03 September, 2008

Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam


Bagian 1

Ketika orang-orang musyrik mempertanyakan, mengapa risalah tidak diturunkan kepada dua intelektual besar zaman itu, dua orang paling terpelajar, dua orang yang mendapat gelar cendekiawan : Al Walid ibn Al Mughirah dari Makkah atau Ma'ud ibn 'Amr Ats Tsaqafi dari Thaif...

"Mereka berkata, "mengapakan AL- Qur'an ini tidak diturunkan pada seorang besar dari dua negeri (Makkah dan Thaif) ini? (Az Zukhruf 31)

Allah memberi jawaban telak, yang kalau diakui jujur tak bisa dibantah bahwa memang hanya Muhammad yang pantas.

"..Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan.." (AL An'am 124)
"Sepuluh tahun aku tinggal di rumah Rosulullah, dan selama itu aku belum pernah mendengar kata-kata kasar dan pertengkaran." Kesaksian anas ibn malik ini boleh jadi menjadi gambaran dan perihidup manusia paling mulia sepanjang zaman ini.

Beliau orang besar, tak ada yang membantah. Yatim ketika sejak lahirnya, lalu hidup di pedesaan bani sa'ad yang penuh kesegaran dan kesantunan. Persusuan ini memberi makna lebih dari sekedarnya. Lalu ia kembali ke asuhan ibunda. Hanya sesaat, lalu ia piatu.

Sang kakek membawa Muhammad kecil ke inner circle pemerintahan Quraisy. Itupun..lagi-lagi tak lama. Hingga ia dibawa berkenalan oleh paman termiskinnya ke dunia nyata: Menggembala kambing untuk melanjutkan hidup. Jauh dari hingar bingar politik. Tapi imajinasinya membangun sebuah "kepemimpinan" pada kambing-kambingnya seperti yang ia saksikan saat kakeknya mengelola makkah.

Di usia 12 tahun, ia menjadi "manager unit internasional" Abu Tholib sampai ke syam (syria). dan dialah sales yang menjadi kunci sukses kafilah dengan kejujurannya.

Usia 20 dia menjadi pengelola utama bisnis Raksasa yang di investasikan oleh Khadijah. Dia, enterpreneur muda dengan sifat nabawi: Shiddiq (jujur/kredible), amanah (kapabel), fathanah (smart), dan tabligh (informatif); Sifat-sifat nabawi ini kini di rujuk teori enterpreneurship modern.

Beliau seorang panglima, administrator militer yang tak ada bandingannya dalam sejarah. Sepuluh tahun di madinah, 30-an ghazwah beliau pimpin sendiri disamping 300-an sariyah (datasemen) yang beliau bentuk dan berangkatkan. Dari segi jumlah ini saja, Napoleon Bonaparte kebanggaan eropa, George Washington ataupun Simon Bolivat-nya Amerika Latin, tak ada seujung kukunya.

2 comments:

Unknown mengatakan...


Bagian 1

Ketika orang-orang musyrik mempertanyakan, mengapa risalah tidak diturunkan kepada dua intelektual besar zaman itu, dua orang paling terpelajar, dua orang yang mendapat gelar cendekiawan : Al Walid ibn Al Mughirah dari Makkah atau Ma'ud ibn 'Amr Ats Tsaqafi dari Thaif...

"Mereka berkata, "mengapakan AL- Qur'an ini tidak diturunkan pada seorang besar dari dua negeri (Makkah dan Thaif) ini? (Az Zukhruf 31)

Allah memberi jawaban telak, yang kalau diakui jujur tak bisa dibantah bahwa memang hanya Muhammad yang pantas.

"..Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan.." (AL An'am 124)
"Sepuluh tahun aku tinggal di rumah Rosulullah, dan selama itu aku belum pernah mendengar kata-kata kasar dan pertengkaran." Kesaksian anas ibn malik ini boleh jadi menjadi gambaran dan perihidup manusia paling mulia sepanjang zaman ini.

Beliau orang besar, tak ada yang membantah. Yatim ketika sejak lahirnya, lalu hidup di pedesaan bani sa'ad yang penuh kesegaran dan kesantunan. Persusuan ini memberi makna lebih dari sekedarnya. Lalu ia kembali ke asuhan ibunda. Hanya sesaat, lalu ia piatu.

Sang kakek membawa Muhammad kecil ke inner circle pemerintahan Quraisy. Itupun..lagi-lagi tak lama. Hingga ia dibawa berkenalan oleh paman termiskinnya ke dunia nyata: Menggembala kambing untuk melanjutkan hidup. Jauh dari hingar bingar politik. Tapi imajinasinya membangun sebuah "kepemimpinan" pada kambing-kambingnya seperti yang ia saksikan saat kakeknya mengelola makkah.

Di usia 12 tahun, ia menjadi "manager unit internasional" Abu Tholib sampai ke syam (syria). dan dialah sales yang menjadi kunci sukses kafilah dengan kejujurannya.

Usia 20 dia menjadi pengelola utama bisnis Raksasa yang di investasikan oleh Khadijah. Dia, enterpreneur muda dengan sifat nabawi: Shiddiq (jujur/kredible), amanah (kapabel), fathanah (smart), dan tabligh (informatif); Sifat-sifat nabawi ini kini di rujuk teori enterpreneurship modern.

Beliau seorang panglima, administrator militer yang tak ada bandingannya dalam sejarah. Sepuluh tahun di madinah, 30-an ghazwah beliau pimpin sendiri disamping 300-an sariyah (datasemen) yang beliau bentuk dan berangkatkan. Dari segi jumlah ini saja, Napoleon Bonaparte kebanggaan eropa, George Washington ataupun Simon Bolivat-nya Amerika Latin, tak ada seujung kukunya.

parto_sentono mengatakan...


Bagian 1

Ketika orang-orang musyrik mempertanyakan, mengapa risalah tidak diturunkan kepada dua intelektual besar zaman itu, dua orang paling terpelajar, dua orang yang mendapat gelar cendekiawan : Al Walid ibn Al Mughirah dari Makkah atau Ma'ud ibn 'Amr Ats Tsaqafi dari Thaif...

"Mereka berkata, "mengapakan AL- Qur'an ini tidak diturunkan pada seorang besar dari dua negeri (Makkah dan Thaif) ini? (Az Zukhruf 31)

Allah memberi jawaban telak, yang kalau diakui jujur tak bisa dibantah bahwa memang hanya Muhammad yang pantas.

"..Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan.." (AL An'am 124)
"Sepuluh tahun aku tinggal di rumah Rosulullah, dan selama itu aku belum pernah mendengar kata-kata kasar dan pertengkaran." Kesaksian anas ibn malik ini boleh jadi menjadi gambaran dan perihidup manusia paling mulia sepanjang zaman ini.

Beliau orang besar, tak ada yang membantah. Yatim ketika sejak lahirnya, lalu hidup di pedesaan bani sa'ad yang penuh kesegaran dan kesantunan. Persusuan ini memberi makna lebih dari sekedarnya. Lalu ia kembali ke asuhan ibunda. Hanya sesaat, lalu ia piatu.

Sang kakek membawa Muhammad kecil ke inner circle pemerintahan Quraisy. Itupun..lagi-lagi tak lama. Hingga ia dibawa berkenalan oleh paman termiskinnya ke dunia nyata: Menggembala kambing untuk melanjutkan hidup. Jauh dari hingar bingar politik. Tapi imajinasinya membangun sebuah "kepemimpinan" pada kambing-kambingnya seperti yang ia saksikan saat kakeknya mengelola makkah.

Di usia 12 tahun, ia menjadi "manager unit internasional" Abu Tholib sampai ke syam (syria). dan dialah sales yang menjadi kunci sukses kafilah dengan kejujurannya.

Usia 20 dia menjadi pengelola utama bisnis Raksasa yang di investasikan oleh Khadijah. Dia, enterpreneur muda dengan sifat nabawi: Shiddiq (jujur/kredible), amanah (kapabel), fathanah (smart), dan tabligh (informatif); Sifat-sifat nabawi ini kini di rujuk teori enterpreneurship modern.

Beliau seorang panglima, administrator militer yang tak ada bandingannya dalam sejarah. Sepuluh tahun di madinah, 30-an ghazwah beliau pimpin sendiri disamping 300-an sariyah (datasemen) yang beliau bentuk dan berangkatkan. Dari segi jumlah ini saja, Napoleon Bonaparte kebanggaan eropa, George Washington ataupun Simon Bolivat-nya Amerika Latin, tak ada seujung kukunya.