18 Maret, 2009

Savonarola

Traumatis negara agama bagian 1

Kebanyakan kita menganggap bahwa agama terlalu suci untuk dicampur adukkan dengan politik. Agama dianggap wilayah pribadi individu, dan sangat tidak pantas dijadikan acuan untuk mengatur ruang publik. apakah benar demikian?. Saya akan mencoba menuliskannya mungkin dalam beberapa seri..he..he..

Ada suatu cerita yang selalu dijadikan model untuk menentang peran agama dalam mengatur negara, yaitu republik teokratis yang dipimpin oleh Girolamo Savonarola di Firenze , Italia 1545 – 1548.

Alkisah, ditahun tahun itu, kota yang disebut Florence dalam lidah inggris ini adalah yang paling makmur dan bergairah di Italia. Kota dagang sering menjadi panggung drama tragis antara kaum kaya dengan popolo minuto, orang orang kecil. Tapi Firenze beruntung dipimpin oleh kelularga medici. Dengan satuan administrasi yang teratur, pasukan yang kuat, dan aparat yang bersih, pajak dikenakan dengan progesif: semakain kaya, semakin besar prosentase pajak yang harus dibayar.

Karena Paus Leo X (1513-1521) yang membangun Basilica St. Peter dan gila gilaan menggaji para seniman seperti Raphael dan Michaelangelo untuk menghias dengan lukisan yang disebut oleh Paus Hadrianus VI (1521-1523) – penggantinya- sebagai ketelanjangan yang menjijikkan, juga berasal dari keluarga Medici, kita tentu bisa membaca seperti apa mereka ini.

Dibawah pimpinan Lorenzo de’ Medici, kota ini begitu bergairah dengan sastra, penggalian agama dan pendekatan Yahudi-Islam-Kristen, pengetahuan, kesenian dan event event budaya. Tetapi lama kelamaan, susah membedakan antara hal tersebut dengan pesta dan foya foya tidak bermakna. Ya..bagi Girolamo Savonarola, Padri dominikan itu, Ordo Dominikan, tentu saja pada abad selanjutnya di Spanyol, adalah ordo yang paling dekat dengan institusi mengerikan itu : Inquisisi

Bangkitlah Savonarola berkhotbah. Dengan pedas, dia mengutuk bidat bidat pemikiran. Dia mengutuk wanita wanita yang berpakaian tidak sopan. Dia mengutuk pesta dan teriakan syair Lorenzo de’ Medici , “Panjang umur dewa anggur, higuplah hasrat hati!!”. Dan kalangan muda kelas bawah yang muak melihat tingkah polah para bangsawan pun mendukungnya.

Jadilah si Savonarola penguasa dan memerintah atas nama Yesus Kristus. Seseorang yang ketahuan menghujat Tuhan, akan di tusuk lidahnya. Wanita yang berpakaian tidak sopan, akan dirobek dan dipermalukan di jalanan. Yang tidak hadir dalam misa, akan dibakar rumahnya, tak peduli bahwa ia bukan Kristen. Polisi dimana mana dan aneka lagu dan perkataan tiba tiba saja menjadi terlarang.

Kebetulan, Paus yang bertahta saat Savonarola berkuasa, lagi lagi dari keluarga Medici yakni Clementius VII (1523-1534), maka akhirnya Padri Savonarola lah yang judtru tertuduh bidat. Ketika kekuasaannya yang hanya 3 tahun ditumbangkan, ia pun dihukum khas gereja ..bakar!.

Model inilah yang membuat seluruh Barat jera untuk coba coba bereksperimen dengan negara agama ala Savonarola.

Dan tragisnya, ketakutan itu juga pada umat islam, padahal sejarah negara syariah model islam sangat berbeda dengan model Savonarola ini.

*disadur secara bebas dari buku "saksikan bahwa aku seorang muslim" karya Salim a fillah

3 comments:

Anonim mengatakan...

Traumatis negara agama bagian 1

Kebanyakan kita menganggap bahwa agama terlalu suci untuk dicampur adukkan dengan politik. Agama dianggap wilayah pribadi individu, dan sangat tidak pantas dijadikan acuan untuk mengatur ruang publik. apakah benar demikian?. Saya akan mencoba menuliskannya mungkin dalam beberapa seri..he..he..

Ada suatu cerita yang selalu dijadikan model untuk menentang peran agama dalam mengatur negara, yaitu republik teokratis yang dipimpin oleh Girolamo Savonarola di Firenze , Italia 1545 – 1548.

Alkisah, ditahun tahun itu, kota yang disebut Florence dalam lidah inggris ini adalah yang paling makmur dan bergairah di Italia. Kota dagang sering menjadi panggung drama tragis antara kaum kaya dengan popolo minuto, orang orang kecil. Tapi Firenze beruntung dipimpin oleh kelularga medici. Dengan satuan administrasi yang teratur, pasukan yang kuat, dan aparat yang bersih, pajak dikenakan dengan progesif: semakain kaya, semakin besar prosentase pajak yang harus dibayar.

Karena Paus Leo X (1513-1521) yang membangun Basilica St. Peter dan gila gilaan menggaji para seniman seperti Raphael dan Michaelangelo untuk menghias dengan lukisan yang disebut oleh Paus Hadrianus VI (1521-1523) – penggantinya- sebagai ketelanjangan yang menjijikkan, juga berasal dari keluarga Medici, kita tentu bisa membaca seperti apa mereka ini.

Dibawah pimpinan Lorenzo de’ Medici, kota ini begitu bergairah dengan sastra, penggalian agama dan pendekatan Yahudi-Islam-Kristen, pengetahuan, kesenian dan event event budaya. Tetapi lama kelamaan, susah membedakan antara hal tersebut dengan pesta dan foya foya tidak bermakna. Ya..bagi Girolamo Savonarola, Padri dominikan itu, Ordo Dominikan, tentu saja pada abad selanjutnya di Spanyol, adalah ordo yang paling dekat dengan institusi mengerikan itu : Inquisisi

Bangkitlah Savonarola berkhotbah. Dengan pedas, dia mengutuk bidat bidat pemikiran. Dia mengutuk wanita wanita yang berpakaian tidak sopan. Dia mengutuk pesta dan teriakan syair Lorenzo de’ Medici , “Panjang umur dewa anggur, higuplah hasrat hati!!”. Dan kalangan muda kelas bawah yang muak melihat tingkah polah para bangsawan pun mendukungnya.

Jadilah si Savonarola penguasa dan memerintah atas nama Yesus Kristus. Seseorang yang ketahuan menghujat Tuhan, akan di tusuk lidahnya. Wanita yang berpakaian tidak sopan, akan dirobek dan dipermalukan di jalanan. Yang tidak hadir dalam misa, akan dibakar rumahnya, tak peduli bahwa ia bukan Kristen. Polisi dimana mana dan aneka lagu dan perkataan tiba tiba saja menjadi terlarang.

Kebetulan, Paus yang bertahta saat Savonarola berkuasa, lagi lagi dari keluarga Medici yakni Clementius VII (1523-1534), maka akhirnya Padri Savonarola lah yang judtru tertuduh bidat. Ketika kekuasaannya yang hanya 3 tahun ditumbangkan, ia pun dihukum khas gereja ..bakar!.

Model inilah yang membuat seluruh Barat jera untuk coba coba bereksperimen dengan negara agama ala Savonarola.

Dan tragisnya, ketakutan itu juga pada umat islam, padahal sejarah negara syariah model islam sangat berbeda dengan model Savonarola ini.

*disadur secara bebas dari buku "saksikan bahwa aku seorang muslim" karya Salim a fillah

parto_sentono mengatakan...

Traumatis negara agama bagian 1

Kebanyakan kita menganggap bahwa agama terlalu suci untuk dicampur adukkan dengan politik. Agama dianggap wilayah pribadi individu, dan sangat tidak pantas dijadikan acuan untuk mengatur ruang publik. apakah benar demikian?. Saya akan mencoba menuliskannya mungkin dalam beberapa seri..he..he..

Ada suatu cerita yang selalu dijadikan model untuk menentang peran agama dalam mengatur negara, yaitu republik teokratis yang dipimpin oleh Girolamo Savonarola di Firenze , Italia 1545 – 1548.

Alkisah, ditahun tahun itu, kota yang disebut Florence dalam lidah inggris ini adalah yang paling makmur dan bergairah di Italia. Kota dagang sering menjadi panggung drama tragis antara kaum kaya dengan popolo minuto, orang orang kecil. Tapi Firenze beruntung dipimpin oleh kelularga medici. Dengan satuan administrasi yang teratur, pasukan yang kuat, dan aparat yang bersih, pajak dikenakan dengan progesif: semakain kaya, semakin besar prosentase pajak yang harus dibayar.

Karena Paus Leo X (1513-1521) yang membangun Basilica St. Peter dan gila gilaan menggaji para seniman seperti Raphael dan Michaelangelo untuk menghias dengan lukisan yang disebut oleh Paus Hadrianus VI (1521-1523) – penggantinya- sebagai ketelanjangan yang menjijikkan, juga berasal dari keluarga Medici, kita tentu bisa membaca seperti apa mereka ini.

Dibawah pimpinan Lorenzo de’ Medici, kota ini begitu bergairah dengan sastra, penggalian agama dan pendekatan Yahudi-Islam-Kristen, pengetahuan, kesenian dan event event budaya. Tetapi lama kelamaan, susah membedakan antara hal tersebut dengan pesta dan foya foya tidak bermakna. Ya..bagi Girolamo Savonarola, Padri dominikan itu, Ordo Dominikan, tentu saja pada abad selanjutnya di Spanyol, adalah ordo yang paling dekat dengan institusi mengerikan itu : Inquisisi

Bangkitlah Savonarola berkhotbah. Dengan pedas, dia mengutuk bidat bidat pemikiran. Dia mengutuk wanita wanita yang berpakaian tidak sopan. Dia mengutuk pesta dan teriakan syair Lorenzo de’ Medici , “Panjang umur dewa anggur, higuplah hasrat hati!!”. Dan kalangan muda kelas bawah yang muak melihat tingkah polah para bangsawan pun mendukungnya.

Jadilah si Savonarola penguasa dan memerintah atas nama Yesus Kristus. Seseorang yang ketahuan menghujat Tuhan, akan di tusuk lidahnya. Wanita yang berpakaian tidak sopan, akan dirobek dan dipermalukan di jalanan. Yang tidak hadir dalam misa, akan dibakar rumahnya, tak peduli bahwa ia bukan Kristen. Polisi dimana mana dan aneka lagu dan perkataan tiba tiba saja menjadi terlarang.

Kebetulan, Paus yang bertahta saat Savonarola berkuasa, lagi lagi dari keluarga Medici yakni Clementius VII (1523-1534), maka akhirnya Padri Savonarola lah yang judtru tertuduh bidat. Ketika kekuasaannya yang hanya 3 tahun ditumbangkan, ia pun dihukum khas gereja ..bakar!.

Model inilah yang membuat seluruh Barat jera untuk coba coba bereksperimen dengan negara agama ala Savonarola.

Dan tragisnya, ketakutan itu juga pada umat islam, padahal sejarah negara syariah model islam sangat berbeda dengan model Savonarola ini.

*disadur secara bebas dari buku "saksikan bahwa aku seorang muslim" karya Salim a fillah

Anonim mengatakan...

Traumatis negara agama bagian 1

Kebanyakan kita menganggap bahwa agama terlalu suci untuk dicampur adukkan dengan politik. Agama dianggap wilayah pribadi individu, dan sangat tidak pantas dijadikan acuan untuk mengatur ruang publik. apakah benar demikian?. Saya akan mencoba menuliskannya mungkin dalam beberapa seri..he..he..

Ada suatu cerita yang selalu dijadikan model untuk menentang peran agama dalam mengatur negara, yaitu republik teokratis yang dipimpin oleh Girolamo Savonarola di Firenze , Italia 1545 – 1548.

Alkisah, ditahun tahun itu, kota yang disebut Florence dalam lidah inggris ini adalah yang paling makmur dan bergairah di Italia. Kota dagang sering menjadi panggung drama tragis antara kaum kaya dengan popolo minuto, orang orang kecil. Tapi Firenze beruntung dipimpin oleh kelularga medici. Dengan satuan administrasi yang teratur, pasukan yang kuat, dan aparat yang bersih, pajak dikenakan dengan progesif: semakain kaya, semakin besar prosentase pajak yang harus dibayar.

Karena Paus Leo X (1513-1521) yang membangun Basilica St. Peter dan gila gilaan menggaji para seniman seperti Raphael dan Michaelangelo untuk menghias dengan lukisan yang disebut oleh Paus Hadrianus VI (1521-1523) – penggantinya- sebagai ketelanjangan yang menjijikkan, juga berasal dari keluarga Medici, kita tentu bisa membaca seperti apa mereka ini.

Dibawah pimpinan Lorenzo de’ Medici, kota ini begitu bergairah dengan sastra, penggalian agama dan pendekatan Yahudi-Islam-Kristen, pengetahuan, kesenian dan event event budaya. Tetapi lama kelamaan, susah membedakan antara hal tersebut dengan pesta dan foya foya tidak bermakna. Ya..bagi Girolamo Savonarola, Padri dominikan itu, Ordo Dominikan, tentu saja pada abad selanjutnya di Spanyol, adalah ordo yang paling dekat dengan institusi mengerikan itu : Inquisisi

Bangkitlah Savonarola berkhotbah. Dengan pedas, dia mengutuk bidat bidat pemikiran. Dia mengutuk wanita wanita yang berpakaian tidak sopan. Dia mengutuk pesta dan teriakan syair Lorenzo de’ Medici , “Panjang umur dewa anggur, higuplah hasrat hati!!”. Dan kalangan muda kelas bawah yang muak melihat tingkah polah para bangsawan pun mendukungnya.

Jadilah si Savonarola penguasa dan memerintah atas nama Yesus Kristus. Seseorang yang ketahuan menghujat Tuhan, akan di tusuk lidahnya. Wanita yang berpakaian tidak sopan, akan dirobek dan dipermalukan di jalanan. Yang tidak hadir dalam misa, akan dibakar rumahnya, tak peduli bahwa ia bukan Kristen. Polisi dimana mana dan aneka lagu dan perkataan tiba tiba saja menjadi terlarang.

Kebetulan, Paus yang bertahta saat Savonarola berkuasa, lagi lagi dari keluarga Medici yakni Clementius VII (1523-1534), maka akhirnya Padri Savonarola lah yang judtru tertuduh bidat. Ketika kekuasaannya yang hanya 3 tahun ditumbangkan, ia pun dihukum khas gereja ..bakar!.

Model inilah yang membuat seluruh Barat jera untuk coba coba bereksperimen dengan negara agama ala Savonarola.

Dan tragisnya, ketakutan itu juga pada umat islam, padahal sejarah negara syariah model islam sangat berbeda dengan model Savonarola ini.

*disadur secara bebas dari buku "saksikan bahwa aku seorang muslim" karya Salim a fillah