21 Februari, 2009

Berpikir positif

berpikir positif... ah..kata kata ini mudah sekali diucapkan, tapi seringkali sulit sekali dilaksanakan. Kita cenderung memandang sesuatu dengan sudut pandang yang buruk, dan jarang sekali kita bisa mengambil manfaat dari suatu kejadian atau suatu penampakan.

Sebagai contoh, tentang gonjang ganjing pemilu yang sebentar lagi mau dilaksanakan. Keputusan MK menyatakan suara terbanyak lah yang akan menentukan seorang caleg menang atau kalah dalam pemilu april mendatang.

Keputusan ini membuat para caleg berlomba lomba memajang diri di jalan jalan dengan baliho raksasa yang kadang tanpa seijin pemda setempat, atau seijin si empunya tanah. Atau seringkali bendera atribut parpol nyangkut di motor pengguna jalan yang mengakibatkan kecelakaan yang serius.

Kemudian bertebaranlah kritikan pedas, cacian dan protes keras atas pemasangan poster caleg dan atribut partai yang terkesan asal asalan dan mengganggu pemandangan. Protes tersebut hampir setiap hari menghiasi halaman surat pembaca di koran kedaulatan rakyat.

Tetapi mari saya ajak anda untuk melihat itu sebagai hal yang positif, misalnya iseng memperhatikan betapa lucunya pose pose caleg yang seolah tanpa penata gaya, atau taburan tulisan tulisan janji yang menggiurkan dan kadang terkesan terlalu pe de..asli..anda akan tertawa, dan ini sudah saya buktikan.

bahkan saya juga bisa memanfaatkan poster poster caleg tersebut untuk mengerjai teman saya, seperti ketika saya chatting dengan sahabat saya, seorang tukang bikin minuman di fakultas MIPA UGM (halo mbak trini...), tetapi saya agak lupa redaksionalnya, seperti ini obrolan saya.

Triny d: kang, due ide jeneng bayi lanang ora? mbakku bar nglairke je, aku due ponakan anyar (kang, punya ide nama bayi laki-laki gak? mbakku habis melahirkan, aku punya ponakan baru)

partosentono: Jenengi Fairuz Ahmad wae (kasih nama fairuz Ahmad aja)


Triny d: wah, apik kui jenenge, artine opo kang? (wah, bagus sekali namanya, artinya apa kang?)

partosentono: haembuh, kui mung jeneng poster caleg ning prapatan denggung (gak tahu, itu cuman nama poster caleg di perempatan denggung)

Triny d: wasyem, kene serius jew


kalo inget chat itu, saya masih tertawa sampai sekarang hahahhahhaha


ada yang berniat memberi nama anaknya dengan berburu di poster caleg yang terhormat?

19 Februari, 2009

Bersih Pangkal Kaya

kejadian ini berlangsung sudah cukup lama, ketika istri saya tertarik oleh sebuah etalase warung bakso di dekat perempatan kutu sebelah utara selokan mataram. Etalase tersebut menunjukkan butiran - butiran bakso yang besar-besar dan berwarna coklat mengkilat, seolah olah melambai-lambai untuk di makan. Dan godaan itu berhasil, mampirlah istri saya ke warung tersebut dan makan seporsi bakso.

Sehari setelah itu, istri saya kembali lewat di dekat warung tersebut, dan melihat penjual bakso sedang mencuci mangkok dan gelas di selokan mataram, di dekat orang yang sedang buang air besar. Mulai saat itu, istri saya mengangkat sumpah, tidak akan membeli bakso di warung itu lagi.

Ada cerita lain, suatu malam, ada penjual mie ayam keliling di desa saya, tetangga saya juga tertarik membeli. Tetapi setelah dicari cari, penjual mie ayam tersebut tidak kelihatan. Ternyata sang penjual sedang buang air kecil di kebon dekat cakruk (pos ronda). Desa saya memang masih banyak kebon kosong berpohon lebat. Melihat ada pembeli, sang penjual mie ayam segera menyelesaikan hajatnya, dan kembali ke gerobak mie ayam untuk melayani pembeli.

Tetangga saya kemudian berkata ketus "mas, aku rasido tuku. Gek gek mie ayame kecampuran uyuh" (mas, aku gak jadi beli, jangan jangan mie ayamnya kecampuran air kencing)

ah...ternyata bersih tidak hanya pangkal sehat, tetapi bagi pengusaha makanan, bersih adalah pangkal kaya.

16 Februari, 2009

PLN (Pak Lani)

Bapak Zaelani, lebih terkenal dengan nama Pak Lani, manusia yang paling rajin ke masjib di dusun saya, bahkan sering dijadikan "jam berjalan" oleh tetangga-tetangga saya. Apabila Pak Lani sudah bersarung berbaju koko rapi dan berjalan keluar rumah, sudah bisa dipastikan bahwa 5 menit lagi waktu sholat akan datang.

Pak Lani merupakan cucu dari mbah Partosentono dan merupakan bapak saya. Saya pribadi sangat terkesan dengan cara mendidik beliau ketika saya masih kecil dulu.

Ketika saya berumur 3 tahun, saya menangis, merengek-rengek minta gendong Ibuk. Padahal Ibuk sedang sakit. Tapi saya mana mau peduli, dipikiran saya waktu itu POKOKE NJALUK GENDONG!!

Raut wajah ibuk terlihat jengkel dengan ulah saya, tetapi berbeda dengan Pak Lani bapak saya yang tetap tenang, dan tanpa diduga, beliau mengambil selendang, kemudian membawa saya keluar rumah. Kemudian saya di gendongkan ke sebuah pohon kelapa di depan rumah!! dan anehnya..saya saat itu juga berhenti menangis.

Sejak usia tiga tahun, Pak Lani selalu mengajak saya sholat jum'at, maka selama hidup dari usia 3 tahun sampai sekarang, belum pernah saya meningalkan sholat jum'at, kecuali ketika saya ditugaskan ke Musi banyuasin Sumsel, karena memang tidak ada masjid ditengah hutan.

Ketika saya klayu (tidak mau ditinggal pergi dan menangis sejadi jadinya, Pak Lani selalu memilih untuk membiarkan saya menangis sampai capek sendiri. Belum pernah sekalipun beliau pergi dengan sembunyi-sembunyi untuk menghindari menangisnya anak anak karena klayu,atau menjanjikan membelikan oleh oleh sekedar membuat saya berhenti menangis.... dari situ, saya belajar yang namanya kejujuran.

Pak Lani juga seorang yang sangat bijaksana, dan tidak terbantah seperti misalnya ketika menengahi konflik tetangga yang berebut tanah warisan dan sekali lagi, saya diajak ikut serta ketika rembugan, padahal saya waktu itu baru lima tahun.

Waktu kecil dulu, saya sering menganggap Pak Lani orang yang kejam dan tidak berperasaan karena tidak mengijinkan saya "mencari" tebu, atau bermain kelereng dengan taruhan, atau tidak mengijinkan saya main petak umpet sehabis maghrib dan memaksa saya menekuni lembar lembar juz 'amma (jaman dahulu belum ada iqra'), atau ketika memaksa saya berlatih qiraah, memaksa saya untuk meminum air putih yang sudah di embunkan semalam waktu bangung pagi.

Tetapi Pak Lani tidak pernah melarang saya untuk bermain hujan-hujanan, atau mandi di sungai, atau nyemplung ke saluran irigasi mencari ikan.

Tetapi dikemudian hari saya baru paham, bahwa "mencari tebu" adalah pencurian, bermain kelereng dengan bertaruh adalah judi.

Pak Lani..i love you...

13 Februari, 2009

Jahe




Beberapa waktu yang lalu, saya merasakan siksaan yang cukup menyakitkan, Badan saya tiba-tiba terasa gak karuan. Kepala terasa berat, nafas terasa panas, seluruh badan pegal, pundak dan leher seperti digandhuli batu puluhan kilogram, perut mual dan kaki seperti goyah kalau di pakai berjalan.

Yach..akhir-akhir ini saya memang kurang tidur, setiap malam saya tidur hampir lebih dari jam 2 malam, merampungkan pekerjaan membaca bacaan favorit ketika saya masih smp..cerita silat Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Nagageni 212. Ditambah cuaca yang terus menerus hujan, jadilah badan ini terasa remuk redam.

Karena tidak tahan merasakan sakit ini, hampir saja saya nekat minum pil sebesar kancing baju yang bungkusnya berwarna biru dengan gambar kepala yang mengeluarkan lingkaran lingkaran berwana putih..alias PARAMEX, tapi sepertinya saya cukup tahan untuk tidak minum pil tersebut.

Tapi sakit ini seperti meremuk redamkan badan saya, akhirnya saya obrak-abrik kotak bumbu milik ibuk saya, hanya satu yang saya cari..JAHE. Akhirnya setelah sekian menit membongkar bungkusan bungkusan plastik "bumbu pawon", saya menemukan beberapa buah jahe yang sudah layu, kisut dan bahkan sudah agak busuk beberapa bagiannya.

Kemudian jahe itu saya bersihkan, saya tusuk dengan garpu kemudian saya bakar diatas kompor. Setelah berwarna hitam hangus, jahe malang tersebut saya cuci kemudian saya kepruk dengan menggunakan "munthu". Kemudian keprukan jahe malang tersebut saya masukkan kedalam mug pemberian seorang sahabat (halo pris..piye kabarmu), saya kasih gula merah, madu sesendok makan, terakhir saya kasih air panas dari termos.

Jadilah segelas wedang jahe hangat yang mengeluarkan aroma khas, tanpa tunggu lebih lama, saya minum wedang jahe tersebut kemudian beranjak tidur. Baru saja saya membaringkan badan, tiba-tiba terjadi keajaiban. Secara ajaib badan saya terasa hangat, angin yang mendekam di perut berlomba-lomba keluar melalui mulut..jadilah saya bersendawa puluhan kali. Tak cukup sampai disitu, angin juga berlomba-lomba keluar dari bagian bawah tubuh....puluhan kali juga!!!

setelah semua angin keluar, tubuh saya terasa nyaman luar biasa, kepala terasa enteng, rasa pegal dileher dan pundak serta merta hilang lenyap tak berbekas,kaki seoalah-olah mendapatkan kekuatannya kembali. Tinggal satu yang saya rasakan...rasa kantuk yang luar biasa yang mengantarkan saya tidur sampai adzan subuh berkumandang. Ketika bangun, badan ini terasa segar, dan entah kenapa saya merasa tambah ganteng.

Ah..ternyata jahe memang luar biasa, saya jadi teringat dengan salah satu ayat dalam al-qur'an..

"Di dalam syurga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe".(al insaan:17)"

keterangan : Bumbu pawon adalah gabungan bermacam-macam bumbu dapur, dikemas dengan plastik putih bening, berisi jahe, kunyit, daun salam, serai, daun jeruk dan lengkuas. Bisa di dapatkan di tempatnya mbak atun dengan harga 500 rupiah satu paket.

05 Februari, 2009

Bapak-bapak melankolis

Sore itu, sesudah jamaah maghrib di masjid yang saya ceritakan di postingan terdahulu, saya pulang bersama dua orang tetangga saya sebut saja sartono dan yanto. Kedua orang itu selama perjalanan pulang terlibat pembicaraan yang sangat seru dan menegangkan.

Yanto: "Sar, si Lia wes konangan nek jebule mung arep ngeruk bandhane faruq" (Sar, Lia sudah ketahuan kalau ternyata cuma mau ngeruk hartanya Faruq)

Sartono : "Loh, Kok iso konangan piye kui?" (Loh, kok bisa ketahuan gimana?)

Yanto : "soale direkam omongane nganggo hape" (soalnya direkam omongannya pake hape)

Sartono : "sokorr..sengit aku karo Lia kae, nek due bojo koyongunu, tak pegat ket mbiyen" (Sukurin, benci sekali aku sama Lia, kalau punya istri kayak dia, sudah tak ceraikan dari dulu)

dst...

Obrolan mereka begitu seru, semua emosi seakan tertumpah saking serunya. Tapi, saya hanya bisa "ndomblong", gak paham apa yang mereka bicarakan...

Kemudian, sampailah kami bertiga ke rumah mas sartono tadi. Mas Sartono punya sebuah warung kecil, dan mas yanto sekalian mampir membeli rokok. Ketika rokok di kasihkan oleh mas sartono..terjadi percakapan

Yanto: "syukron Sar.."
Sartono: "Toyib..toyib"

wah..saya semakin penasaran, kok pada pinter bahasa arab ya??

Sampai rumah, saya menceritakan kejadian tadi dengan istri...spontan istri saya tertawa terbahak-bahak...

setelah diusut lebih lanjut..ternyata yang mas yanto dan lek sartono obrolkan tadi, adalah cerita di sinetron "Muslimah" yang di puter di Indosiar. Sinetron itu mengambil setting di Arab Saudi, sehingga bertebaran dialog-dialog bahasa arab.

Owalaaaah pakdhe..pakdhe...

Ketoke wong tuo tuo, pothok..rupane sangar..tontonane kok yo sinetron...

dan saya ikut tertawa lepas...

01 Februari, 2009

Kaya? Buat Apa????

Mungkin banyak dari kita yang mengira bahwa Rosululah SAW adalah orang yang miskin. Yach..memang banyak hadits yang menerangkan tentang "kemiskinan" Rosulullah SAW, seperti hadits 'Aisyah yang menceritakan rumah beliau tiga bulan tidak berasap dan tiga bulan itu makan kurma dan air. Tapi apakah memang Rosulullah itu miskin, mari kita telaah bersama-sama..

Ketika manusia bingung menghadapi kemajuan teknologi yang serba memudahkan, Rosulullah telah meneladankan hidup yang sangat menarik, Rosulullah memang sederhana, tetapi kesederhanaan itu lenyap seketika kalau sudah berurusan dengan pengembangan kualitas diri dan permudahan ibadah kepada Allah.

Mudahnya begini, Untuk sesuatu yang tidak essensial bagi dakwah, Rosulullah menggunakan sesuatu yang sangat sederhana. Misalnya pakaian, pakaian Rosululah sangat sederhana, tidak istimewa dan biasa-biasa saja. Sandalnya juga..sederhana sekali, bahkan ketika sobek, Rosulullah menjahitnya sendiri. Makanan juga demikian, sangat sederhana, tetapi terjamin kualitas gizinya. Kita ingat makanan kesukaan Rosulullah yang jarang dinikmatinya, paham kambing panggang. Atau minuman kesukaan Rosulullah.. yaitu susu kambing dan madu. Selama hidup, rosululah lebih sering memakan kurma. Sederhana sekali, tetapi terjamin gizi dan kualitasnya.

Tetapi coba kita lihat fasilitas apa yang beliau gunakan untuk memudahkan Jihad dan Dakwahnya.

Kendaraan misalnya, Al Qashwa, unta putih beliau adalah unta yang sangat tangkas, gesit cepat dan sangat sehat. Duldul, keledai beliau juga sangat kuat dan kukuh jalannya dan berumur panjang bahkan hingga masa kepemimpinan Mua’wiyah Ra. Kuda beliau adalah kuda tertangkas, tergesit dan tercepat.

Kemudian kita lihat pedang Rosulullah..pedang komando yang bernama Dzul Lujjain, jangan diragukan kualitas logamnya, tempaannya dan kehalusan pembuatannya. Bahkan ada yang menyebutkan, untuk membuat lapisan komando, diperlukan beberapa kilogram emas untuk melapisi pedang Rosululah tersebut. Lapisan komando adalah bagian yang sangat berkilat jika ditimpa sinar matahari untuk memberi kode dan aba aba kepada pasukan dari kejauhan. Apakah semua itu adalah murah? Tentu saja tidak!!

Yah..begitulah, Rosulullah hendak mengajarkan kepada kita bagaimana "mengalihkan" kekayaan yang kita miliki, dan hal ini di contoh secara sukses oleh shahabat-shahabat beliau.

misalnya Utsman yang membeli sumur yang dikuasai oleh Yahudi dengan harga 16 ribu dinar atau setara dengan 2.5 kilogram emas (Dua setengah kilogram!!! banyak kan????).

Atau ketika utsman bin affan menyedekahkan 700 ekor onta bersama muatannya. dengan catatan, Seekor Onta harganya pada saat ini sekitar 10 juta. Jadi, Utsman sama saja menyedekahkan 7 Milyar rupiah (untanya), entah berapa nilai muatannya..yang pasti lebih banyak :D.

Sekarang kita bayangkan, di dompet kita terdapat uang sebanyak Rp 67.000 terdiri dari satu lembar 50 ribuan, satu lembar 10 ribuan dan satu lembar 5 ribuan dan 2 lembar seribuan, dan pada saat yang sama, ada kotak infak yang "berjalan" dihadapan kita. Kira - kira pecahan uang yang mana yang kita masukkan? hehehhehhe

back to topic...
Contoh sikap Rosulullah dan para shahabat tersebut, menjadikan kita paham, bahwa untuk kepentingan ibadah dan dakwah, untuk kemajuan Islam, kita tidak perlu terlalu irit. Walaupun tetap harus dalam proporsinya.

Sebagai contoh, jika Islam memerintahkan untuk bersilaturahmi misalnya dan itu menuntut kapasitas phonebook yang besar, komunikasi intens dan kehandalan handset, adalah bodoh jika kita memilih hanphone yang semata hiburan, game, kemudahan operasional dan fitur – fitur yang tidak signifikan bagi kepentingan silaturahmi, dan agaknya handset dengan semata hiburan ini banyak disediakan oleh vendor ponsel asal finlandia yang ikut mendanai Zionisme Internasional. Jangan pake' henpon yang entu yach.... atau nanti tak unekke wong goblog lho...kekeke

sekonyong-konyong gak pake koder, saya teringat dengan penggalan doa Abu Bakar yang terkenal itu...

“Ya Allah, jadikanlah dunia ini ditanganku dan akhirat di hatiku”
Penggalan doa Abu Bakar ini mengajarkan kita banyak hal. Tangan bermakna pengelolaan. Abu bakar tidak ingin dunia masuk kedalam hatinya. Ia hanya ingin dunia ada dalam genggaman tangannya, dalam pengelolaannya dan dalam kuasanya. Abu akar sangat paham, bahwa sebanyak apapun kekayaan yang ditimbun, tidak akan pernah memuliakan pemiliknya. Seseorang hanya akan mulia dengan kualitas dirinya, baik dihadapan Allah maupun dihadapan Manusia lainnya.

so..... jadilah orang kaya..sekaya-kayanya!!!!!

Disadur secara bebas dari bukunya mas salim a fillah