02 Februari, 2010

Ironisme menyakitkan..hancur hatiku...

Tulisan ini samasekali bukan tulisan rasis atau fanatisme kedaerahan. Bukan juga perasaan sok mudah tersentuh atau sok baik. samasekali bukan. Tuliasn ini sekedar cerita pengalaman, yang bisa jadi bisa digunakan sebagai gambaran keadaan negeri tercinta kita.

Akhir tahun 2009 yang lalu, saya mendapat tugas kerja ke Jakarta. Sepertinya saya menjadi salah korban dalam menghabiskan anggaran negara yang sudah hampir habis Tahun Anggarannya, karena acara yang saya hadiri ternyata tidak begitu penting, tidak begitu menaraik dan cenderung membosankan. Memang judulnya keren.. "Perumusan kebijakan kawasan cepat tumbuh daerah dalam bidang infrastuktur jalan dan jembatan dalam rangka meningkatan pertumbuhan ekonomi daerah"..tapi isinya..ya beg..beg..begitulah.. ramenarik dan njelei hehheehe

Selama di Jakarta, saya menginap di hotel mercure rekso. Sebuah hotel yang cukup mewah,- minimal menurut saya pribadi- dikawasan jakarta pusat. Hotel dengan 48 lantai (kalo gak salah baca di lift, dengan standar pelayanan international. Semua fasilitas tersedia di hotel tersebut, kolam renang, gym, karaoke, bar, diskotik..bahkan kalau anda merasa pegal leher, ada fasilitas pijat shiatsu. Tapi jangan heran kalau anda menggunakan fasilitas tersebut, tagihan anda akan membengkak.

Sungguh, sebagai anak ndeso , saya cukup menikmati menginap di hotel berbintang seperti itu. Semua perabotan bukan barang murahan, kamar mandi bersih dan wangi dengan air panas yang tersedia setiap saat, mini bar di setiap kamar dengan aneka makanan dan minuman, tv lcd 42" dengan saluran dalam dan luar negeri, koneksi internet tinggal colok, pelayan yang ramah yang seolah olah tidak pernah capek untuk tersenyum atau sekedar menyapa kita dengan ramah. Oh..ya..anda butuh rokok?? tinggal angkat telpon, hubungi room service..maka dalam waktu sekejab, rokok yang anda inginkan akan tersedia. Tempat tidurnya juga bagus, empuk tapi tidak bikin sakit leher. Selimutnya tebal, hangat..tapi tidak membuat gerah. Entah dari bahan apa mereka membuatnya. Handuk diganti 2 kali sehari, pagi dan sore sehingga selalu wangi, putih dan bersih.

Cerita tentang makanan? ... jam 7 pagi anda ke resto lantai dasar, berbagai makanan dalam dan luar negeri tersedia dan sekali lagi, disajikan oleh pelayan yang menawan bak bidadari berseragam. Atau makan siang? menu lengkap dari mulai makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup tersedia. Alunan musik lembut juga seolah-olah semakin menambah selera makan kita. makan malam juga begitu, selalu memanjakan keinginan perut kita. Dan untungnya, saya menikmati semua itu tanpa membayar sepeserpun wehehheehe

Tetapi, ketika di sore hari, saya ada janjian dengan teman saya yang tinggal di sekitar hotel tersebut. Baru beberapa langkah keluar dari loby hotel, udara panas segera menyergap. Bau yang mirip mirip kolam lele yang berasal dari sungai--yang lebih mirip dengan got raksasa-segera mengaduk aduk perut saya. Hampir saja saya muntah. Segera saya naik ke jembatan penyeberangan menuju ke shelter bushway. Di jembatan penyeberangan, saya melihat seorang tunawisma, sedang mengorek ngorek makanan dari tempat sampah hotel.

Berbagai hal segera melintas di otak dan hati saya. LUARR BIASAAA!!! ternyata ketika saya makan dengan lahap, dilayani oleh bidadari berseragam dan ditemani alunan musik lembut itu.. di luar hotel, dengan jarak tidak sampai 50 meter, ada seorang yang karena begitu miskinnya, sampai mengorek tempat sampah, untuk bertahan hidup. Ternyata ketika saya tidur mendengkur dibawah selimut hangat dan wangi, diluar, ada orang yang berselimut koran bekas didera lapar dan dingin.

Seketika itu, rasa bersalah mendera hati saya. Rasa bersalah yang mungkin tidak ada gunanya. Karena bagaimanapun besar rasa bersalah saya, tidak akan merubah apapun. Dan kalaupun ditanya tentang solusi ironisme sosial tersebut. Saya akan angkat tangan dan menjawab "tidak tahu".

Wallahua'lam bishshowab

8 comments:

raditya.pratiwi mengatakan...

Tulisan ini samasekali bukan tulisan rasis atau fanatisme kedaerahan. Bukan juga perasaan sok mudah tersentuh atau sok baik. samasekali bukan. Tuliasn ini sekedar cerita pengalaman, yang bisa jadi bisa digunakan sebagai gambaran keadaan negeri tercinta kita.

Akhir tahun 2009 yang lalu, saya mendapat tugas kerja ke Jakarta. Sepertinya saya menjadi salah korban dalam menghabiskan anggaran negara yang sudah hampir habis Tahun Anggarannya, karena acara yang saya hadiri ternyata tidak begitu penting, tidak begitu menaraik dan cenderung membosankan. Memang judulnya keren.. "Perumusan kebijakan kawasan cepat tumbuh daerah dalam bidang infrastuktur jalan dan jembatan dalam rangka meningkatan pertumbuhan ekonomi daerah"..tapi isinya..ya beg..beg..begitulah.. ramenarik dan njelei hehheehe

Selama di Jakarta, saya menginap di hotel mercure rekso. Sebuah hotel yang cukup mewah,- minimal menurut saya pribadi- dikawasan jakarta pusat. Hotel dengan 48 lantai (kalo gak salah baca di lift, dengan standar pelayanan international. Semua fasilitas tersedia di hotel tersebut, kolam renang, gym, karaoke, bar, diskotik..bahkan kalau anda merasa pegal leher, ada fasilitas pijat shiatsu. Tapi jangan heran kalau anda menggunakan fasilitas tersebut, tagihan anda akan membengkak.

Sungguh, sebagai anak ndeso , saya cukup menikmati menginap di hotel berbintang seperti itu. Semua perabotan bukan barang murahan, kamar mandi bersih dan wangi dengan air panas yang tersedia setiap saat, mini bar di setiap kamar dengan aneka makanan dan minuman, tv lcd 42" dengan saluran dalam dan luar negeri, koneksi internet tinggal colok, pelayan yang ramah yang seolah olah tidak pernah capek untuk tersenyum atau sekedar menyapa kita dengan ramah. Oh..ya..anda butuh rokok?? tinggal angkat telpon, hubungi room service..maka dalam waktu sekejab, rokok yang anda inginkan akan tersedia. Tempat tidurnya juga bagus, empuk tapi tidak bikin sakit leher. Selimutnya tebal, hangat..tapi tidak membuat gerah. Entah dari bahan apa mereka membuatnya. Handuk diganti 2 kali sehari, pagi dan sore sehingga selalu wangi, putih dan bersih.

Cerita tentang makanan? ... jam 7 pagi anda ke resto lantai dasar, berbagai makanan dalam dan luar negeri tersedia dan sekali lagi, disajikan oleh pelayan yang menawan bak bidadari berseragam. Atau makan siang? menu lengkap dari mulai makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup tersedia. Alunan musik lembut juga seolah-olah semakin menambah selera makan kita. makan malam juga begitu, selalu memanjakan keinginan perut kita. Dan untungnya, saya menikmati semua itu tanpa membayar sepeserpun wehehheehe

Tetapi, ketika di sore hari, saya ada janjian dengan teman saya yang tinggal di sekitar hotel tersebut. Baru beberapa langkah keluar dari loby hotel, udara panas segera menyergap. Bau yang mirip mirip kolam lele yang berasal dari sungai--yang lebih mirip dengan got raksasa-segera mengaduk aduk perut saya. Hampir saja saya muntah. Segera saya naik ke jembatan penyeberangan menuju ke shelter bushway. Di jembatan penyeberangan, saya melihat seorang tunawisma, sedang mengorek ngorek makanan dari tempat sampah hotel.

Berbagai hal segera melintas di otak dan hati saya. LUARR BIASAAA!!! ternyata ketika saya makan dengan lahap, dilayani oleh bidadari berseragam dan ditemani alunan musik lembut itu.. di luar hotel, dengan jarak tidak sampai 50 meter, ada seorang yang karena begitu miskinnya, sampai mengorek tempat sampah, untuk bertahan hidup. Ternyata ketika saya tidur mendengkur dibawah selimut hangat dan wangi, diluar, ada orang yang berselimut koran bekas didera lapar dan dingin.

Seketika itu, rasa bersalah mendera hati saya. Rasa bersalah yang mungkin tidak ada gunanya. Karena bagaimanapun besar rasa bersalah saya, tidak akan merubah apapun. Dan kalaupun ditanya tentang solusi ironisme sosial tersebut. Saya akan angkat tangan dan menjawab "tidak tahu".

Wallahua'lam bishshowab

parto_sentono mengatakan...

Tulisan ini samasekali bukan tulisan rasis atau fanatisme kedaerahan. Bukan juga perasaan sok mudah tersentuh atau sok baik. samasekali bukan. Tuliasn ini sekedar cerita pengalaman, yang bisa jadi bisa digunakan sebagai gambaran keadaan negeri tercinta kita.

Akhir tahun 2009 yang lalu, saya mendapat tugas kerja ke Jakarta. Sepertinya saya menjadi salah korban dalam menghabiskan anggaran negara yang sudah hampir habis Tahun Anggarannya, karena acara yang saya hadiri ternyata tidak begitu penting, tidak begitu menaraik dan cenderung membosankan. Memang judulnya keren.. "Perumusan kebijakan kawasan cepat tumbuh daerah dalam bidang infrastuktur jalan dan jembatan dalam rangka meningkatan pertumbuhan ekonomi daerah"..tapi isinya..ya beg..beg..begitulah.. ramenarik dan njelei hehheehe

Selama di Jakarta, saya menginap di hotel mercure rekso. Sebuah hotel yang cukup mewah,- minimal menurut saya pribadi- dikawasan jakarta pusat. Hotel dengan 48 lantai (kalo gak salah baca di lift, dengan standar pelayanan international. Semua fasilitas tersedia di hotel tersebut, kolam renang, gym, karaoke, bar, diskotik..bahkan kalau anda merasa pegal leher, ada fasilitas pijat shiatsu. Tapi jangan heran kalau anda menggunakan fasilitas tersebut, tagihan anda akan membengkak.

Sungguh, sebagai anak ndeso , saya cukup menikmati menginap di hotel berbintang seperti itu. Semua perabotan bukan barang murahan, kamar mandi bersih dan wangi dengan air panas yang tersedia setiap saat, mini bar di setiap kamar dengan aneka makanan dan minuman, tv lcd 42" dengan saluran dalam dan luar negeri, koneksi internet tinggal colok, pelayan yang ramah yang seolah olah tidak pernah capek untuk tersenyum atau sekedar menyapa kita dengan ramah. Oh..ya..anda butuh rokok?? tinggal angkat telpon, hubungi room service..maka dalam waktu sekejab, rokok yang anda inginkan akan tersedia. Tempat tidurnya juga bagus, empuk tapi tidak bikin sakit leher. Selimutnya tebal, hangat..tapi tidak membuat gerah. Entah dari bahan apa mereka membuatnya. Handuk diganti 2 kali sehari, pagi dan sore sehingga selalu wangi, putih dan bersih.

Cerita tentang makanan? ... jam 7 pagi anda ke resto lantai dasar, berbagai makanan dalam dan luar negeri tersedia dan sekali lagi, disajikan oleh pelayan yang menawan bak bidadari berseragam. Atau makan siang? menu lengkap dari mulai makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup tersedia. Alunan musik lembut juga seolah-olah semakin menambah selera makan kita. makan malam juga begitu, selalu memanjakan keinginan perut kita. Dan untungnya, saya menikmati semua itu tanpa membayar sepeserpun wehehheehe

Tetapi, ketika di sore hari, saya ada janjian dengan teman saya yang tinggal di sekitar hotel tersebut. Baru beberapa langkah keluar dari loby hotel, udara panas segera menyergap. Bau yang mirip mirip kolam lele yang berasal dari sungai--yang lebih mirip dengan got raksasa-segera mengaduk aduk perut saya. Hampir saja saya muntah. Segera saya naik ke jembatan penyeberangan menuju ke shelter bushway. Di jembatan penyeberangan, saya melihat seorang tunawisma, sedang mengorek ngorek makanan dari tempat sampah hotel.

Berbagai hal segera melintas di otak dan hati saya. LUARR BIASAAA!!! ternyata ketika saya makan dengan lahap, dilayani oleh bidadari berseragam dan ditemani alunan musik lembut itu.. di luar hotel, dengan jarak tidak sampai 50 meter, ada seorang yang karena begitu miskinnya, sampai mengorek tempat sampah, untuk bertahan hidup. Ternyata ketika saya tidur mendengkur dibawah selimut hangat dan wangi, diluar, ada orang yang berselimut koran bekas didera lapar dan dingin.

Seketika itu, rasa bersalah mendera hati saya. Rasa bersalah yang mungkin tidak ada gunanya. Karena bagaimanapun besar rasa bersalah saya, tidak akan merubah apapun. Dan kalaupun ditanya tentang solusi ironisme sosial tersebut. Saya akan angkat tangan dan menjawab "tidak tahu".

Wallahua'lam bishshowab

Cah Pesisir kidul mengatakan...

Tulisan ini samasekali bukan tulisan rasis atau fanatisme kedaerahan. Bukan juga perasaan sok mudah tersentuh atau sok baik. samasekali bukan. Tuliasn ini sekedar cerita pengalaman, yang bisa jadi bisa digunakan sebagai gambaran keadaan negeri tercinta kita.

Akhir tahun 2009 yang lalu, saya mendapat tugas kerja ke Jakarta. Sepertinya saya menjadi salah korban dalam menghabiskan anggaran negara yang sudah hampir habis Tahun Anggarannya, karena acara yang saya hadiri ternyata tidak begitu penting, tidak begitu menaraik dan cenderung membosankan. Memang judulnya keren.. "Perumusan kebijakan kawasan cepat tumbuh daerah dalam bidang infrastuktur jalan dan jembatan dalam rangka meningkatan pertumbuhan ekonomi daerah"..tapi isinya..ya beg..beg..begitulah.. ramenarik dan njelei hehheehe

Selama di Jakarta, saya menginap di hotel mercure rekso. Sebuah hotel yang cukup mewah,- minimal menurut saya pribadi- dikawasan jakarta pusat. Hotel dengan 48 lantai (kalo gak salah baca di lift, dengan standar pelayanan international. Semua fasilitas tersedia di hotel tersebut, kolam renang, gym, karaoke, bar, diskotik..bahkan kalau anda merasa pegal leher, ada fasilitas pijat shiatsu. Tapi jangan heran kalau anda menggunakan fasilitas tersebut, tagihan anda akan membengkak.

Sungguh, sebagai anak ndeso , saya cukup menikmati menginap di hotel berbintang seperti itu. Semua perabotan bukan barang murahan, kamar mandi bersih dan wangi dengan air panas yang tersedia setiap saat, mini bar di setiap kamar dengan aneka makanan dan minuman, tv lcd 42" dengan saluran dalam dan luar negeri, koneksi internet tinggal colok, pelayan yang ramah yang seolah olah tidak pernah capek untuk tersenyum atau sekedar menyapa kita dengan ramah. Oh..ya..anda butuh rokok?? tinggal angkat telpon, hubungi room service..maka dalam waktu sekejab, rokok yang anda inginkan akan tersedia. Tempat tidurnya juga bagus, empuk tapi tidak bikin sakit leher. Selimutnya tebal, hangat..tapi tidak membuat gerah. Entah dari bahan apa mereka membuatnya. Handuk diganti 2 kali sehari, pagi dan sore sehingga selalu wangi, putih dan bersih.

Cerita tentang makanan? ... jam 7 pagi anda ke resto lantai dasar, berbagai makanan dalam dan luar negeri tersedia dan sekali lagi, disajikan oleh pelayan yang menawan bak bidadari berseragam. Atau makan siang? menu lengkap dari mulai makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup tersedia. Alunan musik lembut juga seolah-olah semakin menambah selera makan kita. makan malam juga begitu, selalu memanjakan keinginan perut kita. Dan untungnya, saya menikmati semua itu tanpa membayar sepeserpun wehehheehe

Tetapi, ketika di sore hari, saya ada janjian dengan teman saya yang tinggal di sekitar hotel tersebut. Baru beberapa langkah keluar dari loby hotel, udara panas segera menyergap. Bau yang mirip mirip kolam lele yang berasal dari sungai--yang lebih mirip dengan got raksasa-segera mengaduk aduk perut saya. Hampir saja saya muntah. Segera saya naik ke jembatan penyeberangan menuju ke shelter bushway. Di jembatan penyeberangan, saya melihat seorang tunawisma, sedang mengorek ngorek makanan dari tempat sampah hotel.

Berbagai hal segera melintas di otak dan hati saya. LUARR BIASAAA!!! ternyata ketika saya makan dengan lahap, dilayani oleh bidadari berseragam dan ditemani alunan musik lembut itu.. di luar hotel, dengan jarak tidak sampai 50 meter, ada seorang yang karena begitu miskinnya, sampai mengorek tempat sampah, untuk bertahan hidup. Ternyata ketika saya tidur mendengkur dibawah selimut hangat dan wangi, diluar, ada orang yang berselimut koran bekas didera lapar dan dingin.

Seketika itu, rasa bersalah mendera hati saya. Rasa bersalah yang mungkin tidak ada gunanya. Karena bagaimanapun besar rasa bersalah saya, tidak akan merubah apapun. Dan kalaupun ditanya tentang solusi ironisme sosial tersebut. Saya akan angkat tangan dan menjawab "tidak tahu".

Wallahua'lam bishshowab

parto_sentono mengatakan...

Tulisan ini samasekali bukan tulisan rasis atau fanatisme kedaerahan. Bukan juga perasaan sok mudah tersentuh atau sok baik. samasekali bukan. Tuliasn ini sekedar cerita pengalaman, yang bisa jadi bisa digunakan sebagai gambaran keadaan negeri tercinta kita.

Akhir tahun 2009 yang lalu, saya mendapat tugas kerja ke Jakarta. Sepertinya saya menjadi salah korban dalam menghabiskan anggaran negara yang sudah hampir habis Tahun Anggarannya, karena acara yang saya hadiri ternyata tidak begitu penting, tidak begitu menaraik dan cenderung membosankan. Memang judulnya keren.. "Perumusan kebijakan kawasan cepat tumbuh daerah dalam bidang infrastuktur jalan dan jembatan dalam rangka meningkatan pertumbuhan ekonomi daerah"..tapi isinya..ya beg..beg..begitulah.. ramenarik dan njelei hehheehe

Selama di Jakarta, saya menginap di hotel mercure rekso. Sebuah hotel yang cukup mewah,- minimal menurut saya pribadi- dikawasan jakarta pusat. Hotel dengan 48 lantai (kalo gak salah baca di lift, dengan standar pelayanan international. Semua fasilitas tersedia di hotel tersebut, kolam renang, gym, karaoke, bar, diskotik..bahkan kalau anda merasa pegal leher, ada fasilitas pijat shiatsu. Tapi jangan heran kalau anda menggunakan fasilitas tersebut, tagihan anda akan membengkak.

Sungguh, sebagai anak ndeso , saya cukup menikmati menginap di hotel berbintang seperti itu. Semua perabotan bukan barang murahan, kamar mandi bersih dan wangi dengan air panas yang tersedia setiap saat, mini bar di setiap kamar dengan aneka makanan dan minuman, tv lcd 42" dengan saluran dalam dan luar negeri, koneksi internet tinggal colok, pelayan yang ramah yang seolah olah tidak pernah capek untuk tersenyum atau sekedar menyapa kita dengan ramah. Oh..ya..anda butuh rokok?? tinggal angkat telpon, hubungi room service..maka dalam waktu sekejab, rokok yang anda inginkan akan tersedia. Tempat tidurnya juga bagus, empuk tapi tidak bikin sakit leher. Selimutnya tebal, hangat..tapi tidak membuat gerah. Entah dari bahan apa mereka membuatnya. Handuk diganti 2 kali sehari, pagi dan sore sehingga selalu wangi, putih dan bersih.

Cerita tentang makanan? ... jam 7 pagi anda ke resto lantai dasar, berbagai makanan dalam dan luar negeri tersedia dan sekali lagi, disajikan oleh pelayan yang menawan bak bidadari berseragam. Atau makan siang? menu lengkap dari mulai makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup tersedia. Alunan musik lembut juga seolah-olah semakin menambah selera makan kita. makan malam juga begitu, selalu memanjakan keinginan perut kita. Dan untungnya, saya menikmati semua itu tanpa membayar sepeserpun wehehheehe

Tetapi, ketika di sore hari, saya ada janjian dengan teman saya yang tinggal di sekitar hotel tersebut. Baru beberapa langkah keluar dari loby hotel, udara panas segera menyergap. Bau yang mirip mirip kolam lele yang berasal dari sungai--yang lebih mirip dengan got raksasa-segera mengaduk aduk perut saya. Hampir saja saya muntah. Segera saya naik ke jembatan penyeberangan menuju ke shelter bushway. Di jembatan penyeberangan, saya melihat seorang tunawisma, sedang mengorek ngorek makanan dari tempat sampah hotel.

Berbagai hal segera melintas di otak dan hati saya. LUARR BIASAAA!!! ternyata ketika saya makan dengan lahap, dilayani oleh bidadari berseragam dan ditemani alunan musik lembut itu.. di luar hotel, dengan jarak tidak sampai 50 meter, ada seorang yang karena begitu miskinnya, sampai mengorek tempat sampah, untuk bertahan hidup. Ternyata ketika saya tidur mendengkur dibawah selimut hangat dan wangi, diluar, ada orang yang berselimut koran bekas didera lapar dan dingin.

Seketika itu, rasa bersalah mendera hati saya. Rasa bersalah yang mungkin tidak ada gunanya. Karena bagaimanapun besar rasa bersalah saya, tidak akan merubah apapun. Dan kalaupun ditanya tentang solusi ironisme sosial tersebut. Saya akan angkat tangan dan menjawab "tidak tahu".

Wallahua'lam bishshowab

Cah Pesisir kidul mengatakan...

Tulisan ini samasekali bukan tulisan rasis atau fanatisme kedaerahan. Bukan juga perasaan sok mudah tersentuh atau sok baik. samasekali bukan. Tuliasn ini sekedar cerita pengalaman, yang bisa jadi bisa digunakan sebagai gambaran keadaan negeri tercinta kita.

Akhir tahun 2009 yang lalu, saya mendapat tugas kerja ke Jakarta. Sepertinya saya menjadi salah korban dalam menghabiskan anggaran negara yang sudah hampir habis Tahun Anggarannya, karena acara yang saya hadiri ternyata tidak begitu penting, tidak begitu menaraik dan cenderung membosankan. Memang judulnya keren.. "Perumusan kebijakan kawasan cepat tumbuh daerah dalam bidang infrastuktur jalan dan jembatan dalam rangka meningkatan pertumbuhan ekonomi daerah"..tapi isinya..ya beg..beg..begitulah.. ramenarik dan njelei hehheehe

Selama di Jakarta, saya menginap di hotel mercure rekso. Sebuah hotel yang cukup mewah,- minimal menurut saya pribadi- dikawasan jakarta pusat. Hotel dengan 48 lantai (kalo gak salah baca di lift, dengan standar pelayanan international. Semua fasilitas tersedia di hotel tersebut, kolam renang, gym, karaoke, bar, diskotik..bahkan kalau anda merasa pegal leher, ada fasilitas pijat shiatsu. Tapi jangan heran kalau anda menggunakan fasilitas tersebut, tagihan anda akan membengkak.

Sungguh, sebagai anak ndeso , saya cukup menikmati menginap di hotel berbintang seperti itu. Semua perabotan bukan barang murahan, kamar mandi bersih dan wangi dengan air panas yang tersedia setiap saat, mini bar di setiap kamar dengan aneka makanan dan minuman, tv lcd 42" dengan saluran dalam dan luar negeri, koneksi internet tinggal colok, pelayan yang ramah yang seolah olah tidak pernah capek untuk tersenyum atau sekedar menyapa kita dengan ramah. Oh..ya..anda butuh rokok?? tinggal angkat telpon, hubungi room service..maka dalam waktu sekejab, rokok yang anda inginkan akan tersedia. Tempat tidurnya juga bagus, empuk tapi tidak bikin sakit leher. Selimutnya tebal, hangat..tapi tidak membuat gerah. Entah dari bahan apa mereka membuatnya. Handuk diganti 2 kali sehari, pagi dan sore sehingga selalu wangi, putih dan bersih.

Cerita tentang makanan? ... jam 7 pagi anda ke resto lantai dasar, berbagai makanan dalam dan luar negeri tersedia dan sekali lagi, disajikan oleh pelayan yang menawan bak bidadari berseragam. Atau makan siang? menu lengkap dari mulai makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup tersedia. Alunan musik lembut juga seolah-olah semakin menambah selera makan kita. makan malam juga begitu, selalu memanjakan keinginan perut kita. Dan untungnya, saya menikmati semua itu tanpa membayar sepeserpun wehehheehe

Tetapi, ketika di sore hari, saya ada janjian dengan teman saya yang tinggal di sekitar hotel tersebut. Baru beberapa langkah keluar dari loby hotel, udara panas segera menyergap. Bau yang mirip mirip kolam lele yang berasal dari sungai--yang lebih mirip dengan got raksasa-segera mengaduk aduk perut saya. Hampir saja saya muntah. Segera saya naik ke jembatan penyeberangan menuju ke shelter bushway. Di jembatan penyeberangan, saya melihat seorang tunawisma, sedang mengorek ngorek makanan dari tempat sampah hotel.

Berbagai hal segera melintas di otak dan hati saya. LUARR BIASAAA!!! ternyata ketika saya makan dengan lahap, dilayani oleh bidadari berseragam dan ditemani alunan musik lembut itu.. di luar hotel, dengan jarak tidak sampai 50 meter, ada seorang yang karena begitu miskinnya, sampai mengorek tempat sampah, untuk bertahan hidup. Ternyata ketika saya tidur mendengkur dibawah selimut hangat dan wangi, diluar, ada orang yang berselimut koran bekas didera lapar dan dingin.

Seketika itu, rasa bersalah mendera hati saya. Rasa bersalah yang mungkin tidak ada gunanya. Karena bagaimanapun besar rasa bersalah saya, tidak akan merubah apapun. Dan kalaupun ditanya tentang solusi ironisme sosial tersebut. Saya akan angkat tangan dan menjawab "tidak tahu".

Wallahua'lam bishshowab

Anonim mengatakan...

Tulisan ini samasekali bukan tulisan rasis atau fanatisme kedaerahan. Bukan juga perasaan sok mudah tersentuh atau sok baik. samasekali bukan. Tuliasn ini sekedar cerita pengalaman, yang bisa jadi bisa digunakan sebagai gambaran keadaan negeri tercinta kita.

Akhir tahun 2009 yang lalu, saya mendapat tugas kerja ke Jakarta. Sepertinya saya menjadi salah korban dalam menghabiskan anggaran negara yang sudah hampir habis Tahun Anggarannya, karena acara yang saya hadiri ternyata tidak begitu penting, tidak begitu menaraik dan cenderung membosankan. Memang judulnya keren.. "Perumusan kebijakan kawasan cepat tumbuh daerah dalam bidang infrastuktur jalan dan jembatan dalam rangka meningkatan pertumbuhan ekonomi daerah"..tapi isinya..ya beg..beg..begitulah.. ramenarik dan njelei hehheehe

Selama di Jakarta, saya menginap di hotel mercure rekso. Sebuah hotel yang cukup mewah,- minimal menurut saya pribadi- dikawasan jakarta pusat. Hotel dengan 48 lantai (kalo gak salah baca di lift, dengan standar pelayanan international. Semua fasilitas tersedia di hotel tersebut, kolam renang, gym, karaoke, bar, diskotik..bahkan kalau anda merasa pegal leher, ada fasilitas pijat shiatsu. Tapi jangan heran kalau anda menggunakan fasilitas tersebut, tagihan anda akan membengkak.

Sungguh, sebagai anak ndeso , saya cukup menikmati menginap di hotel berbintang seperti itu. Semua perabotan bukan barang murahan, kamar mandi bersih dan wangi dengan air panas yang tersedia setiap saat, mini bar di setiap kamar dengan aneka makanan dan minuman, tv lcd 42" dengan saluran dalam dan luar negeri, koneksi internet tinggal colok, pelayan yang ramah yang seolah olah tidak pernah capek untuk tersenyum atau sekedar menyapa kita dengan ramah. Oh..ya..anda butuh rokok?? tinggal angkat telpon, hubungi room service..maka dalam waktu sekejab, rokok yang anda inginkan akan tersedia. Tempat tidurnya juga bagus, empuk tapi tidak bikin sakit leher. Selimutnya tebal, hangat..tapi tidak membuat gerah. Entah dari bahan apa mereka membuatnya. Handuk diganti 2 kali sehari, pagi dan sore sehingga selalu wangi, putih dan bersih.

Cerita tentang makanan? ... jam 7 pagi anda ke resto lantai dasar, berbagai makanan dalam dan luar negeri tersedia dan sekali lagi, disajikan oleh pelayan yang menawan bak bidadari berseragam. Atau makan siang? menu lengkap dari mulai makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup tersedia. Alunan musik lembut juga seolah-olah semakin menambah selera makan kita. makan malam juga begitu, selalu memanjakan keinginan perut kita. Dan untungnya, saya menikmati semua itu tanpa membayar sepeserpun wehehheehe

Tetapi, ketika di sore hari, saya ada janjian dengan teman saya yang tinggal di sekitar hotel tersebut. Baru beberapa langkah keluar dari loby hotel, udara panas segera menyergap. Bau yang mirip mirip kolam lele yang berasal dari sungai--yang lebih mirip dengan got raksasa-segera mengaduk aduk perut saya. Hampir saja saya muntah. Segera saya naik ke jembatan penyeberangan menuju ke shelter bushway. Di jembatan penyeberangan, saya melihat seorang tunawisma, sedang mengorek ngorek makanan dari tempat sampah hotel.

Berbagai hal segera melintas di otak dan hati saya. LUARR BIASAAA!!! ternyata ketika saya makan dengan lahap, dilayani oleh bidadari berseragam dan ditemani alunan musik lembut itu.. di luar hotel, dengan jarak tidak sampai 50 meter, ada seorang yang karena begitu miskinnya, sampai mengorek tempat sampah, untuk bertahan hidup. Ternyata ketika saya tidur mendengkur dibawah selimut hangat dan wangi, diluar, ada orang yang berselimut koran bekas didera lapar dan dingin.

Seketika itu, rasa bersalah mendera hati saya. Rasa bersalah yang mungkin tidak ada gunanya. Karena bagaimanapun besar rasa bersalah saya, tidak akan merubah apapun. Dan kalaupun ditanya tentang solusi ironisme sosial tersebut. Saya akan angkat tangan dan menjawab "tidak tahu".

Wallahua'lam bishshowab

dudu mengatakan...

Tulisan ini samasekali bukan tulisan rasis atau fanatisme kedaerahan. Bukan juga perasaan sok mudah tersentuh atau sok baik. samasekali bukan. Tuliasn ini sekedar cerita pengalaman, yang bisa jadi bisa digunakan sebagai gambaran keadaan negeri tercinta kita.

Akhir tahun 2009 yang lalu, saya mendapat tugas kerja ke Jakarta. Sepertinya saya menjadi salah korban dalam menghabiskan anggaran negara yang sudah hampir habis Tahun Anggarannya, karena acara yang saya hadiri ternyata tidak begitu penting, tidak begitu menaraik dan cenderung membosankan. Memang judulnya keren.. "Perumusan kebijakan kawasan cepat tumbuh daerah dalam bidang infrastuktur jalan dan jembatan dalam rangka meningkatan pertumbuhan ekonomi daerah"..tapi isinya..ya beg..beg..begitulah.. ramenarik dan njelei hehheehe

Selama di Jakarta, saya menginap di hotel mercure rekso. Sebuah hotel yang cukup mewah,- minimal menurut saya pribadi- dikawasan jakarta pusat. Hotel dengan 48 lantai (kalo gak salah baca di lift, dengan standar pelayanan international. Semua fasilitas tersedia di hotel tersebut, kolam renang, gym, karaoke, bar, diskotik..bahkan kalau anda merasa pegal leher, ada fasilitas pijat shiatsu. Tapi jangan heran kalau anda menggunakan fasilitas tersebut, tagihan anda akan membengkak.

Sungguh, sebagai anak ndeso , saya cukup menikmati menginap di hotel berbintang seperti itu. Semua perabotan bukan barang murahan, kamar mandi bersih dan wangi dengan air panas yang tersedia setiap saat, mini bar di setiap kamar dengan aneka makanan dan minuman, tv lcd 42" dengan saluran dalam dan luar negeri, koneksi internet tinggal colok, pelayan yang ramah yang seolah olah tidak pernah capek untuk tersenyum atau sekedar menyapa kita dengan ramah. Oh..ya..anda butuh rokok?? tinggal angkat telpon, hubungi room service..maka dalam waktu sekejab, rokok yang anda inginkan akan tersedia. Tempat tidurnya juga bagus, empuk tapi tidak bikin sakit leher. Selimutnya tebal, hangat..tapi tidak membuat gerah. Entah dari bahan apa mereka membuatnya. Handuk diganti 2 kali sehari, pagi dan sore sehingga selalu wangi, putih dan bersih.

Cerita tentang makanan? ... jam 7 pagi anda ke resto lantai dasar, berbagai makanan dalam dan luar negeri tersedia dan sekali lagi, disajikan oleh pelayan yang menawan bak bidadari berseragam. Atau makan siang? menu lengkap dari mulai makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup tersedia. Alunan musik lembut juga seolah-olah semakin menambah selera makan kita. makan malam juga begitu, selalu memanjakan keinginan perut kita. Dan untungnya, saya menikmati semua itu tanpa membayar sepeserpun wehehheehe

Tetapi, ketika di sore hari, saya ada janjian dengan teman saya yang tinggal di sekitar hotel tersebut. Baru beberapa langkah keluar dari loby hotel, udara panas segera menyergap. Bau yang mirip mirip kolam lele yang berasal dari sungai--yang lebih mirip dengan got raksasa-segera mengaduk aduk perut saya. Hampir saja saya muntah. Segera saya naik ke jembatan penyeberangan menuju ke shelter bushway. Di jembatan penyeberangan, saya melihat seorang tunawisma, sedang mengorek ngorek makanan dari tempat sampah hotel.

Berbagai hal segera melintas di otak dan hati saya. LUARR BIASAAA!!! ternyata ketika saya makan dengan lahap, dilayani oleh bidadari berseragam dan ditemani alunan musik lembut itu.. di luar hotel, dengan jarak tidak sampai 50 meter, ada seorang yang karena begitu miskinnya, sampai mengorek tempat sampah, untuk bertahan hidup. Ternyata ketika saya tidur mendengkur dibawah selimut hangat dan wangi, diluar, ada orang yang berselimut koran bekas didera lapar dan dingin.

Seketika itu, rasa bersalah mendera hati saya. Rasa bersalah yang mungkin tidak ada gunanya. Karena bagaimanapun besar rasa bersalah saya, tidak akan merubah apapun. Dan kalaupun ditanya tentang solusi ironisme sosial tersebut. Saya akan angkat tangan dan menjawab "tidak tahu".

Wallahua'lam bishshowab

Anonim mengatakan...

Tulisan ini samasekali bukan tulisan rasis atau fanatisme kedaerahan. Bukan juga perasaan sok mudah tersentuh atau sok baik. samasekali bukan. Tuliasn ini sekedar cerita pengalaman, yang bisa jadi bisa digunakan sebagai gambaran keadaan negeri tercinta kita.

Akhir tahun 2009 yang lalu, saya mendapat tugas kerja ke Jakarta. Sepertinya saya menjadi salah korban dalam menghabiskan anggaran negara yang sudah hampir habis Tahun Anggarannya, karena acara yang saya hadiri ternyata tidak begitu penting, tidak begitu menaraik dan cenderung membosankan. Memang judulnya keren.. "Perumusan kebijakan kawasan cepat tumbuh daerah dalam bidang infrastuktur jalan dan jembatan dalam rangka meningkatan pertumbuhan ekonomi daerah"..tapi isinya..ya beg..beg..begitulah.. ramenarik dan njelei hehheehe

Selama di Jakarta, saya menginap di hotel mercure rekso. Sebuah hotel yang cukup mewah,- minimal menurut saya pribadi- dikawasan jakarta pusat. Hotel dengan 48 lantai (kalo gak salah baca di lift, dengan standar pelayanan international. Semua fasilitas tersedia di hotel tersebut, kolam renang, gym, karaoke, bar, diskotik..bahkan kalau anda merasa pegal leher, ada fasilitas pijat shiatsu. Tapi jangan heran kalau anda menggunakan fasilitas tersebut, tagihan anda akan membengkak.

Sungguh, sebagai anak ndeso , saya cukup menikmati menginap di hotel berbintang seperti itu. Semua perabotan bukan barang murahan, kamar mandi bersih dan wangi dengan air panas yang tersedia setiap saat, mini bar di setiap kamar dengan aneka makanan dan minuman, tv lcd 42" dengan saluran dalam dan luar negeri, koneksi internet tinggal colok, pelayan yang ramah yang seolah olah tidak pernah capek untuk tersenyum atau sekedar menyapa kita dengan ramah. Oh..ya..anda butuh rokok?? tinggal angkat telpon, hubungi room service..maka dalam waktu sekejab, rokok yang anda inginkan akan tersedia. Tempat tidurnya juga bagus, empuk tapi tidak bikin sakit leher. Selimutnya tebal, hangat..tapi tidak membuat gerah. Entah dari bahan apa mereka membuatnya. Handuk diganti 2 kali sehari, pagi dan sore sehingga selalu wangi, putih dan bersih.

Cerita tentang makanan? ... jam 7 pagi anda ke resto lantai dasar, berbagai makanan dalam dan luar negeri tersedia dan sekali lagi, disajikan oleh pelayan yang menawan bak bidadari berseragam. Atau makan siang? menu lengkap dari mulai makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup tersedia. Alunan musik lembut juga seolah-olah semakin menambah selera makan kita. makan malam juga begitu, selalu memanjakan keinginan perut kita. Dan untungnya, saya menikmati semua itu tanpa membayar sepeserpun wehehheehe

Tetapi, ketika di sore hari, saya ada janjian dengan teman saya yang tinggal di sekitar hotel tersebut. Baru beberapa langkah keluar dari loby hotel, udara panas segera menyergap. Bau yang mirip mirip kolam lele yang berasal dari sungai--yang lebih mirip dengan got raksasa-segera mengaduk aduk perut saya. Hampir saja saya muntah. Segera saya naik ke jembatan penyeberangan menuju ke shelter bushway. Di jembatan penyeberangan, saya melihat seorang tunawisma, sedang mengorek ngorek makanan dari tempat sampah hotel.

Berbagai hal segera melintas di otak dan hati saya. LUARR BIASAAA!!! ternyata ketika saya makan dengan lahap, dilayani oleh bidadari berseragam dan ditemani alunan musik lembut itu.. di luar hotel, dengan jarak tidak sampai 50 meter, ada seorang yang karena begitu miskinnya, sampai mengorek tempat sampah, untuk bertahan hidup. Ternyata ketika saya tidur mendengkur dibawah selimut hangat dan wangi, diluar, ada orang yang berselimut koran bekas didera lapar dan dingin.

Seketika itu, rasa bersalah mendera hati saya. Rasa bersalah yang mungkin tidak ada gunanya. Karena bagaimanapun besar rasa bersalah saya, tidak akan merubah apapun. Dan kalaupun ditanya tentang solusi ironisme sosial tersebut. Saya akan angkat tangan dan menjawab "tidak tahu".

Wallahua'lam bishshowab