17 April, 2009

Orgasme Ghozilla

#kisah 1
Disebuah kuliah teknik lingkungan yang di ampu oleh salah satu dosen terkenal dengan jam terbang cukup tinggi, sang dosen memberikan materi tentang pengolahan air limbah secara komunal. Paparan Sang dosen begitu menarik menerangkan tentang pentingnya tanki septik komunal yang meliputi beberapa rumah, kendala kendala, keuntungan dan tentu saja cara kerja tanki septik komunal tersebut.

Sang dosen menerangkan bahwa masa tinggal material padat dari toilet rumahan adalah tiga hari, selama tiga hari, material padat tersebut (baca tinja), akan melalui suatu proses pembusukan yang kemudian di alirkan ke dalam peresapan.

"Selama tiga hari, material padat akan mengalami proses pembusukan. Material padat akan diolah oleh mikro-Orgasme dan menjadi material cair yang memenuhi persyaratan air limbah buangan. Oleh karena itu, pengguna kamar mandi dilarang membuang air deterjen atau air sabun bekas mandi ke dalam toilet, karena akan membunuh Orgasme dan mengakibatkan tanki septik tidak berfungsi maksimal"..

Saya yang kebetulan mengikuti kuliah tersebut otomatis menahan ketawa sampai perut saya sakit, hampir saja keluar ketawa bekakakan dari mulut saya. Saya perhatikan teman teman sekelas..semua konsentrasi mengikuti kuliah sang dosen, tanpa menyadari bahwa sang dosen telah salah mengucapkan "Organisme" menjadi "Orgasme" wahahahahahahahahahahaa

#Kisah 2
Khutbah jum'at berjalan dengan khusuk, Sang Khatib memberikan khutbah tentang manajemen hati dengan bersemangat. Para jamaah terlihat mengikuti dengan menunduk.. kebanyakan mereka mungkin mengantuk dan berdoa khutbah jum'at segera selesai.

Saya sendiri memperhatikan isi khutbah dengan serius. Berharap ada ilmu yang bisa saya amalkan untuk kehidupan ini. Dan materi manajemen hati memang begitu menarik..

Sang khatib meneruskan khutbahnya yang baru berjalan 5 menit "Miturut kitab Ihya' Ulumuddin karanganipun Imam Ghozila..." (menurut kitab Ihya' Ulumuddin karangan Imam Ghozila..)

Hal itu terulang lagi.... Kembali saya menahan tertawa sampai perut saya sakit, dan kembali saya memperhatikan jamaah jum'at di sekeliling saya. Mereka seperti tidak terganggu, atau mungkin juga sedang tertidur lelap, tanpa menyadari bahwa Sang Khatib telat salah mengucap "Ghozali" menjadi "Ghozila".

Ah..lidah memang tak bertulang, begitu mudahnya lidah ini berbicara yang kadang kadang tanpa makna. Padahal sekali lidah berucap, tidak akan bisa ditarik kembali, berbeda dengan posting di blog, sebelum di publish masih bisa kita edit terlebih dahulu.

Hati hatilah dalam berbicara saudaraku...