20 Maret, 2009

Humanisme Syariah

traumatis negara agama bagian 2 --selesai--

Dialog Rabbani itu msih terngiang-ngiang di telinga kita. Dialog agung ini terjadi di salah satu rumah dari kompleks yang menjajari Masjid Nabawi iyu.

"Hafshah puteriku, berapa lama seorang wanita sangup menahan gejolak syahwatnya?"

"Dua atau tiga bulan wahai ayah. Paling lama empat bulan.."

Sejak dialog bersejarah itu, Amirul mukminin 'Umar ibnul Khattab menggariskan kebijakan bagi pasukan jihad: Pergiliran pasukan tiap shift tidak boleh lebih dari 4 bulan. Mereka harus mempunyai waktu jeda untuk menemui istrinya. Semalam, sang Khalifah telah mendengan syair yang dikumandangkan seorang wanita dalam gejolak rindu pada suami yang ada di garis depan.

Umar tidak hanya mengutuk ketidak adilan, tapi dipikulnya sendiri gandum untuk seorang wanita yang memasak batu diatas tungku. Ia dengarkan dengan seksama penuturan seorang gadis kecil penjual susu, Ia juga yang berlari lari ditengah hujan mengejar unta zakat yang lepas.

Mengapa kebijakan-kebijakan Umar begitu humanis? tentu saja karena ia lahir dari sistem pribadi-pribadi yang Rabbani. Rabbani - Humanis..pasangan yang sangat indah.

Maka Umar memecat Khalid, ketika terasa ada sesuatu yang mulai tidak beres di dada para prajurit;kultus. Tetapi ia juga menangis ketika Khalid meninggal, "Adakah wanita yang sanggup melahirkan lagi lelaki seperti Abu SUlaiman?". Umar tidak mengijinkan para panglim mengelola tanah sekaligus membangun kota kota miiter di Bashrah, Kufah dan Fustat agar semangat ekxpansif mereka tidak tumpul. Tapi ia juga berharap perbukitan di Khurasan menghalangi kaum muslimin dari musuh, dan menghalangi musuh dari kaum muslimin. Karena baginya, nyawa seorang mukmin begitu berharga untuk membangun dunia yang beradab.

Ada cirikhas dari setiap kebijakan Umar, yaitu penjagaan nilai nilai Ilahi, nilai perjuangan sekaligus nilai kemanusiaan. Padahal, Umar tidak pernah memerintah atas nama Tuhan, Ia, bahkan pendahulunya berpidato pada saat pengangkatan, "Aku bukanlah orang terbaik diantara kalian. Jika aku benar, maka dukung dan bantulah aku mengemban amanah ini. Jika aku salah, maka jangan ragu untuk meluruskanku!"

Apakah masih ada mulut mulut lancang yang berani memelintir sejarah agung ini dan mengatakan kalau Agama islam tidak pantas untuk dijadikan patokan dalam mengelola ruang publik?

2 comments:

Ali Masadi mengatakan...

traumatis negara agama bagian 2 --selesai--

Dialog Rabbani itu msih terngiang-ngiang di telinga kita. Dialog agung ini terjadi di salah satu rumah dari kompleks yang menjajari Masjid Nabawi iyu.

"Hafshah puteriku, berapa lama seorang wanita sangup menahan gejolak syahwatnya?"

"Dua atau tiga bulan wahai ayah. Paling lama empat bulan.."

Sejak dialog bersejarah itu, Amirul mukminin 'Umar ibnul Khattab menggariskan kebijakan bagi pasukan jihad: Pergiliran pasukan tiap shift tidak boleh lebih dari 4 bulan. Mereka harus mempunyai waktu jeda untuk menemui istrinya. Semalam, sang Khalifah telah mendengan syair yang dikumandangkan seorang wanita dalam gejolak rindu pada suami yang ada di garis depan.

Umar tidak hanya mengutuk ketidak adilan, tapi dipikulnya sendiri gandum untuk seorang wanita yang memasak batu diatas tungku. Ia dengarkan dengan seksama penuturan seorang gadis kecil penjual susu, Ia juga yang berlari lari ditengah hujan mengejar unta zakat yang lepas.

Mengapa kebijakan-kebijakan Umar begitu humanis? tentu saja karena ia lahir dari sistem pribadi-pribadi yang Rabbani. Rabbani - Humanis..pasangan yang sangat indah.

Maka Umar memecat Khalid, ketika terasa ada sesuatu yang mulai tidak beres di dada para prajurit;kultus. Tetapi ia juga menangis ketika Khalid meninggal, "Adakah wanita yang sanggup melahirkan lagi lelaki seperti Abu SUlaiman?". Umar tidak mengijinkan para panglim mengelola tanah sekaligus membangun kota kota miiter di Bashrah, Kufah dan Fustat agar semangat ekxpansif mereka tidak tumpul. Tapi ia juga berharap perbukitan di Khurasan menghalangi kaum muslimin dari musuh, dan menghalangi musuh dari kaum muslimin. Karena baginya, nyawa seorang mukmin begitu berharga untuk membangun dunia yang beradab.

Ada cirikhas dari setiap kebijakan Umar, yaitu penjagaan nilai nilai Ilahi, nilai perjuangan sekaligus nilai kemanusiaan. Padahal, Umar tidak pernah memerintah atas nama Tuhan, Ia, bahkan pendahulunya berpidato pada saat pengangkatan, "Aku bukanlah orang terbaik diantara kalian. Jika aku benar, maka dukung dan bantulah aku mengemban amanah ini. Jika aku salah, maka jangan ragu untuk meluruskanku!"

Apakah masih ada mulut mulut lancang yang berani memelintir sejarah agung ini dan mengatakan kalau Agama islam tidak pantas untuk dijadikan patokan dalam mengelola ruang publik?

parto_sentono mengatakan...

traumatis negara agama bagian 2 --selesai--

Dialog Rabbani itu msih terngiang-ngiang di telinga kita. Dialog agung ini terjadi di salah satu rumah dari kompleks yang menjajari Masjid Nabawi iyu.

"Hafshah puteriku, berapa lama seorang wanita sangup menahan gejolak syahwatnya?"

"Dua atau tiga bulan wahai ayah. Paling lama empat bulan.."

Sejak dialog bersejarah itu, Amirul mukminin 'Umar ibnul Khattab menggariskan kebijakan bagi pasukan jihad: Pergiliran pasukan tiap shift tidak boleh lebih dari 4 bulan. Mereka harus mempunyai waktu jeda untuk menemui istrinya. Semalam, sang Khalifah telah mendengan syair yang dikumandangkan seorang wanita dalam gejolak rindu pada suami yang ada di garis depan.

Umar tidak hanya mengutuk ketidak adilan, tapi dipikulnya sendiri gandum untuk seorang wanita yang memasak batu diatas tungku. Ia dengarkan dengan seksama penuturan seorang gadis kecil penjual susu, Ia juga yang berlari lari ditengah hujan mengejar unta zakat yang lepas.

Mengapa kebijakan-kebijakan Umar begitu humanis? tentu saja karena ia lahir dari sistem pribadi-pribadi yang Rabbani. Rabbani - Humanis..pasangan yang sangat indah.

Maka Umar memecat Khalid, ketika terasa ada sesuatu yang mulai tidak beres di dada para prajurit;kultus. Tetapi ia juga menangis ketika Khalid meninggal, "Adakah wanita yang sanggup melahirkan lagi lelaki seperti Abu SUlaiman?". Umar tidak mengijinkan para panglim mengelola tanah sekaligus membangun kota kota miiter di Bashrah, Kufah dan Fustat agar semangat ekxpansif mereka tidak tumpul. Tapi ia juga berharap perbukitan di Khurasan menghalangi kaum muslimin dari musuh, dan menghalangi musuh dari kaum muslimin. Karena baginya, nyawa seorang mukmin begitu berharga untuk membangun dunia yang beradab.

Ada cirikhas dari setiap kebijakan Umar, yaitu penjagaan nilai nilai Ilahi, nilai perjuangan sekaligus nilai kemanusiaan. Padahal, Umar tidak pernah memerintah atas nama Tuhan, Ia, bahkan pendahulunya berpidato pada saat pengangkatan, "Aku bukanlah orang terbaik diantara kalian. Jika aku benar, maka dukung dan bantulah aku mengemban amanah ini. Jika aku salah, maka jangan ragu untuk meluruskanku!"

Apakah masih ada mulut mulut lancang yang berani memelintir sejarah agung ini dan mengatakan kalau Agama islam tidak pantas untuk dijadikan patokan dalam mengelola ruang publik?