Selesai

Disarikan dari bukunya akh Salim a fillah (saksikan aku seorang muslim)

0 comments: